Bab 20

3.1K 328 12
                                    


Kanaya memperhatikan setiap gerak-gerik Ali dan Prilly yang begitu canggung tepatnya Adik Ali yang terlihat malu-malu kucing begitu.

"Kamu kenapa sih Dek? Kakak perhatiin wajah kamu merona terus deh."Celoteh Kanaya tanpa tahu situasi.

Ali tersedak makanannya dengan cepat Prilly beranjak dan menyodorkan segelas air putih untuk Ali. Ali segera meneguk air yang disodorkan oleh Prilly.

Kanaya mencibir. "Makanya sebelum makan berdoa dulu kata Mami kalau kita makan tapi nggak berdoa jin jahat bisa masuk ke mulut terus kita tersedak deh."Kanaya menceritakan apa yang dia dengarkan dari sang Mami tanpa memperdulikan wajah merona dua manusia lainnya.

Prilly melirik Kanaya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya pada Ali. "Udah mendingan?"Tanyanya setelah batuk Ali mereda.

Ali menganggukkan kepalanya. "Sudah."

Prilly kembali duduk ke tempatnya di sisi kanan Ali. Ali duduk kursi yang biasanya ditempati Biyan sedangkan Prilly di tempat Ria. Kanaya tetap pada posisinya di meja makan.

"Eh sadar nggak sih kalau kalian kayak Mami Papi."Kanaya menyeletuk setelah sadar posisi Ali dan Prilly.

Prilly melirik Ali yang ternyata merona. Prilly selalu menyukai rona merah samar yang memenuhi pipi Ali meskipun wajah pria itu tetap datar seperti biasanya.

Tanpa Prilly sadari ternyata Ali sekuat tenaga mempertahankan ekspresi wajahnya. Ali salah tingkah dan dia tahu itu.

Ali berdehem pelan sebelum kembali melanjutkan makan siangnya. Prilly juga melakukan hal yang sama tapi tidak dengan Kanaya, wanita itu terlihat memperhatikan gerak-gerik Adiknya dan juga Prilly.

"Kakak sudah bisa membayangkan bagaimana rupa anak kalian nanti."

"Uhuk!"

"Uhuk..!"

Kali ini Ali yang beranjak dari duduknya ketika Prilly tersedak lebih parah darinya. Gadis itu terbatuk-batuk sampai matanya berair. Ali cemas luar biasa sambil menyodorkan air dalam gelas miliknya.

"Hati-hati."Ali mengusap pelan punggung Prilly yang sedang menegak minuman dari gelas milik Ali.

Prilly masih terbatuk bahkan tubuhnya sedikit membungkuk kearah Ali. Tanpa sadar Prilly memeluk pinggang Ali membenamkan wajahnya di perut Ali untuk meredakan batuknya. Tenggorokan serta dadanya terasa sakit sekali.

Ali mengusap punggung dan kepala Prilly dengan lembut. Interaksi keduanya benar-benar natural tidak ada kesan dibuat-buat.

Kanaya menopang dagu dengan kedua tangannya menatap 'kemesraan' yang tersaji di hadapannya. Ali terlihat layaknya seorang suami yang begitu mencemaskan kondisi istrinya. Sedangkan Prilly terlihat seperti seorang istri yang tengah mengadu kesaktiannya pada suami dengan begitu manja namun terlihat sangat manis.

Kanaya mengambil ponsel pintarnya lalu mengambil beberapa lembar foto kemesraan itu lalu..

"Kirim ke Mami ah!"Ucapnya khas dengan gaya ceria seorang Kanaya Hermawan.

**

Ria nyaris menjerit heboh jika Biyan tidak menahan pinggangnya. "Mami kita lagi di acara resmi jangan teriak-teriak sayang."Peringat Biyan dengan berbisik ditelinga istrinya.

Ria menutup mulutnya dengan wajah sedikit meringis. "Maaf Sayang. Mami lagi bahagia soalnya."Hampir saja dia mempermalukan dirinya juga sang suami.

Dasar Kanaya cantik tahu saja cara membahagiakan Maminya.

Biyan mengernyit bingung lalu kembali berbisik pada istrinya. "Bahagia kenapa Mi?"

Mereka sedang menghadiri sebuah acara resmi hingga tak begitu leluasa berbicara. Ria ikut berbisik sambil memperlihatkan apa yang menjadi penyebab kebahagiaannya.

Biyan tersenyum kalem jika dilihat-lihat perawakan dan bawaan Biyan hampir sama dengan Ali putranya hanya saja karakter Ali yang kelewat kaku.

"Jadi Mami bahagia Ali perhatian seperti itu pada Prilly?"

"Iya dong. Kan calon mantu itu."

Biyan tersenyum menggenggam lembut tangan istrinya. "Kita serahkan semuanya pada Tuhan ya Sayang. Tugas kita hanya berdoa jika Prilly memang ditakdirkan untuk menjadi putri kita selain Kanaya Papi akan menerimanya dengan senang hati."Biyan mengecup lembut tangan istrinya.

Ria mengangguk pelan. "Iya Pi Mami tahu tapi tetap saja Mami akan berusaha terus berdoa terus menerus hingga Tuhan mengabulkan keinginan Mami untuk menjadikan Prilly menantu kita."

"Semoga Sayang ya."

"Amiin. Kita berdoa sama-sama ya Pi."

"Iya Sayangku."

**

Kecanggungan yang terjadi di antara Ali dan Prilly terasa sangat kental. Keduanya serempak menghindar satu sama lain. Seperti saat ini dimana Kanaya sedang merajuk karena Ali menolak usulannya untuk berjalan-jalan bersama menghabiskan waktu sambil menunggu Mami dan Papinya pulang yang katanya sangat lama.

"Ayok dong Dek. Ke pantai aja kan dekat itu."Kanaya kembali bergelayut di lengan Ali.

Ali tak menghiraukan rajukan Kakaknya dia memilih sibuk dengan tab di tangannya. Dia memang bolos kerja hari ini tapi kerjaannya tetap harus dipantau meskipun hanya melalui gadgetnya. Banyak email masuk yang harus segera dia baca.

Prilly sendiri duduk diam di sofa di hadapan Ali dan Kanaya dia memilih menikmati interaksi menggemaskan Kakak beradik di hadapannya saat ini.

Kanaya terus melancarkan aksinya tapi Ali tetap diam bahkan terkesan abai pada Kanaya. Prilly tidak tahan melihat Kanaya yang terus diabaikan hingga akhirnya dia buka suara.

"Jangan diganggu Kay mungkin Ali sibuk. Kamu sama aku aja jalannya gimana?"Tidak hanya Kanaya tapi Ali juga menoleh menatap Prilly.

Prilly memilih memfokuskan pandangannya pada Kanaya mengabaikan tatapan Ali, dia tidak malu hanya saja mengingat kedekatan mereka saat makan siang tadi entah kenapa membuatnya sedikit salah tingkah.

"Mau ayok!"Seru Kanaya gembira. "Lihatkan? Sekarang Kakak punya Prilly yang jauh lebih sayang Kakak daripada kamu huuuh!"Kanaya mengejek Adiknya.

Prilly tersenyum Kanaya ketika marah bukannya menakutkan justru sebaliknya wajah marahnya terlihat begitu menggemaskan.

"Oke deh calon Adik ipar tunggu Kakak Naya ganti baju sebentar ya."

"Uhuk!"

"Uhuk!"

Ali dan Prilly serempak terbatuk namun dengan santainya Kanaya justru melangkah meninggalkan mereka dalam kecanggungan hingga suasana ruang tamu semakin hening saja.

Prilly melirik Ali sekilas begitu pula dengan Ali keduanya sepakat lirik-lirikan tanpa ada yang berkeinginan membuka suara terlebih dahulu.

Ah Prilly katanya mau berjuang untuk mendapatkan laki-laki kaku itu masak baru peluk pinggang saja sudah malu-malu begini.

Prilly mengakui kalau melakukan sesuatu tak semudah meniatkannya. Seperti dirinya meskipun dia sudah memutuskan untuk berjuang tetap saja dia memiliki rasa malu.

Drrtt...

Suara deringan ponsel Prilly memecahkan keheningan. Senyum Prilly seketika terbit saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Mas Varo."Riang Prilly tanpa sengaja di dengar oleh Ali.

Mata Ali sontak menyipit tajam tanpa pria itu sadari telinganya sudah terpasang siaga untuk mendengar pembicaraan Prilly dengan pria bernama Varo itu.

"Halo Mas."Sapa Prilly dengan riang.

Raut riang di wajah Prilly tiba-tiba berubah sendu setelah mendengar berita dari Varo. "Apa Mas? Kenapa bisa begitu? Nggak mungkin Mas!"Prilly beranjak dari duduknya bahkan air matanya seketika meleleh.

Tubuh Ali beranjak dengan sigap kedua tangannya memeluk tubuh mungil Prilly ketika gadis itu hampir limbung.

"Oma. Nggak mungkin! Omaaa!!"

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang