Bab 41

3.2K 345 5
                                    


Tanggal untuk lamaran resmi dan juga akad nikah Kanaya dan William sudah di tentukan. Malam ini kedua keluarga besar akan mengadakan lamaran resmi meskipun hanya acara kecil-kecilan saja toh tanpa ada lamaran lagi pun kedua keluarga sudah tahu pasangan alay itu sama-sama kebelet kawin.

Ali mendengus untuk kesekian kalinya saat William dengan sombongnya memamerkan cincin tunangan yang melingkar di jari manisnya dan jangan lupakan gaya sengak pria itu dalam mengumbar kemesraan terutama di depan Ali.

"Cih."

Prilly tertawa geli melihat kelakuan dua sahabat itu. Prilly memang diundang secara resmi oleh Kanaya bahkan gadis itu sejak tadi terus menempeli dirinya hingga membuat Ali semakin senewen saja.

"Jauh-jauh deh Kak!"Perintahnya pada Kanaya yang terus memeluk pinggang Prilly.

Dan jangan lupakan biawak bule yang ikut menempeli Kanaya. Kenapa Prilly jadi terlihat seperti janda muda dengan anak muka tua? Menyebalkan!

"Nggak boleh begitu Adek. Kakak lagi kangen-kangenan sama calon adek ipar kan bentar lagi Kakak mau nikah takutnya nanti dilarang sama Abang William kemana-mana kan jadi repot."Cerocos Kanaya tak nyambung bahkan tidak dipedulikan oleh Ali.

"Abang nggak akan ngekang kamu kok Sayang. Tenang aja! Asal kemanapun kamu pergi Abang boleh ikut ya kamu bebas."Jawab William sok bijak.

Sok bijak! Cuih! Minta dibejek iya.

Prilly tertawa geli melihat kelakuan dua manusia yang sebentar lagi akan bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Memang jika orang lain yang melihat interaksi Kanaya dan William bisa berpotensi membuat perut mual nyaris muntah seperti ekspresi Ali saat ini tapi Prilly tahu jauh di dalam hati mereka, keduanya saling mencintai.

Ah manisnya!

"Jangan kamu liatin mereka terus nanti kalau sakit perut Mas nggak tanggung jawab ya."Celetuk Ali tanpa mengecilkan volume suaranya.

William segera menjauhkan tangannya dari pinggang Kanaya lalu beranjak dari sana dan memilih menempatkan diri di samping Ali dengan manja William memeluk pinggang Ali bahkan merebahkan kepalanya di bahu Ali.

"Kamu cemburu karena aku menikahi Kanaya bukan kamu ya? Jangan begitu Sayang kita hanya ditakdirkan untuk bertemu tapi tidak untuk saling memiliki."

"Apaan sih Wil? Najis tahu nggak!"Ali baru-baru melepaskan pelukan William pada tubuhnya dan dengan kejam dia mendorong William hingga sahabatnya itu nyaris terjungkal.

"Eh--"

Kanaya dan Prilly sontak menjerit saat melihat tubuh William yang hampir berdebam di lantai. "Ya ampun Mas."Prilly menepuk pelan lengan kekasihnya. "Nggak lucu loh Sayang kamu becanda begitu. Kalau Abang sampai jatuh terus kepalanya ke bentur lantai gimana?"Omel Prilly gemas setengah mati karena wajah Ali begitu datar bahkan tidak terlihat raut bersalah sama sekali di wajah tampan itu.

"Ya bagus."jawab Ali enteng.

William hanya bisa mengelus dadanya sepertinya dia akan mati muda jika harus menghadapi kelakuan Adik iparnya ini.

Kanaya sendiri bukannya marah pada Ali tapi wanita yang terlihat begitu cantik malam ini justru tertawa terbahak-bahak. Posisi William tadi benar-benar lucu menurutnya.

Prilly dan William hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Kakak dan Adik ini. Satu lempeng minim ekspresi yang satu lagi terlalu ekspresif dan terlalu aktif.

Benar-benar ajaib.

**

Pertemuan dua keluarga sudah selesai dan terhitung mulai besok Kanaya dan William sudah disibukkan dengan berbagai kelengkapan untuk keperluan pernikahan mereka yang akan direncanakan minggu depan.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang