"hai guys!!!" teriak icha saat melihat keempat sahabatnya sedang duduk di sebuah cafe, icha berjalan dengan senyuman.
"hai cha" sapa mereka yang terlihat menjagal dimata icha, icha menaikkan sebelah alisnya dan memilih tak perduli dengan sikap mereka.
"oh, kalian kumpul kok gak ngajak yah"
"udah inget sama kita," sinis winda, icha terdiam dan sungguh otaknya memang rada lemot ia tak mengerti maksud winda.
"maksudnya apa sih, win icha gak ngerti?"icha mengaruk tekuknya dan tersenyum kikuk seraya menatap winda yang berekspresi datar.
"Ck, udah ah gue mo balik." ucap winda dan pergi icha menatap kepergian winda dengan tatapan senduh, sunggu ia tak tau dimana letak kesalahannya ini semua gak jelas.
"umm, oh iya gue ada janji dengan ibu gue so, gue pulang yah." ucap lia dan pergi tanpa mau mendengar jawaban orang yang satu meja dengannya.
"ada sesuatu yang salah?, sum? Sin? Kenapa kalian pada diem," ucap icha dengan tatapan serius kepada dua sahabatnya itu.
"ga-gak ada kok, hehe." ucap sindy kikuk disertai senyum kecutnya, icha masih menatap mereka berdua dengan tatapan selidik.
"please deh kalian kenapa sih, icha salah apa coba. Serius icha masih rada-rada gak inget suer deh kenapa winda malah kek gitu." ketus icha dan tak menyadari perubahan wajah kedua orang yang duduk berhadapan dengannya.
"coba lo fikir sendiri yah cha," ucap sumi acuh dan meminum jus nya.
"apa coba yang harus icha fikirin, salah apa icha gak tau. Tiba-tiba jadi ketus kek gini lagian si winda dari icha masuk sekolah udah aneh sifatnya, salah yah icha belum inget sepenuhnya." cerocos icha dengan bersendekap dada masih belum menyadari perubahan raut wajah sumi. Sumi langsung berdiri dan meninggal kan mereka tanpa kata membuat icha berfikir keras dimana letak kesalahannya.
"umm -"
"lo juga mo pergi iya," dengus icha, ia tak peduli karna telah lancang memotong ucapan sindy.
"cha gimana yah mo ngomongnya, sebenernya lo tu gak ada salah cha, tapi-" sindy menggantung ucapannya dan menatap icha sebentar lalu memaling wajahnya, terlihat di balik meja ia mengepalkan tangannya sampai memutih.
"tapi apa?, jawab jangan ngegangtungi omangan sin."
"tapi lo tu sekarang berubah cha, itu yang gue rasa sejak lo sadar. Lo yang dulu beda dengan yang sekarang lo gak pernah natap orang sinis walaupun orang itu orang yang lo benci, lo juga walau kadang gila secara tiba-tiba tapi gak ngebahas tentang kuburan lah ato hal mistis yang lainnya. Lo juga yah kalo gue perhatiin selalu acuhin dan lebih sering ngebuat dirga cemburu dan memainkan emosi dirga, lo tau sendiri kalo dirga itu sedikit tempramental apa lagi menyangkut tentang lo, jangan-jangan lo udah inget semuanya cha dan berubah karna kejadian itu." ucap sindi dengan raut serius dan terkesan menahan emosinya.
"hah!, jadi itu yang ngebuat kalian ngejauh akhir-akhir ini, kok icha gak tau yah. Lagian kejadian apa sih, sumpah icha gak tau." ketus icha yang masih mempertahan kan ekspresinya yang serius, sindi makin mengepalkan tangannya sampai telapak tangannya berdarah akibat tertancap kukunya yang memang sengaja di panjangkan dan tajam kan.
"argh!! Males gue sama lo!" bentak sindy dan pergi dengan raut marahnya, icha terjengkit kaget dan menatap senduh ke arah sindi.
"ck, alesannya bagus banget bilang aja nyuruh icha ngebayarin nih makanan," gerutu icha dan memanggil pelayan untuk membayar makanan milik temannya, setelah membayarnya icha langsung pergi.
Diperjalanan pulang icha mendengus kesal karna dirga sangat sulit dihubungi sehingga ia harus naik taxsi.
Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif silahkan hubungi sesaat lagi~
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRCHA(Selesai)
Teen Fiction•Belum direvisi maaf jika chapter gak jelas, tanda baca kurang pas, dan banyak typo. Pertemuan yang bisa dibilang biasa aja dan umm singkat, namun terkesan luar biasa menurut dirga ,seorang cowok yang bisa dibilang memiliki paras bak dewa yunani bah...