Bab 8

2.8K 301 10
                                    


Prilly masih saja terus terkikik ketika kembali mengingat bagaimana ekspresi Ali saat tanpa sengaja menatap belahan dadanya.

Ali benar-benar pria manis bahkan sangking manisnya Ali segera mendorong tubuhnya hingga dia nyaris telungkup jika Kanaya tidak menahannya.

"Ali apa-apa sih kamu Dek. Prilly hampir jatuh ini."Rupanya Ali adalah Dedeknya Kanaya.

Ah bagaimana bisa Kakak beradik ini terlihat begitu menggemaskan dengan cara mereka masing-masing.

"Jadi Nona bisa anda jelaskan tentang kekacauan yang anda lakukan di butik Kakak saya."

Prilly mengerjap pelan sebelum memfokuskan tatapannya pada Ali yang sialan tampan.

Ali masih sama tampannya dengan beberapa hari lalu di mana mereka bertemu untuk pertama kalinya.

"Dan Tuan Ali bisakah Anda jelaskan kenapa tidak ada itikad baik dari Anda setelah Anda menghancurkan mobil saya?"Prilly balik bertanya dengan wajah menantang seperti biasa.

Kanaya yang menjadi pendengar sejak tadi seketika menoleh menatap Prilly dengan mata berbinar. "Jadi kamu yang nabrak mobil aku Pril?"Tanyanya kelewat semangat sampai Prilly merasa silau dengan cerahnya senyuman Kanaya.

Dengan sedikit kaku Prilly menganggukkan kepalanya. Jadi mobil yang dia tabrak kemarin itu adalah mobil wanita imut ini.

"Wah terima kasih banyak ya."Kanaya segera melemparkan diri ke dalam pelukan Prilly gadis itu nyaris terlentang karena tidak kuat menahan bobot Kanaya badan Kanaya saja jauh lebih besar dari badannya.

Prilly menoleh dan menatap sekilas lengan kekar Ali yang menopang punggungnya agar tidak terjatuh. Prilly tersenyum kecil sebelum membalas pelukan erat Kanaya.

Sebenarnya dia sedikit bingung bagaimana bisa ada orang sebaik Kanaya yang malah berterimakasih kepadanya kepada penabrak mobilnya.

Ini yang gila siapa sih?

Kanaya melepaskan pelukannya lalu beralih menggenggam tangan Prilly. "Gara-gara kamu nabrak mobil aku. Aku jadi bisa morotin Adek Ali deh."Serunya ceria bahkan kelewat ceria.

Ali mengalihkan pandangannya ketika mata bulat Prilly mengerling nakal padanya. Pria itu tidak sadar jika tangannya masih bertahan menempel di punggung Prilly.

Prilly juga tidak ambil pusing bahkan dia merasa nyaman-nyaman saja dengan tangan Ali jika biasanya dia akan berang jika ada yang menyentuh tubuhnya tapi berbeda dengan Ali.

Tangan Ali begitu hangat dan dia suka.

"Wah hebat dong! Memang Kay mau diganti mobil apa?"Tanya Prilly.

Kanaya sedikit bingung, "Biasanya orang-orang manggil aku Kakak atau Naya tapi kamu manggil aku Kay. Eumm yaudah deh nggak apa-apa Kay juga kedengarannya bagus kok. Ya kan?"Prilly sampai heran melihat Kanaya yang luar biasa ceria bahkan keceriaan wanita ini terlihat sangat bertolak belakang dengan umurnya.

Jika Ali adiknya yang ditaksir Prilly berusia sekitar 27 tahun ini berati Kanaya berada diatas Ali meski tidak tahu berapa jauh perbedaan umur mereka namun untuk ukuran gadis 27 tahun keceriaan Kanaya sedikit ganjil di mata Prilly atau hanya perasaannya saja ya.

"Ekhem!"

Deheman Ali yang duduk di sampingnya membuat Prilly tersadar dari lamunannya. Matanya mengerjap beberapa kali.

"Jadi mari kita selesaikan masalah ini Nona. Juga perihal kecelakaan kemarin."Ali buru-buru melanjutkan saat melihat Prilly akan menyela perkataannya.

Dengan malas Prilly menganggukkan kepalanya. Setelah mendapat persetujuan dari Prilly akhirnya Ali memerintahkan karyawan Kanaya untuk membawa Salsa kembali ke hadapan mereka.

Kanaya duduk tenang seolah tidak terjadi apa-apa bahkan dia sudah mulai cekikikan ketika melihat video lucu di ponselnya. "Lucu Pril mau nonton."tawarnya ceria. Prilly menggeleng pelan.

