Bab 37

3.3K 356 18
                                    


"YA NGGAK BISA GITU DONG KALIAN!"

Semua terkejut mendengar teriakan Ali bahkan Ria nyaris terjengkang ketika Ali tiba-tiba bangun dan meneriaki William dan Kanaya.

Kanaya langsung memeluk William sangking kagetnya. "Apaan sih lo? Main teriak aja kaget nih calon ibu dari anak-anak gue."William memarahi Ali. "Tenang Sayang ada Abang Wil disini."

"Calon Ibu anak-anak lo itu Kakak gue kalau lo lupa!"hardik Ali tak mau kalah. "Pokoknya gue nggak setuju lo nikahin Kakak gue!"Tolak Ali penuh emosi.

William mencibir sambil memeluk Kanaya. "Tuh Nay kamu nggak dibolehin sama Adek Ali kamu nikah sama Abang Wil gimana tuh?"

Kanaya mengangkat kepalanya yang tadi dia susupkan ke leher William. "Adek Ali nggak boleh gitu sama Kakak. Nanti Allah marah kalau Adek jahatin Kakak sendiri."

"Tuh denger nasihat dari calon ibu anak-anak aku. Duh Sayang! Manis banget sih kamu. Anak ciapa cih tatak Tanaya ini eum?"William sengaja menggoda Kanaya dengan bahasa bayi yang terdengar begitu lebay.

"JIJIK WILLIAM!"

William tidak tersinggung bahkan dia tertawa terbahak-bahak ketika dirinya berhasil membuat emosi Ali melonjak. Wajah merah dan gusar Ali saat ini benar-benar pemandangan langka.

Foto ah!

"Coba kalau lo berani ambil gambar gue! Jangan salahin gue kalau tuh ponsel masuk ke mulut lo!!"Ali menunjuk William penuh emosi.

Bikin panas hati aja tuh si William mesra-mesraan depan Ali kan yang ngebet nikah tuh Ali ngapain juga mereka ikutan. Rusuhin hidup Ali aja.

Kanaya langsung berdiri di hadapan William berusaha melindungi William dari Ali yang seperti ingin menelan William hidup-hidup. "Jangan jahat-jahat Adek! Nanti William bisa mati kalau dimasuin hape ke mulutnya."

"Biarian aja dia mati! Penghuni neraka dia itu!"

Ria tertawa senang ketika melihat wajah kusut William. "Senang amat tuh Ibu mertua menantunya di samain sama setan."dengus William yang sama sekali tidak menghentikan tawa Ria.

"Ya ampun! Mami suka liat Adek Ali marah-marah gini. Jarang-jarang kan sampe mendalami peran begitu dia."

Ini lagi Ibu satu anaknya udah marah kebelet kawin eh malah diketawain!

Ali menghembuskan nafasnya dengan cepat tangannya meraih jas yang tergeletak dilantai. Dia harus segera menyingkir dari sini lama-lama melihat wajah penuh dosa William dia jadi khilaf bisa-bisa si William dia masuin ke knalpot mobilnya.

"Pokoknya gue nggak akan memberi restu gue buat lo nikahin Kakak gue. Ingat itu."Ali berbalik meninggalkan William dan Kanaya yang langsung tertunduk lesu.

"Yah gagal kawin deh anak lajang Papa Bram."Ria sengaja mengejek William yang semakin kusut.

"Yah Tante mertua gimana sih? Aturannya bantuin kami dong Tante malah diejek."

Kanaya menganggukkan kepalanya. Dia sudah siap lahir batin untuk di pinang playboy cap kingkong ini masak iya gagal nikah. Nggak mau!

Kanaya baru saja akan merengek pada Ibunya sampai tiba-tiba senyumannya mengembang. Dia punya ide bagus.

Haha! Adek Ali-nya pasti nggak akan protes lagi kali ini.

"Kok malah senyum-senyum begitu sih Sayang. Kamu senang kita gagal nikah gitu?"

"Apaan sih."Kanaya tidak menghiraukan tingkah William yang berusaha mencari perhatiannya. Kanaya terlihat sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Kamu kenapa sih?"William benar-benar tidak suka Kanaya mengabaikan dirinya.

"Yaelah Wil! Kalau putri cantik Mami sudah begitu mending kamu intropeksi diri deh! Pelet kamu sama Kanaya udah mulai pudar kali."Celetuk Ria asal.

William memandang mertuanya dengan wajah cemberut. "Enak aja Tante mertua kalau nguap! Gini-gini Wil pria beriman Tante nggak mungkin melakukan itu musyrik masuk neraka."William malah menceramahi calon mertuanya.

"Ya di katakan dengan jelas oleh penjahat kelamin kayak kamu."Kanaya sudah selesai dengan urusan ponselnya.

"Yah Sayang. Jangan ngomong begitu dong! Kan aku udah tobat."

Kanaya mengibaskan tangannya wajahnya berseri-seri menatap Ibunya penuh senyuman.

"Kamu benar-benar senang kita nggak jadi nikah iya? Aduh Kanaya! Jangan dong Papa aku udah nyiapin semuanya undangan aja mungkin udah dicetak noh sama Papa aku."

Ria kembali tertawa terbahak-bahak. Kanaya menatap William bingung, "Kamu kenapa sih?"

"Lah kok tanya aku mestinya aku yang tanya kamu Kanaya. Kamu kenapa? Maharnya kurang iya? Sebutin deh kamu mau apa biar aku bawa terus aku jadiin mahar buat menghalalkan kamu."

Ria mencibir jelaskan atensi William sebagai mantan playboy tidak diragukan lagi.

"Serius aku boleh minta apa aja nih?"William menganggukkan kepalanya tanpa pikir panjang. "Aku mau mahar 10Milyar dong. Kan pasti viral tuh aku dipinang sama mantan playboy cap kingkong dengan mahar 10 Milyar eh kurang nggak jadi 25 Milyar aja gimana? Eh apa minta Trilyunan aja ya?"

Bugh!

"Ya Allah Mami. Abang William pingsan!"

**

"Halo Sayang."

Ali baru saja keluar dari rumah sakit. William harus menjalani rawat inap malam ini. Entah apa yang terjadi pada sahabatnya itu hingga setelah sadar dari pingsan suhu tubuh pria itu melonjak naik bahkan wajahnya seperti ketakutan ketika melihat Kanaya.

Ada-ada saja pasangan itu!

"Hai juga Sayang. Maaf ya Mas kayaknya terlambat ke tempat kamu soalnya Mas baru dari rumah sakit."Ali menjelaskan pada Prilly dengan tangan sibuk merogoh saku celananya.

"Rumah sakit mana? Mas ngapain di sana? Siapa yang sakit Mas? Mas baik-baik saja kan?"

Ali tersenyum lebar saat mendengar suara Prilly yang terdengar begitu khawatir. Inilah yang sangat dia suka dari Prilly selain sikap manja dan menggemaskannya Prilly mempunyai sisi kepedulian yang tinggi.

"Halo Mas. Jawab dong jangan bikin takut ah."

Dan kini telinga Ali kembali disuguhkan suara merdu dari rengekan Prilly yang membuatnya gemas setengah mati bahkan tanpa sadar dia sampai menggigit bibir bawahnya.

"William yang sakit Sayang."Tidak tega juga dia membiarkan kekasihnya khawatir di sana apalagi kondisi Prilly juga sedang dalam keadaan tidak sehat.

"Oh syukurlah."

"Kok syukur sih Sayang. William sahabat Mas loh."Ali terkekeh pelan ketika mendengar helaan nafas lega dari Prilly. Sepertinya nasib William tidak semujur tampang gantengnya.

Poor William!

"Yaudah Mas ke rumah kamu sekarang ya masih keburu kayaknya."Ali melirik jam di pergelangan tangannya masih belum terlalu malam untuk bertamu.

Selepas siang hingga malam tadi dia sibuk mengurus William yang luar biasa rewelnya jika tidak mengingat persahabatan mereka mungkin Ali sudah mendorong pria itu dari jendela rumah sakit.

Serba mengeluh si William tuh, kamar inapnya nggak bagus lah fasilitas nggak lengkap kalau mau bagus kenapa tidak menginap di hotel aja. Benar-benar menyusahkan!

"Sebenarnya aku juga tidak berada di rumah Mas."

Ali mengernyit bingung, "Terus kamu dimana Sayang?"Ali berusaha menahan diri jika jawaban Prilly tidak bisa ditolerir olehnya maka jangan salahkan dirinya kalau sampai kelepasan memarahi kekasihnya itu.

"Aku di rumah sakit tadi sore dilarikan kemari oleh Mas Varo dan sekarang aku sedang di rawat inap di sini Mas."penjelasan Prilly benar-benar membuat kepala Ali berasap.

Bolehkah Ali memaki saat ini?

Sialan! William sialan! Dasar kerak neraka!

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang