Penyesalan adalah bukti dari rasa amarah yang berujung. Ketika amarah berhenti di satu titik dan memilih menyudahi ego dan emosi disitulah sebuah rasa baru muncul kepermukaan meluap dan meredam. Itulah penyesalan.
Titik dimana rasa lelah sudah mencapai klimaks nya. Diri tak tahan untuk memilih tentram. Ya, sejatinya itulah yang di inginkan setiap insan.
Berharap untuk datangnya kesempatan. Kini kesungguhan sudah membulatkan tekadnya. Tak ada lagi rasa angkuh. Semua melebur menjadi sesuatu yang dinamakan kedewasaan.
Pagi ini adalah hari pertama liburan sekolah di mulai. Banyak dari mereka yang memilih berlibur ke pantai ke luar kota bahkan berkemah. Berkumpul dengan sanak saudara ataupun teman. Namun pemandangan berbeda terlihat dimana seorang gadis sedang duduk di balkon lantai dua sambil menikmati semangkuk ceker mercon buatannya. Ia dengan lahap menyantap makanan nya sambil menghirup udara pagi yang sangat menyejukan jiwanya.
" Woy anteng banget !" seru seorang gadis yang datang dari balik pintu yang menuju balkon.
" Lo mau?" tanya Cindy sambil menoleh ke arah temannya.
" Enggak. Kaya gitu dimakan pagi-pagi! Nanti yang ada gue mules dan ga jadi jalan sama Fadil," ucap Veya seraya mengambil kaca kecil dari dalam tasnya.
" Fadil? kemana? orangnya udah ada?" tanya Cindy heran dan menaruh mangkuk yang di dalamnya tersisa 4 buah ceker mercon.
" Ho oh. Doi ngajak gue cari buku katanya sih buat kado. Gue sih berharap sekalian nge date. Paling 5 menit lagi orangnya sampe," ujar nya girang sambil memakai lipstik.
" Siapa yang ulang tahun?" ucap Cindy mengerutkan alis matanya.
" Ga tau. By the way lo ga ada rencana keluar? masih mikirin ibu kandung lo yang kismin itu? udahlah saran gue lo happy-happy aja lagi pula mantan temen lo yang songong itu kan ga peduli sama lo," ucap Veya menghasut Cindy.
" Gue di rumah aja deh sekalian packing dikit-dikit kan sabtu udah harus on the way Bandung," jawab Cindy sambil mengambil segelas air putih yang ada di atas meja.
Tinnnn.... tinnnn...! suara mobil terdengar.
" Oke deh kalo gitu gue pergi yah. Tuh suara mobil si Fadil udah datang kayanya," ucap Veya lalu bergegas pergi meninggalkan Cindy.
Veya memang begitu terlihat antusias jika jalan bersama Fadil. Bukannya tanpa sebab gadis itu memang menyukai Fadil sejak kelas satu SMA tapi lelaki yang di sukainya itu tidak pernah peka. Fadil hanya menganggapnya sebagai sahabat tapi berkali-kali Veya tanpa lelah mendekatinya. Itu pula yang menjadi alasan mengapa ia tak suka kepada Yummy karena menurutnya Fadil terlalu bersikap baik kepada sahabat Cindy. Ya dia cemburu.
Cindy yang masih di balkon meneruskan makannya. Ia begitu menyukai ceker mercon. Makanan iyu sengaja ia buat karena mengingatkannya kepada Ibu Nur. Ibu kandungnya.
Ketika gadis itu serius menyantap makanannya yang hampir habis terdengan langkah kaki seseorang yang berjalan menuju balkon. Gadis itu dengan cepat menaruh mangkoknya.
" Vey? ko balik lagi ada apa?" tanya Cindy sambil menoleh ke arah pintu dekat balkon.
Gadis itu kaget karena yang ia lihat bukanlah Veya melainkan orang lain. Gadis itu beranjak dari kursinya.
" Hai. Sorry ganggu. Aku kesini bareng Fadil."
" Mau ngapain Daf?"
" Aku pengen liat keadaan kamu aja. Ganggu ya?"
" Engga."
" Aku boleh duduk."
" hmm."
" thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cabe Jablay [ Lengkap ] ✔
Teen FictionKisah persahabatan dua anak manusia Yummy dan Cindy yang begitu erat walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda. Kisah yang mengajarkan kita tentang kepedulian, kesetiaan dan kesetaraan dalam kasta yang berbeda. Dalam cerita ini pembaca akan...