♤ [11] ♤

173 12 0
                                    

•••

Srett

"Argh! "

Setelah Tasya menerjunkan dirinya bersama Ara kebawah gedung, Raka bersama Felicia dan Reno sampai di rooftop. Menatap Aditya yang kalang kabut melihat kebawah.

"Ara?! "

Aditya segera berlari menuruni tangga saat melihat kekasihnya berada di ujung tanduk. Ternyata gadis itu sempat memberontak dari pelukan Tasya dan meraih lantai gedung yang belum di tembok dan masih kasar hingga membuat lengannya tergores.

Raka yang melihat wajah kepanikan Aditya ikut berlari mengejar lelaki itu yang sudah menuruni anak tangga.

"ARA! " teriak Aditya saat dirinya sudah berada di lantai empat yang ternyata Ara berada disana.

Dengan tubuh Ara yang masih menggantung dan hanya dengan kedua telapak tangannya dia bertahan, gadis itu tersenyum tipis menatap Aditya dan beberapa orang yang menatapnya khawatir.

"Bertahan," pinta Aditya menggenggam lengan Ara berusaha mengangkat tubuh gadis itu keatas.

Raka bersama Reno mendekat ikut membantu hingga akhirnya Ara berhasil terangkat dan langsung jatuh ke pelukan kekasihnya.

"Kita kerumah sakit sekarang! "

Aditya langsung membopong tubuh Ara dan turun kebawah menuju mobilnya. Sesampainya mereka dibawah, Aditya segera meletakkan Ara di jok belakang agar gadis itu bisa tiduran ditemani oleh Felicia.

Aditya tidak memperdulikan beberapa polisi yang mencegahnya meminta penjelasan perihal mayat Tasya yang saat ini menjadi tontonan warga sekitar.

Aditya memasuki mobilnya dan langsung menjalankannya dengan kecepatan tinggi membelah kerumunan yang menurut lelaki itu menyebalkan.

Raka bersama Reno yang masih berada di sekitar tempat kejadian, mendekati beberapa polisi untuk memberikan kejelasan walaupun mereka datang terlambat. Raka sudah dapat membaca semua kejadian sebelum dirinya datang kesini. Jadi lelaki itu akan menjelaskan sesuai apa yang dirinya ketahui kepada pihak kepolisian.

♤♤♤

"Ra, ayo bangun! Kamu gak kangen sama aku? Kamu marah ya karna aku jauhin kamu? Ayo bangun! Aku bakal jelasin semuanya," ucap Aditya bermonolog.

"Gue harap lo gak gila sih," tutur Bima diangguki Reyhan.

"Kalaupun gila sih gue malah seneng kok, biar gue yang nerusin jadi ketuanya" sahut Raditya.

"Lo gak cocok! " sarkas Ridho.

"Cocok lah! Secara kan nama gue tuh mirip ama si bos, Aditya sama Raditya. Beda di huruf 'r' aja," jelas Raditya langsung mendapat geplakan dari Bima di kepalanya.

"Ngarang lo! "

"Bisa diem? " desis Aditya tajam.

Mereka langsung dibuat kicep saat ketua mereka mengatakan hal itu. Walaupun tanpa menatap lawan bicaranya, Aditya mampu membuat lawan bicaranya kicep dan merinding seketika.

Aditya kembali fokus pada Ara yang masih berbaring lemah dan tidak sadarkan diri selama tiga hari ini membuat lelaki itu lama-lama menjadi gila.

Raka masuk ke ruangan adiknya bersama Felicia dan Reno. Reno bergabung bersama teman-teman Aditya di sofa sedangkan Raka dan Felicia mendekati brankar Ara. Felicia mengelus lengan Ara yang terpasang infus, menatap sahabat barunya dengan iba.

Di seberangnya, Raka mengusap bahu Aditya berharap dapat menguatkan lelaki itu lewat usapan tangannya.

"Tenangin diri lo dulu, biar Ara gue yang jaga" ucap Raka langsung mendapat gelengan kepala oleh Aditya.

"Gak! Gue mau nungguin Ara sampe bangun, ini salah gue bang. Salah gue! Gue-" ucap Aditya.

"Gue minta maaf," lirihnya dengan kepala yang menunduk.

"Ini bukan salah lo, gue ngerti kok" ucap Raka menepuk bahu Aditya dua kali.

Setelahnya, Raka melirik teman-teman Aditya lalu memberi kode untuk keluar dan membiarkan Aditya bersama Ara berdua di ruangan tersebut.

"Duluan bos," ucap Bima mewakili yang lain sambil menepuk bahu Aditya.

Aditya hanya mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari tangan mungil yang tidak lepas dari genggamannya.

"Ra, ayo bangun" lirih Aditya mencium punggung tangan kekasihnya.

♤♤♤

Sebuah tangan mungil yang sudah hampir empat hari ini diam tidak bergerak kembali menunjukkan kehidupan. Gadis cantik dengan wajahnya yang terlihat amat pucat itu perlahan membuka kelopak matanya.

Mengedipkan matanya beberapa kali untuk menjernihkan penglihatannya karna pandangannya yang awalnya kabur.

"Ngghh" lenguhnya karna merasakan pusing yang menjalar di kepalanya.

"Ra? " panggil seseorang

Gadis yang merasa namanya di panggil pun menoleh ke sumber suara tersebut. Menatap lelaki yang berdiri dengan tangan kanannya yang memegang handuk di kepala yang rambutnya terlihat basah.

Dengan cepat Aditya berlari dan memeluk Ara dengan erat. Lelaki itu terlihat sangat terharu mengetahui kekasihnya sudah sadarkan diri.

"Jangan sakit, aku sayang kamu" lirihnya masih enggan melepas pelukannya dari sang kekasih.

♤♤♤

"Kondisi pasien semakin membaik, tapi kemungkinan pasien akan mengalami trauma terhadap gedung tinggi dan semacamnya" jelas dokter setelah memeriksa keadaan Ara.

"Apa traumanya bisa sembuh dok? " tanya Raka.

"Seiring berjalannya waktu, ketakutan yang dialami akibat peristiwa traumatis umumnya dapat hilang secara alami. Namun, sebagian orang bisa mengalami trauma secara terus-menerus hingga menimbulkan stres dan rasa takut yang berlebihan"

"Jadi jika memang sudah sembuh tidak menutup kemungkinan trauma itu bisa datang lagi, begitu dok? " tanya Aditya diangguki dokter dengan senyuman.

"Ya sudah saya permisi dulu" pamit dokter diangguki Aditya.

"Penantian lo gak sia-sia, makasih udah jagain adek gue selama di rumah sakit" ucap Raka menepuk bahu Aditya.

"Udah jadi tugas gue buat selalu jagain Ara, maaf gue sempet lalai" ucap Aditya merasa bersalah.

"It's okay, asal sekarang lo bisa tanggung jawab atas kesalahan lo. Gue bangga! " ucap Raka tersenyum tipis.

"Em maaf, Ka" panggil Nana menyela keduanya.

"Kenapa sayang? " tanya Raka lembut.

"Aku pengen jus alpukat, beli yuk? " ajaknya.

"Yaudah ke kantin ya" ucap Raka diangguki Nana.

"Titip Ara, gue ke kantin dulu bentar. Lo mau makan apa? " tanya Raka pada Aditya.

"Duluan aja bang, gue belum laper" tolaknya halus.

Kemudian, pasangan itu keluar dari ruangan dimana Ara dirawat untuk pergi ke kantin rumah sakit guna membeli jus alpukat yang di inginkan Nana.

Aditya berjalan menuju brankar dan duduk di kursi samping brankar tersebut. Menggenggam tangan mungil Ara yang terpasang infus. Menatap wajah pucat namun masih terlihat cantik itu dengan lekat.

Aditya mencium punggung tangan Ara beberapa kali lalu membiarkan bibirnya menyentuh punggung tangan Ara yang dingin. Lelaki itu menunduk - masih dengan posisi yang sama - lalu memejamkan matanya.

"Tuhan, tolong lindungi Ara. Aku tidak ingin dia terus terluka, aku mencintainya"

•••

Revisi : 25 Juli 2021
10.26

Broken Home || sfnauraaa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang