Bab 1

3.8K 294 3
                                    


"Apa yang sebenarnya kau kerjakan Tama?!"Teriakan seorang pria terdengar memekakkan telinga.

Tama menundukkan kepalanya menghindari tatapan tajam sang Ayah. "Maafkan aku Pah."Ucapnya pelan.

"Maaf? Setelah perusahaan menderita kerugian sebesar ini karena ulah bodohmu dengan gampangnya kamu mengucapkan maaf? Kamu benar-benar tidak berguna Tama!!"

"Cukup Mas!"

"Apa? Kamu masih mau membela putramu yang bodoh ini Mitha? Hah? Kamu tidak sadar perusahaan nyaris gulung tikar karena kebodohan putramu ini!"Haris tidak kuasa menahan teriakannya.

Dia benar-benar dibuat marah dengan tingkah bodoh putranya. Bagaimana bisa Tama menandatangani kontrak yang jelas-jelas merugikan perusahaan mereka.

Mitha terdiam tanpa berani menatap suaminya. Sudah 10 tahun berlalu tapi sikap suaminya semakin hari semakin menekan dirinya.

Haris benar-benar berubah setelah kematian istri pertamanya. Sialan!

"Pergi dari sini sebelum saya benar-benar melemparkan kamu keluar jendela!"

Dengan cepat Tama berlari meninggalkan Ayah dan Ibunya dalam kondisi mencekam. Mitha tak beranjak dari duduknya menatap Haris yang memunggungi dirinya.

"Kenapa kamu berubah seperti ini Mas?"

"Tidak ada yang berubah!"jawab Haris dingin.

Mitha tersenyum mengejek,"Jangan membual aku tahu kau sudah mulai muak dengan rumah tangga ini bukan?"

"Kalau kau sudah tahu jawabannya kenapa kau masih bertanya."Haris masih memunggungi Mitha istrinya.

Mitha mengepalkan kedua tangannya, memejamkan mata sejenak sebelum membukanya kembali. Senyuman seketika terpatri di wajahnya yang masih terlihat cantik meskipun usianya sudah memasuki setengah abad.

"Baiklah aku akan tidur selamat malam suamiku."Mitha beranjak dari sana meninggalkan Haris yang menatap malam dengan perasaan gundah.

**

Suara musik terdengar begitu memekakkan telinga namun orang-orang yang berkumpul di sana terlihat begitu menikmati alunan musik yang menghentakkan dada.

Prilly terlihat begitu menikmati alunan musik sambil menggoyangkan tubuhnya. Ditangannya terdapat segelas alkohol yang semakin menambah kesenangan dunianya.

10 tahun berlalu dan dia benar-benar menikmati hidupnya dinegeri orang dengan limpahan materi yang begitu menggiurkan setidaknya bagi orang lain namun bagi dirinya hamparan uang dan barang-barang mewah yang dikenakan olehnya benar-benar membuatnya muak.

Namun dari pada sibuk memikirkan nasib keluarganya lebih baik dia bersenang-senang toh tidak ada yang perduli padanya. Ibunya sudah mati sedangkan Ayahnya mungkin senang berbahagia melewati hidup tanpa pengganggu seperti dirinya.

"Nikmati hidup Pril! Jangan pikirin apapun anak yang dibuang seperti kita tugasnya hanya bersenang-senang."Teriak Yola salah seorang gadis yang berasal dari tanah air yang juga dibuang oleh orang tuanya.

Yola terlahir sebagai anak haram hasil perselingkuhan Ibunya hingga sejak bayi dia dibuang ke negara ini sampai akhirnya mereka bertemu dan memutuskan menjadi sahabat sampai saat ini.

Nasib Prilly jauh lebih beruntung dari Yola sebenarnya hanya saja Prilly terlalu malas untuk bersyukur dengan memiliki Ayah bejat seperti Haris Sandoko.

Selama 10 tahun pembuangannya tak pernah sekalipun Haris datang menjenguknya hanya Yana sang Oma yang datang berkunjung awal tahun pertama namun setelahnya Prilly harus menerima kenyataan sang Oma dinyatakan lumpuh hingga tidak bisa membuatnya berpergian bebas seperti dulu.

Kini tumpuan hidup Prilly hanya Oma Yana.

"Oma lo apa kabar?"Tanya Yola disela tubuhnya yang bergerak mengikuti alunan musik.

Prilly juga melakukan hal yang sama gaun seksi yang dia kenakan membuat puluhan mata menatap kearahnya dengan pandangan begitu memuja namun Prilly hanya nakal sekedar menegak minuman keras untuk pergaulan bebas dia masih tahu diri untuk tidak melakukan perbuatan cela itu.

Selain beresiko terkena penyakit kelamin Prilly juga masih memegang teguh ajaran Ibunya dulu kalau mahkotanya sebagai seorang gadis hanya berhak dinikmati oleh suaminya kelak meskipun dia tak yakin untuk memiliki suami suatu saat nanti.

Ayolah! Apa gunanya suami lihat saja Ibunya, seumur hidup yang ibunya lakukan adalah berbakti pada suami yang sialannya memiliki darah yang sama dengan dirinya tapi lihat apa yang Ibunya dapatkan? Penderitaan dan air mata.

Laki-laki yang begitu diagung-agungkan oleh Ibunya ternyata tak lebih dari seorang pengkhianat.

Dan Prilly memilih jalan aman yaitu tetap sendiri tanpa harus takut sewaktu-waktu dikhianati.

"Oma gue baik. Cuma ya begitu sekarang beliau nggak bisa ngunjungin gue lagi kayak dulu."Terbesit rasa sedih yang begitu dalam di hatinya ketika mengingat sang Oma yang menghabiskan sisa hidupnya di atas kursi roda.

Yola meletakkan gelas minumannya lalu beralih memeluk bahu Prilly menguatkan sahabatnya itu. "Sabar ya. Kalau kangen kan masih bisa telfonan atau video call gitu."Yola berusaha menghibur.

Prilly tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Iya selama Oma sehat gue baik-baik aja."jawab Prilly.

"Udah ah nggak usah sedih-sedih nggak cocok sama kita ya nggak?"Prilly kembali tertawa dan kembali menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik bersama Yola.

Mereka sama-sama sudah menyelesaikan pendidikan mereka tapi karena mereka hanya anak buangan mereka memilih menghabiskan waktu mereka di sana dari pada kembali menginjakkan kaki di tanah air.

Prilly bekerja sebagai model dan Yola yang pada dasarnya anak cerdas dia bekerja disalah satu perusahaan besar di sana.

Yola sangat menikmati hidupnya hanya terkadang Prilly bisa melihat kesedihan di mata sahabatnya itu ketika Yola mengingat pengasuhnya sedari kecil yang sudah meninggal dunia setahun yang lalu dan sejak saat itu kenakalan Yola semakin menjadi-jadi.

"Gue nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini jadi ya gue bebas."Selalu kata itu yang keluar dari mulut Yola ketika Prilly menasehatinya.

Prilly hanya takut Yola salah langkah dan untungnya sampai saat ini Yola masih mendengar apapun yang dia katakan meskipun selalu diikuti dengan bantahannya.

Drtt..

Prilly melihat ponselnya yang di letakkan di atas meja menyala. Dengan malas dia menggerakkan tangannya untuk mengambil benda pipih itu.

Mas Varo : Oma sakit parah Pril. Please pulang.

Prilly nyaris menjatuhkan ponselnya ketika membaca pesan dari salah satu sepupunya.

Oma? Oma sakit. Ya Tuhan bagaimana ini?

Perlahan tubuh Prilly mulai bergetar jantungnya berdegup kencang dadanya seperti sesak.

"Yola gue harus pulang ke Indonesia sekarang."Tanpa menunggu jawaban dari Yola, Prilly sudah terlebih dahulu berlari keluar dari salah satu Bar terbesar di negara itu.

Prilly tidak memperdulikan rentetan makian yang ditujukan padanya. Prilly menabrak orang-orang yang sedang berjoged di sana namun dia tidak perduli yang dia inginkan sekarang adalah segera tiba di parkiran.

Untuk pertama kalinya Prilly benar-benar membenci suasana ramai di dalam Bar yang menjadi tempat pelampiasan kesepian yang dia rasakan selama ini.

"Ya Tuhan! Aku bersumpah ini terakhir kalinya aku menginjakkan kakinya disini."Gerutu Prilly dengan wajah frustasi.

'Oma tunggu Prilly pulang! Oma harus kuat demi Prilly Oma. Demi Prilly.'

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang