Part 28

524 23 4
                                    

Semua suster dan dokter berlalu lalang memasuki ruangan operasi anya dengan alat alat medis yang begitu banyak nya.

Ya, anya kembali kritis karena banyak darah yang keluar dari pergelangan tangan anya hingga anya membutuhkan donor darah yang cocok dengan golongan darahnya, dan untung nya darah anya sama dengan golongan darah ayah nya yatiu golongan darah "A".

"Sabar ya om insya allah anya bakal cepet sadar" ucap dea menguatkan ayahnya anya.

****

Dua hari sudah anya menjalani mara kritis nya, kini anya sudah siuman tepat nya 2 jam yang lalu dan sekarang baru pukul 15:00 WIB.

Meskipun keadaan anya masih sangat lemas tapi anya bisa mengetahui siapa saja yang ada diruangan ini untuk menunggunya. Anya bisa melihat ayah nya yang sekarang sedang tersenyum padanya,  ada dea, silvyana, dan reza.

"Hallo sayang" ucap ayah anya sembari mengecup kening putri satu satunya itu.

"Alhamdulillah syukur deh lu udah sadar nya" timpal dea dengan wajah terharu.

Dan anya bisa merasakan kebahagian terpancar di wajah mereka atas kesadaran anya dari masa kritisnya.

"Jangan pernah lakuin itu lagi ya sayang" ujar ayah anya sembari menyeka air matanya yang hendak jatuh.

Kemudian anya menghapus air mata yang keluar dari mata ayah nya yang sedikit keriput, tergores rasa sakit di dadanya ketika melihat ayah nya menangis karena ulah nya yang sedikit konyol.

"Maafin anya" anya, dengan nada yang terbeta beta dan sangat pelan karena kondisi anya masih lemas.

"Iya sayang, tapi janji sama ayah kamu tidak akan pernah melakukan hal konyol itu" timpal ayah nya anya yang terus menerus menciumi putrinya.

"Kamu gak akan ninggalin ayah lagi kan?" tanya nya lagi.

Anya pun hanya mengangguk lemas sebagai jawaban dan kini air mata nya mulai tumpah.

Ia sangat benci dengan dirinya sendiri karena bisa bisa nya dia membuat ayah dan ibunya menangis karena hal bodoh yang dia lakukan.

"Hay anya gue seneng banget lu udah siuman" ucap reza yang kini berada di sebelah kiri ranjang anya.

"Ayah ibu mana? dari tadi anya gak liat ibu" anya,memalingkan wajahnya dari reza dan mengalihkan pembicaraan.

Anya sama sekali tidak ingin menjawab ucapan reza, dia masih merasa kesal dengan pria di samping nya ini karena bagaimana pun anya seperti ini karena reza!.

"Eummm ibu ya?" tanya balik ayah anya bingung.

"Iya ibu dimana? Apa ibu lagi kerja ya?" timpal anya penasaran.

"Kalian kenapa?" tambah anya ketika melihat ekspresi mereka yang berubah menjadi tegang dengan mata yang saling bertatapan dan anya pun tidak mengerti tatapan apa yang sedang mereka tunjukan.

"Ayah ibu mana?" tanya nya sekali lagi, karena ayah nya masih belum mau menjawab.

Dengan terbeta beta ayah anya memberanikan menjawab pertanyaan putrinya, sedangkan dea, silvyana, dan reza hanya menatap anya dengan pandangan antara cemas dan tegang dengan wajah mereka yang mendadak pucat.

"eummm ibu... Ibu sudah meninggal ketika ibu tau kamu kembali kritis penyakit jantung itu kumat dan saat itu juga ibu sudah tidak bisa ditolong lagi" jelas ayah anya.

Seketika anya merasakan organ tubuh anya mendadak berhenti tidak bekerja seperti biasanya, anya merasakan sekujur tubuhnya kembali melemas bahkan lebih lemas dari beberapa jam yang lalu, air matanya mulai berjatuhan tak tertahankan.

MOVE ON. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang