Ini adalah sederet kisah mengenai Gen Halilintar, keluarga yang super kompak dan super rusuh. Keluarga yang beranggotakan 13 orang ini banyak menginspirasi banyak orang, dan saya adalah salah satunya.
04 Februari 2020
Just Story🙂
Hari ini aku dan Iyyah bertugas sebagai team untuk mempersiapkan makanan sahur. Makanan yang kami masak sudah dihidangkan di lantai. Kenapa? Ya karena memang semenjak kami semua tinggal di rumah isolasi. Kami lebih sering makan bersama di lantai.
"Semuanya udah ada kan?"tanya Saaih memastikan semua orang di rumah itu sudah ia bangunkan
"Kan tadi dia bareng bang Saaih dan Qahtan buat bangunin orang sahur. Mungkin dia masih di luar"balas Saaih
Kulihat Fatim hanya mengangguk pelan.
"Can I eat now?"tanya Qahtan polos
"Oh sure babby, come here"ajakku menepuk-nepuk tempat di sebelahku
Qahtan pun mengangguk dan duduk disampingku.
"Ya udah ayo ayo semuanya kumpul. Kita makan sama-sama. Muntaz yang pimpin doa ya"jelas Abi
"Hmm wait Abi, I'm forget to take my peci in the bedroom"timpal Muntaz sembari berdiri
"Ya udah, cepat sana"balas Umi
Muntaz pun bergegas ke kamar. Sembari menunggu Muntaz kembali, aku mempersilahkan yang lain untuk mengambil makanan yang sudah kumasak bersama Iyyah. Semoga saja rasanya enak.
"Bang Saaih bang Saaih!!"teriak Muntaz dari dalam kamar, entah apa penyebabnya
Saaih yang namanya dipanggil sontak bangkit dari duduk silanya, menghampiri adik ke 7 ku. Sajidah yang merasa penasaran ikut bangkit dari tempatnya, menyusul Saaih yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
"Ya Allah Fateh..."sahutan Saaih terdengar hingga keluar kamar, membuatku penasaran dan ikut bangkit dari tempatku
***
Saat aku masuk ke dalam kamar, betapa terkejutnya aku yang melihat Fateh tergeletak di atas kasurnya yang empuk. Ya, dia tidur lagi. Haduh, mungkin ini sudah nasibku mempunyai adik seperti dirinya.
"Teh bangun Teh. Masa kamu yang bangunin orang sahur, harus dibangunin lagi sih sama kita"omel Sajidah menarik tangan Fateh agar segera bangkit dari tidurnya. Saaih juga turut membantunya
"Ya Allah Teh, cepet lah bangun. Muntaz aja udah bangun tuh dari tadi, masa kamu enggak"ocehku pada adik ke 6 ku ini
"Haduh Teh, kamu tuh udah bikin team kita malu tau gk. Kenapa bang Thariq harus buat kamu seteam sama abang sih"kesal Saaih yang masih menarik tangan Fateh
"Udah angkat aja ke kamar mandi Ih"usulku
"Wahh ide yang bagus tuh kak"balasnya
Baru saja Saaih ingin mengangkat tubuh Fateh...
"Jangan jangan jangan, Fateh bisa jalan sendiri kok"timpal Fateh yang langsung bangkit dari tidurnya
Bruuk...
Tiba-tiba Fateh terjatuh karena tersandung sesuatu. Aku dan yang lain melihat Fateh seperti itu hanya bisa bungkam. Bahkan menahan tawa.
"Aduhhh"ringis Fateh kesakitan
Tiba-tiba Umi dan Abi muncul di ambang pintu, melihat anaknya yang sudah terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi.
"Ya Allah nak, hati-hati dong"kata Umi ditemani Abi yang membantu Fateh berdiri
"Hhhhhh"tawa Sajidah tiba-tiba pecah di sebelahku. Tanpa aba-aba, aku memukul lengan Sajidah pelan.
"Hehehe iya, maaf-maaf"ujarnya masih menahan tawa
"Are you okay bang Fateh?"tanya Muntaz yang memegangi Fateh, mungkin dia takut jika Fateh tidak dapat menjaga keseimbangannya
Fateh hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
***
Setelah kejadian itu, kami segera memulai sahur kami yang tadinya sempat tertunda.
"Puihh, ini siapa yaang masak sih?"tanya Thariq yang tiba-tiba melepehkan makanannya
"Kak Sohwa ngasih garamnya kebanyakan kali"kata Iyyah rekan masakku
Seketika aku menggeleng. Sepertinya aku sudah memasukkan takaran yang tepat.
"Tapi kok rasanya bisa kayak gini sih kak"Thariq masih protes padaku
"Mana kakak tau Liq, perasaan kk udah kasih masuk takaran yang tepat tuh"aku mencoba untuk membela diriku sendiri
"Emang beneran asin Thor"tanya Umi pada Thariq, ya memang karena baru Thariq yang mencoba sup yang kumasak bersama Iyyah
"Beneran Mi, coba aja. Kalau bisa semuanya ikut nyobain dah"usul Thariq
Segera mereka semua mencoba sup yang kubuat, dan...
"Aaa...asin banget!"seru Fateh buru-buru mengambil minum di dapur
"Ambilin bang Saaih juga Teh!"sahut Saaih yang masih mengerutkan wajahnya
"Ya Allah kak, kakak kasih garamnya kebanyakan kali?"Sajidah masih terus mencoba memperbaiki rasa masakanku, tak peduli itu asin, keasinan, atau bagaimana. Mungkin karena lidahnya sudah terbiasa menghadapi berbagai rasa makanan
Kucoba menoleh menatap wajah Umi dan Abi, Iyyah, Fatim, Muntaz, Saleha dan Qahtan. Siapa tau mereka tidak merasakan hal yang dirasakan beberapa saudaraku tadi.
Tampak Iyyah, Fatim, Muntaz, Saleha dan Qahtan hanya bungkam. Abi hanya menatapku, sementara Umi memberikan anggukan kecilnya padaku. Mungkin itu artinya 'iya'.
Kini aku tertunduk kecewa dan amat merasa bersalah. Pasalnya, makanan sahur pagi ini tidak dapat kusediakan dengan baik.
Padahal hari ini adalah hari ulang tahun ku, seharusnya aku memberikan masakan terbaik pagi ini. Huft, menyedihkan sekali.
***
Makasih udah baca❤ Maafkan aku yang gk up kemarin🙏 Soalnya aku ngurusin grub dulu😅 Jadi mohon maklum🙏 Aku harap kalian suka part kali ini😊 Kalau ada yang kurang, silahkan beritahu aku ya gengs😉 Biar aku bisa belajar dari kesalahan-kesalahanku sendiri🙂 Dan bisa buat story ini lebih seru lagi kedepannya😄
Kalau gitu, jangan lupa buat vote🌟 dan comment💭ya gengs🤗 Biar aku semangat terus🔥 Stay tune🙌 Stay at home🏡 And save healthy💪 . Oh iya, buat kalian yang mau gabung di grub Wa GH Stars Wattpad, bisa cek linknya di bio aku ya gengs😄 . Selain itu aku juga mau kasih tau nih, kalau aku dan teman-teman si grub Wa GH Stars Wattpad buat akun GH Stars lho. Jangan lupa follow ya teman-teman. Makasih🙏 And love you all❤⚡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.