"Ngapain lu kesini?"
"Lu marah sama gue?" tanya balik orang tersebut sembari jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.
Kemudian anya berdiri dan menampakan kemarahan nya pada seseorang yang kini berada di hadapan anya.
"Ya menurut lu?"
"Tapi salah gue apa?"
"Masih nanya salah lu apa? Setelah kejadian di panggung tadi lu masih nanya salah lu apa?"
"Lu marah karena gue cium lu? Gak usah alay gitu deh nya itu mah wajar wajar aja lagian kita kan udah remaja"
Seketika anya langsung menampar pipi kanan reza.
"Wajat lu bilang? Jangan samain gue sama jalang lu diluaran sana!"seru anya penuh kemarahan dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arah wajah reza.
Sedangkan reza hanya memegang pipi kanan bekas tamparan anya yang terasa panas itu.
"Gue gak berniat samain lu sama jalang"
"Terus yang dilakukan lu tadi apa? Lu cium gue dihadapan semua orang zaa dan itu sangat memalukan!" belum sempat reza menjawab pertanyaan anya tapi anya sudah memotong nya.
Kemudian setelah itu anya pergi meninggalkan reza dan berlari keluar entah kemana anya pun tidak tau, yang jelas saat ini anya hanya ingin sendiri.
Setelah itu anya berlari menuju taman belakang tempat dimana dia selalu menyendiri dan menumpahkan segala kekesalan nya disana.
Ditaman itu anya menangis sejadi jadina nya, dia merasa sangat jijik pada dirinya ssndiri karena ciuman dari reza dan anya juga bingung harus bagaimana untuk menceritan nya pada kevin nanti.
"Lu dimana? Coba aja kalo ada lu ini semua gak bakalan terjadi karena lu pasti jagain dan lindungin gue" gumam anya dengan suara serak karena terus menerus menangis.
****
"Si anya kemana ya? bingung gue harus cari tuh anak kemana lagi" tanya silvyana frustrasi pada siapa saja yang mendengarkan.
"Tau cape gue nyari nya udah satu sekolah kita cari tapi masih gak ketemu tuh anak" timpal teman anya yang lain.
Ya, kini mereka khawatir dengan anya begitu juga dengan orang tua anya karena sedari anya turun dari panggung mereka tidak melihat anya lagi.
Dan mereka yakin anya sedang marah besar karena kejadian tadi hingga dia menghilang begitu saja.
"Gimana apa kalian sudah menemukan anya?" tanya seorang pria paruh baya namun masih terlihat gagah, dia adalah pak hendrawan ayah nya anya.
"Belum om aku telponin juga gak aktif" jawab silvyana.
"Gimana ini mas?" tanya ibu anya khawatir pada suaminya yang juga terlihat cemas.
"Yaudah aku telpon reza aja siapa tau dia tau" usul salah satu teman anya.
Kemudian dia pun menelpon reza setelah beberapa kali tidak di angkat akhirnya setelah yang kesekian kali reza mengangkatnya.
"Hallo za, lu tau anya dimana gak?" tanyanya tanpa basa basi.
"Tadi sih ada sama gue tapi setelah itu anya pergi dan gue gak bisa ngejar lari nya cepet banget" jelas reza, kemudian di iyakan oleh sindi teman anya ini dan menutup telpon nya.
Setelah menelpon reza, sindi memberitahukan kepada semua yang ada di sana apa yang tadi di bicarakan reza padanya.
"Jadi gimana dong? Anya dimana?" tanya ibu anya semakin panik bahkan sampai menitikan air mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON.
Teen FictionMelupakan seseorang yang sudah memberikan segores kenangan indah sudah tentu sulit untuk dilupakan, begitu pun dengan anya seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA yang harus melupakan cinta pertamanya selama kurang lebih 2 tahun ini karena mung...