Disya pov
Flashback on
3 tahun yang lalu
Aku baru belajar motor. Saat itu aku nekat mengendarai motor di jalan raya, padahal aku belum lancar mengendarai. Aku membawa motor tanpa sepengetahuan orang tuaku.
Aku masih gerogi membawa motor. Terlihat dari cara mengendarai motorku yang kaku dan gemetar. Berkali-kali aku di klakson dan diperingati oleh kendaraan lain. Semakin lama ketakutanku membawa motor semakin menjadi.Keringat mulai bercucuran didahiku. Aku harus bagaimana? Mau putar balik juga udah jauh. Konsentrasiku terganggu dengan berbagai pikiran. Hingga aku tidak memperhatikan jalan disekelilingku.
Aku terkejut saat ada suara orang yang berteriak"Annniiinn aaawwwaasss" teriakan orang itu mengembalikan kesadaranku.
Namun semua itu terlambat. Aku telah menabrak orang.Bukan hanya satu orang yang menjadi korban, tapi dua orang sekaligus. Aku telah mencelakai dua orang itu. Seorang perempuan tergeletak dipinggir trotoar dengan luka didahinya akibat membentur trotoar. Dan seorang laki-laki yang tadi berteriak mendapatkan luka lebih parah. Darah bercucuran dimana-mana.
Warga dan para pengendara yang dilokasi kejadian menolong kami. Kondisiku saat itu juga ikut jatuh dari motor. Namun lukaku tak separah Korban yang aku tabrak. Diantara kami bertiga yang paling parah adalah laki-laki itu. saat motorku menabrak laki-laki itu, tubuhnya terpental kejalan raya. Mengakibatkan tubuhnya terlindas oleh kendaraan dibelakangku yang tak sempat mengerem mendadak.Saat di perjalana menuju RS aku kehilangan kesadaran akibat syok yang aku alami.
Aku tersadar beberapa menit setelah tiba di RS.Keluargaku sudah berkumpul disini semua. Mereka semua mengkhawatirkan keadaanku. Namun aku ingat, aku tidak kecelakaan sendiri. Ada korban dalam kecelakaanku.
Aku menanyakan keadaan korban kecelakaan, papaku bilang mereka berdua koma.
Tiga minggu setelah kecelakaan itu. Aku mendengar kabar bahwa korban laki-laki dalam kecelakaan itu telah meninggal dunia. Orang tuaku mengatakan nama korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan itu adalah Satria Lionanda Wijaya. Dan korban perempuan kecelakaanku mengalami amnesia sebagian. Dia melupakan beberapa kejadian dalam hidupnya.
Aku merasa bersalah pada mereka berdua. Bagaimana aku bisa menembus kesalahanku? Kesalahanku sangat besar pada merekaFlashback off
Aku telah mengungkapkan kejadian 3 tahun yang lalu pada Dita dan Tristan. Aku merasa sangat bersalah pada mereka, terutama pada Dita.
Selama ini aku tidak mengetahui bahwa Dita adalah korban kecelakaan pada saat itu. Orang tuaku tidak memberi tahuku siapa nama korban perempuannya, mereka hanya memberi tahu korban laki-laki yang meninggal saat kecelakaan itu. Aku mengetahui Dita korban kecelakaan itu, saat Dita dan Tristan berkunjung ke makam satria.
Selama ini aku berteman dengan Dita, aku tidak merasakan rasa bersalah apa-apa. Aku murni berteman dengan Dita tulus. Namun setelah mengetahui Dita adalah korban kecelakaan itu, aku merasa sangat bersalah pada Dita. Dita selama ini baik padaku, sabar menghadapi sifatku yang kadang keras.
Aku juga merasa bersalah pada Tristan. Karenaku dia harus kehilangan saudara satu-satunya, saudara kembarnya, teman baginya. Aku telah memisahkan persaudaraan mereka. Dan aku bersalah karena telah mencintai Tristan, tanpa mengetahui bahwa Tristan saudara kembar orang yang aku tabrak.Dita dan Tristan yang mendengarkan ceritaku hanya diam, menahan amarah, dan meluapkan emosinya melalu air mata. Ya kalian bisa menebak sendiri, Dita lah yang menangis sesenggukan setelah mendengarkan ceritaku, sementara Tristan dia menahan amarahnya dengan mengepalkan kedua tangannya.
"Maaf, aku benar-benar tidak menginginkan kejadian itu terjadi. Maaf karena keteledoran ku kalian yang menjadi korban. Aku marah pada diriku sendiri. Kenapa selama ini aku tidak tau Dita korban kecelakaan itu juga? Aku tidak pantas disamping Dita, Dita sangat baik padaku. Aku sangat bersalah padanya. Aku tidak pantas menjadi temannya. Maafin aku dit, karena aku kamu harus mengalami ini semua. Maafin aku juga Tristan, karena aku kamu harus kehilangan saudaramu. Maaf" aku berulang kali mengucapkan kata maaf pada mereka berdua. Kata maaf dariku tidak sebanding dengan kesedihan yang mereka alami selama ini. Jika ada yang lebih tinggi dari kata 'maaf' aku akan mengucapkannya pada mereka berdua.
" Semua ini sudah berlalu. semua ini terjadi juga bukan sepenuhnya salahmu. Jadi jangan merasa paling bersalah disini. Aku sudah memaafkanmu, kamu sahabat terbaikku sya. Kamu pantas dan seharusnya selalu disampingku. Aku ga mau kehilangan sahabatku lagi." Terbuat dari apa hati Dita. Dia sangat pemaaf dan tidak marah padaku. Padahal akulah yang membuat kehidupannya berubah, tidak seperti dulu lagi.
"Makasih dit, makasih sudah memaafkanku. Aku janji akan membantu mendapatkan ingatanmu kembali seutuhnya"
Aku ingin menembus kesalahanku pada dita. Mungkin waktu tidak dapat diputar kembali, aku tidak bisa mengembalikan keadaan seperti dulu lagi tapi aku ingin memperbaiki keadaannya menjadi lebih baik.
Tristan hanya diam saja. Dia tidak mengeluarkan satu katapun. Aku memaklumi hal itu, sudah sepantasnya Tristan melakukan hal itu. Orang mana yang tidak kecewa dan marah saat orang yang disayangi pergi akibat kecerobohan orang lain? Tentu saja tidak ada.
Saat aku tau Tristan adalah saudara satria. Aku tidak mengharapkannya lagi. Perasaan cintaku padanya telah hilang. Tergantikan perasaan bersalah padanya.
Dan saat itu aku tidak kehilangan jejak mereka menuju makam alm. Satria, aku mengikuti mereka dari belakang dan mengetahui fakta sebenarnya. Fakta yang membuatku terkejut
~~~~~~~~~~~~💖💖💖~~~~~~~~~~~
Hello guys maaf Sabtu kemaren engga up
Sebagai gantinya author up sekarang
Yuk vote dan coment sebagai bentuk dukungan pada author
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDITA (END)
Fiksi RemajaKecelakaan beberapa tahun lalu membuatku hilang ingatan. Aku mengalami amnesia sebagain dan melupakan seseorang yang sangat berarti bagiku. Kedatangan seseorang yang berkaitan dengan masa laluku membawaku mengingat satu persatu memori yang hilang d...