Salsa datang masih dengan gaunnya yang sudah compang-camping. Wanita cantik itu duduk sedikit berjauhan dari Prilly. Dia takut tangan Prilly memanjang dan kembali mencakarnya.

Salsa sengaja memperlihatkan kemampuan aktingnya di depan Ali. Siapa yang tidak mengenal sosok tampan pemimpin AK Group. Tapi yang jadi pertanyaannya kenapa Ali berada disini?

"Jadi bisa kita mulai perdamaian kalian sekarang."Ali membuka suara.

"Aku nggak mau berdamai. Ini sakit sekali."Salsa sengaja memperlihatkan lengan mulusnya yang sedikit memerah bekas cakaran Prilly pada Ali dengan gaya begitu manja hingga membuat Prilly muak.

"Cih!"Prilly berdecih dengan wajah malasnya.

Ali melirik Prilly sejenak sebelum memfokuskan dirinya pada Salsa yang terlihat begitu agresif. Entah apa yang salah pada wanita ini.

"Jadi kalian ingin membawa masalah ini ke jalur hukum?"Tanya Ali datar.

Salsa langsung berdehem pelan dia tidak ingin masalah ini berbuntut panjang bisa hancur pamornya sebagai artis baik-baik apalagi jika di lihat-lihat lawannya kali ini bukan orang sembarangan meskipun dia tidak tahu dari mana asal gadis ini.

"Aku ingin dia meminta maaf!"Salsa menunjuk Prilly.

Prilly menaikkan sebelah alisnya. "Nggak salah lo!"hardiknya keras.

"Maaf Mas Mbak diluar wartawan mulai berdatangan."Seorang karyawan Kanaya datang memberitahu dengan muka sedikit pucat.

Ali memejamkan matanya. Dia benar-benar tidak berniat masuk dalam urusan perempuan yang rumit seperti ini.

Ali segera merogoh saku celananya menghubungi anak buahnya untuk mengusir wartawan yang memadati Butik Kakaknya. Prilly hanya duduk diam wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi dia sedang berfikir bagaimana caranya dia berkelit agar wartawan tidak mengetahui identitasnya terlebih masalah ini melibatkan Salsa si artis yang sedang naik daun ini.

Ali mengantongi kembali ponselnya setelah selesai memberi instruksi pada anak buahnya.

"Jadi sekarang ayo mulai! Cepat selesaikan masalah ini dan segera pergi dari butik Kakak saya."Tegas Ali membuat bola mata Salsa nyaris lepas. "Kakak?"Ulangnya lagi.

Kanaya yang sejak tadi menyimak menganggukkan kepalanya."Iya Ali Adek kesayangan aku."jawabnya polos.

Salsa nyaris pingsan mengetahui fakta itu. Sial! Bagaimana jika Kanaya mengadukan perbuatan kasarnya tadi pada Ali? Bisa gagal dirinya memikat Ali.

"Aku tetap ingin dia meminta maaf."Prilly mengernyit heran saat mendengar suara Salsa berubah lembut. "Tidak akan."Tegas Prilly tampak tak perduli.

Ali melirik Prilly dengan wajah kerasnya namun Prilly sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi takut bahkan wajah gadis itu terlihat santai saja.

"Minta maaf dan cepat selesaikan masalah ini Nona!"

Prilly sedikit memiringkan tubuhnya lalu bersidekap sebelum memfokuskan dirinya menatap Ali penuh perhitungan. "Aku tidak akan minta maaf karena ini tidak sepenuhnya salahku."Tegasnya sekali lagi.

Ali mengeram marah. Dia tidak ingin masalah ini berlarut-larut apalagi sampai menyeret Kanaya. Dia ingin masalah ini cepat selesai.

"Aku tidak perduli yang jelas aku melihat kamu yang paling banyak bertindak kasar Nona."

Prilly mengeratkan garis rahangnya hilang sudah feelingnya pada Ali. Ternyata sikap Ali tidak setampan wajahnya.

"Oh ya! Apa hanya karena kau melihatku memukuli setan betina ini lalu kau bisa langsung menyatakan aku bersalah. Situ waras?"Sindir Prilly berapi-api.

Ali terhenyak namun ekspresi wajahnya tetap datar sedangkan Kanaya dan Salsa mulai merinding dengan aura mengerikan yang menguar dari tubuh Ali dan Prilly.

"Sekali lagi kutegaskan aku tidak akan pernah meminta maaf. Sekalipun harus menempuh jalur hukum terserah yang pasti aku nggak akan minta maaf."

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang