DUA PULUH SATU

182 6 0
                                    

Pagi ini, semua siswa telah bersiap-siap untuk ke bandara dan pulang ke Bandung. Di sisi lain, Mereka ber enam dengan antusiasnya kembali ke Bandung. Sedangkan Geshia lebih banyak diam dan itu membuat mereka ber empat kecuali Akasa heran.

"Ges? Lo kenapa? tumben diem aja, biasanya heboh sendiri," ucap Keana sembari merangkul sahabatnya itu.

"G-gue gak papa kok," balas Geshia sembari melirik Akasa sekilas.

Akasa tersenyum samar dan itu membuat Geshia

BLUSHH!

Pipi Geshia seperti terbakar dan pastinya sudah memerah seperti kepiting rebus saat ini.

"Lho, kenapa pipi lo tiba-tiba merah?" heboh Arga melihat pipi Geshia dari dekat.

"G-gue nggak papa ih," ucap Geshia malu.

Setelah itu, mereka ber enam keluar dari penginapan dan menuju ke Bus yang sudah menunggu beberapa menit yang lalu untuk mengantarkan mereka ke Bandara. Seperti saat berangkat, Akasa mengingatkan untuk Budayakan Antri lalu setelah mereka semua menaruh kopernya ke bagasi bus. Akhirnya, Akasa menaiki tangga kecil dan masuk ke dalam Bus dan seperti saat keberangkatan juga, Geshia di belakang Akasa lalu kebingungan untuk naik. Kali ini Akasa langsung menoleh ke belakang dan mengulurkan tangan. Demi Neptunus, Akasa kesambet apa dan itu membuat Geshia cengo sesaat.

"Cepet pegang tangan gue dan naik,selagi gue baik," ucap Akasa.

"Ah ya," Geshia mengangguk lalu meraih tangan Akasa dan masuk kedalam Bus.

"Thanks," Akasa tak menggubris dan langsung mencari tempat duduk yang di ikuti Geshia.

Setelah menemukan tempat yang pas, Akasa pun duduk sedangkan Geshia berdiri dan bingung mencari tempat duduk. Akasa masih melihati Geshia yang tampak bingung.

"Lo mau sampe kapan berdiri di situ? Sini, duduk sama gue. Dari awal kan lo sama gue,"Akasa berujar jutek seperti biasa.

"Ah ya. G-gue takut kalo lo—" belum menyelesaikan kalimatnya, Akasa memotongnya.

"Gue marah? Ya nggak lah. Lo inget yang kemarin?" Geshia mengangguk.

"Gue seriusan dan gue udah janji. Yah, walaupun sikap gue emang dasarnya kayak gini."

"I-iya."

"Kenapa lo kayak gugup gitu sama gue? Lo beneran takut gue makan ya?" ucap Akasa terkekeh kecil.

"E-enggak lah. Ngaco lo."

"Yaudah."

Di alih sisi, Arga dan yang lain masih memperhatikan Akasa dan Geshia. Mereka menebak sepertinya telah terjadi sesuatu dengan mereka ber dua. Arga yang terlihat sudah gatel banget, akhirnya berucap kata.

"Heh! Manusia es," panggil Arga yang kali ini duduknya di depan Akasa. Akasa pun mengadah dan menatap Arga.

"Paan?" tanya Akasa dengan mengerutkan keningnya.

"Enggak. Gue mau tanya aja sih. Lo berdua kenapa aneh banget sih? Kemarin terjadi sesuatu ya? Lo juga tumbenan baik sama Geshia tanpa harus gue kode. Biasanya nunggu gue nerocos dulu baru lo gerak."

"Oh, nggak. Lo gak usah kepo!" ketus Akasa.

"Ye, Setan! Gue penasaran tau."

"Kalo lo penasaran, cari sendiri."

"Caranya."

"Cara lo sendiri, bego."

"Huh," Arga mendengus kesal.

Akhirnya Bus pun berangkat ke Bandara, mungkin akan ditempuh sejam perjalanan untuk sampai ke Bandara. Di tengah perjalanan seperti biasa, mereka semua pada nyanyi dan heboh juga cerita ini itu berbeda dengan Geshia yang memang sedari tadi hanya diam.

AKASA [MYG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang