Bab 17

3K 316 12
                                    


"Arghh!!"Teriakan seorang wanita menggema memenuhi seisi rumah Sandoko.

"TUYUL MANA YANG BERANI MENYENTUH BARANG-BARANG KU?!"

Prilly yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya terkikik geli saat mendengar teriakan Nyonya besar. "Mana ada tuyul secantik aku."Katanya sambil membalurkan kulitnya dengan body lotion.

Prilly bersenandung pelan seolah tak terganggu dengan teriakan-teriakan yang menurutnya begitu berlebihan.

"Ck! Baru satu guci sudah seheboh itu bagaimana kalau aku membakar rumah ini. Eum pasti lebih seru."Prilly mulai mempertimbangkan hal-hal gila lainnya untuk dia lakukan.

Ah! Mulai besok dia harus merencanakan kejutan-kejutan kecil untuk penghuni rumah ini. Ya anggap saja hadiah atas kepulangannya.

Di luar kamar Prilly tepatnya di ruang tamu terlihat Mitha yang terus berteriak memaki pelayan rumahnya yang dianggap tidak becus menjaga guci kesayangannya.

"Kalian tahu harga guci saya bahkan lebih mahal dari kepala kalian! Bisa-bisanya kalian lalai dan guci saya berakhir mengenaskan begini hah?!"Mitha benar-benar nyaris terkena serangan jantung saat menginjakkan kakinya di rumah dan mendapati pemandangan mengerikan.

Guci kesayangannya sudah berubah menjadi serpihan kecil yang berhamburan mengotori lantai rumahnya.

"Aarrghh!!"Wanita itu kembali berteriak meluapkan kekesalan dan juga kesedihannya. Dia benar-benar mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan Guci yang harganya hampir sama dengan satu unit mobil keluaran terbaru itu.

"Ma..maaf Nyonya tapi tadi gadis itu--"

Mitha kembali memelototi pelayannya dia tidak ingin mendengar omong kosong mereka! Tidak ada yang berani menginjakkan kakinya di rumah ini tanpa seizin dirinya.

"Jangan mengarang cerita di hadapanku! Mulai sekarang kalian saya pecat! SAYA TIDAK AKAN MENGAMPUNI KALIAN SEMUA! ARRGGHH!!"

Lima orang pelayan tampak mematung, mereka tidak menyangka peristiwa pecahnya juga berujung dengan pemecatan mereka.

Para pelayan sontak memohon bahkan mereka berlutut meminta supaya Nyonya besar tidak memecat mereka.

Dengan kasar Mitha menendang pelayannya yang berani menyentuh kakinya. Dia tidak mau tangan-tangan  yang bisa membuat kulit halusnya menjadi gatal. Dia anti berdekatan dengan rakyat jelata seperti mereka.

"Bangun!"

Seketika isak tangis dan permohonan pelayan yang berlutut di hadapan Mitha terhenti mereka serempak menoleh menatap seorang wanita cantik yang berdiri tak jauh dari mereka.

Mitha membulatkan matanya. "Ka..kamu."

Prilly tersenyum lebar namun terlihat mengancam hingga membuat Mitha meningkatkan kewaspadaannya.

"Kita bertemu kembali Ibu tiri."Prilly menyeringai ketika melihat wajah-wajah mereka yang pucat disana.

Pelayan dan Mitha tampak membeku mereka tidak menyangka kalau gadis cantik yang memecahkan guci tadi sore adalah putri dari Tuan besar.

"Kalian tidak dengar aku bilang bangun!"Prilly kembali memerintahkan pelayannya dengan tatapan tajam. Dengan cepat para pelayan itu bangun. Tatapan Prilly kembali melembut ketika pandangan kembali bertemu dengan Mitha yang masih terlihat membeku.

"Kamu kenapa bisa ada disini?"Tanya Mitha setelah tersadar dari keterkejutannya.

Dengan cuek Prilly mengedikkan bahunya. "Di sini rumahku jadi sudah sewajarnya aku berada disini bukan begitu Ibu Tiri?"Prilly benar-benar menikmati wajah pucat Mitha.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang