IKAN HIAS

1.6K 74 12
                                    

Sekarang mereka tengah berada di tempat pedagang buah, yang kebetulan tempatnya berada di seberang pedagang ikan hias. Tampak banyak anak-anak seusia Fateh dan Muntaz mengerumuni tempat yang menjual ikan hias tadi. Warna-warni dari ikan hias itu menarik perhatian seorang Qahtan Halilintar.

"Its so nicely"batin anak berusia tujuh tahun itu

Qahtan terus-terusan saja melirik tempat di seberang jalan sana. Ia ingin kesana, namun itu tak akan bisa ia lakukan. Karena Saaih tengah memeganginya dengan sangat erat sekarang.

"Mas? Ini semangkanya berapa?"tanya Saaih

"Macam-macam dek, kalau yang kecil harganya Rp.10.000,00 sampai Rp.15.000,00. Nah, kalau yang gede ini harganya Rp.20.000,00 dek"ujar penjual buah seraya menunjuk buah semangka yang ukurannya cukup besar

"Hmm, ya udah mas. Tolong bungkusin yang besar satu dan yang kecil juga satu ya"pinta Saaih

"Iya dek, sebentar ya saya bungkusin dulu"

"Iya mas"

"Wow, watermelon is my favorite fruit!"ucap Muntaz kegirangan saat mengetahui bahwa Saaih akan membeli buah semangka

Tidak lama kemudian, pedagang buah pun telah membungkus semangka tadi. Kemudian diserahkannya semangka itu kepada Saaih. Saaih hendak mengambil dompetnya guna membayar semangka yang dibelinya, dan tanpa ia sadari dia harus melepas genggamannya dengan Qahtan.

Qahtan yang dari tadi memperhatikan tempat itu segera pergi untuk melihat ikan-ikan itu lebih dekat. Tanpa disadari oleh Fateh, Muntaz apalagi Saaih yang masih sibuk membayar buah semangka tadi.

Setelah selesai, Saaih, Fateh dan Muntaz dan bang Arief memutuskan untuk pergi ke tempat berikutnya. Tanpa memperhatikan kelengkapan dari team mereka.

Sementara keadaan Thariq,

"Akhirnya gua bisa ke wc sekarang, setelah melalui antrian yang lumayan panjang"lega Thariq yang sedari tadi mengantri di tempat itu

10 menit kemudian,

Saat ini Saaih, Fateh dan Muntaz dan bang Arief berada di tempat penjual gorengan. Walaupun gorengan itu tidak terdapat dalam list belanjaan. Namun keliling-keliling pasar seperti ini membuat mereka sedikit lapar. Kebetulan di dekat tempat penjual gorengan itu ada tempat penjual mainan, Fateh melirik mainan-mainan yang dijajakan disana dari kejauhan. Tampak sebuah mainan dinosaurus besar berdiri tegak di meja penjualan. Hal itu mengingatkannya dengan Qahtan.

"Qahtan Qahtan, look!"seru Fateh menunjuk mainan dinosaurus tadi

Namun tidak ada yang menjawab, Muntaz juga sibuk menunggu gorengan bersama Saaih.

"Qahtan?"panggil Fateh mengedarkan pandangannya mencari seorang anak lelaki berumur 7 tahun itu

Menyadari Qahtan tidak ada, sontak ia menanyakan hal itu kepada Saaih dan Muntaz

"Muntaz, do you look Qahtan?"tanyanya kepada Muntaz yang tengah duduk melihat-lihat keramaian pasar

"No, maybe Qahtan with bang Saaih"jawab Muntaz yang masih fokus dengan orang yang berlalu-lalang di depannya

Fateh beralih ke Saaih yang berdiri di dekat gerobak penjual gorengan.

"Bang Saaih"panggilnya

"Hmm"Saaih hanya berdehem

"Bang Saaih liat Qahtan gk?"tanya Fateh sedikit panik

"Gk, bukannya Qahtan sama kamu dengan Muntaz"jawabnya yang masih saja fokus dengan penggorengan penjual gorengan tadi

"Lho, bukannya Qahtan sama bang Saaih tadi?"Fateh mulai panik

"Kan bang Saaih udah bilang nggak Fateh"jawab Saaih datar dan kembali fokus dengan minyak panas disana

"Kalau Qahtan gak sama bang Saaih, Muntaz dan aku. Terus Qahtan sama siapa dong? Ya kali dia sama bang Thariq"Fateh mulai berbicara sendiri

"Jangan-jangan Qahtan hilang lagi!"seru Fateh panik. Udah dari tadi hilangnya Teh.

"Haduh, bang Saaih bang Saaih! Qah-Qahtan hilang bang!"serunya terbata-bata saking paniknya

"Ohh Qahtan hilang"ujar Saaih santai. Nih lagi, cuman bilang ohh aja. Nyadar bang, adeknya ilang tuh.

"Hah! Qahtan Hilang!"Akhirnya bang Saaih nyadar juga

"Hilang?"Muntaz berbalik

Belum sempat Muntaz bertanya,Fateh sudah memberi tahu duluan.

"Muntaz, Muntaz, Qahtan lost!"

"What?! Qahtan lost! When?!"panik Muntaz sembari berdiri dari duduk santainya

"I dont know Muntaz"jawab Fateh memegang kepalanya pusing

Tanpa aba-aba apapun, bang Arief segera mematikan kamera yang dipegangnya sekarang.

Sementara Saaih masih terpaku disana. Mungkin dia terkejut akan kabar ini.

"Bang Saaih! Bang Saaih! We must call bang Thariq now!"usul Muntaz sigap

"Iya bang, cepetan telepon bang Thariq!"Fateh ikut setuju

"Iya iya, bang Saaih telepon dulu ya"balasnya seraya mengambil handphone dari tasnya

Keadaan Thariq

Tring tring tring

"Akhirnya nih anak ngabarin juga"ucap Thariq sambil mengangkat panggilan dari Saaih

"Ehh botak! Lu kenapa gk bales cht gua ha! Capek gua keliling-keliling pasar kek gini!"kesal Thariq pada Saaih yang tidak merespon chat yang ia kirimkan sedari tadi. Ia ingin menghubungi Fateh, Muntaz dan Qahtan. Namun, handphone dari ketiga anak itu sedang bersama dirinya sekarang. Benar-benar melelahkan berjalan seperti ini.

"Bang Thariq! Qahtan hilang bang!"balas Saaih to the point dari seberang sana tanpa menghiraukan ocehan abangnya

"Hah! Apa! Qahtan hilang!"kini Thariq yang panik bukan kepayang

Bersambang...

Makasih udah baca story ini🙏
Jangan lupa vote🌟dan comment💭ya teman-teman😊
See you🤗❤

ABOUT GEN HALILINTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang