Bab 25

3.2K 339 29
                                    


Prilly terlebih dahulu memutuskan pandangan mereka. Dia tidak siap di tatap Ali dalam keadaan seperti ini. Prilly tidak ingin lukanya di lihat Ali setidaknya jangan saat ini.

"Aku keluar sebentar Mas."Prilly ingin beranjak namun tangan Ali terlebih dahulu menahan lengannya.

"Mau kemana?"Suara Ali terdengar begitu serak. Ali berusaha bangun dari tidurnya ringisan pelan keluar dari mulutnya saat kepalanya tiba-tiba terasa berdenyut.

"Mas kenapa?"Prilly tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya pada Ali.

Ali menggeleng pelan. "Nggak apa-apa. Bisa kamu bantu Mas bersandar pada sandaran ranjang sebentar?"

Tanpa menjawab Prilly segera membantu pria itu. "Terima kasih."Ucap Ali setelah tubuh lemahnya bersandar nyaman pada sandaran ranjangnya.

Prilly mengangguk pelan. Gadis itu terlihat bingung harus melakukan apa, kegelisahan Prilly terlihat jelas di mata Ali. Prilly meremas tangannya satu sama lain.

Dia tidak menyangka Ali akan bangun di saat tidak tepat semoga saja Ali tidak mendengar apapun yang dikatakan olehnya tadi karena jujur jika dia tahu Ali akan bangun disaat tidak tepat seperti tadi maka dia bersumpah tidak akan mengucap sepatah katapun apalagi sampai mencurahkan isi hatinya seperti tadi.

Dia tidak marah pada Ali hanya saja dengan beban yang sedang ia pikul rasanya hari ini terlalu berat jika dia kembali harus menerima penolakan Ali.

Prilly menghela nafas tanpa sadar ternyata hatinya tidak sekuat yang dia bayangkan. Dia fikir hatinya sudah mati karena luka yang ditimbulkan orang tercintanya tapi tetap saja hatinya masih merasa sakit atas penolakan yang harus dia terima.

Cukup Ayahnya yang menolak kehadirannya hari ini jangan Ali lagi.

"Kamu kenapa?"

Prilly menoleh menatap Ali entah perasaannya atau memang kenyataan kalau Ali sedikit lebih lembut dari biasanya. Ah mungkin karena pria itu sedang sakit.

Prilly menggelengkan kepalanya. "Enggak apa-apa Mas. Ya sudah Mas istirahat saja. Aku akan menunggu diluar."

Prilly kembali ingin beranjak namun lagi-lagi Ali kembali menahan lengannya. "Mas tolong hari ini kedatanganku benar-benar untuk menjenguk Mas. Tolong jangan tolak kehadiranku lagi."

Ali terkesiap ketika melihat mata bening yang biasanya selalu memancarkan keceriaan dan semangat tinggi kini terdapat luka menganga disana. Ali benar-benar tidak menyangka akan melihat luka sedalam itu pada mata bening Prilly.

Prilly buru-buru mengerjapkan matanya. "Maaf Mas aku agak capek jadi omonganku sedikit melantur. Tidurlah! Aku ingin menemui Kanaya."

"Kakak."

"Ya?"

"Panggil Kanaya dengan sebutan Kakak."

Prilly sedikit bingung namun tetap menganggukkan kepalanya. Entahlah dia merasa lebih nyaman memanggil Kanaya dengan panggilan kesayangannya 'Kay'.

"Karena mulai sekarang dia akan menjadi Kakak kamu. Calon Kakak ipar kamu."

**

Prilly masih belum percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Ali.

Kalian mendengarnya bukan?

"Ma..maksud kamu gimana Mas?"

Ali memejamkan matanya dia tahu keputusannya saat ini tidak memiliki dasar kuat karena dia sadar tidak ada tidak maksudnya belum ada nama Prilly di hatinya.

Tapi dia nekad mengatakan hal ini karena dia serius benar-benar ingin membuka hatinya untuk Prilly jika bukan karena cinta setidaknya Mami dan Kanaya bisa menjadi alasannya.

Ali yakin jika dia berusaha dia bisa mencintai Prilly. Gadis mungil keras kepala ini tidak akan sulit untuk dicintai.

Ali sudah memutuskan untuk menyerah pada Mila gadis impian yang sempat dia harapkan menjadi masa depannya. Selama satu minggu ini dia banyak merenung jika dia nekad memperjuangkan Mila maka akan ada hati lain yang dikecewakan terutama Maminya.

Dan Ali memilih mengorbankan hatinya demi membahagiakan sang Mami. Egois memang! Tapi Ali akan berusaha sekuat tenaga untuk mencintai Prilly.

"Ajari Mas untuk mencintai kamu."Ali menyentuh lembut pipi Prilly.

Prilly tersentak dan spontan menjauhkan dirinya dari jangkauan tangan Ali. "Jangan Mas! Jangan bermain-main dengan hati. Hati tidak selucu itu untuk dipermainkan Mas."

"Aku tidak bermain-main! Memang aku akui untuk saat ini hatiku masih mencintai Mila."

Deg!

Prilly merasakan denyutan kesakitan pada hatinya. Melihat perubahan wajah Prilly Ali buru-buru menambahkan."Tapi untuk kedepannya Mas akan berusaha mencintai kamu Prilly. Mas janji akan sekuat tenaga Mas berusaha untuk menempatkan kamu di hati Mas."Ungkap Ali sungguh-sungguh.

Prilly menatap Ali dengan tatapan tak terbaca. "Jika tidak bisa apa yang akan Mas lakukan? Menyerah dan kembali menyakiti hatiku begitu?"Emosi Prilly tidak stabil dan Ali tahu itu beban yang sedang dipikul Prilly terlihat jelas. Ali tahu saat ini Prilly sedang merasa tertekan.

"Nggak! Aku nggak mau Mas!"Kata Prilly dengan menggelengkan kepalanya.

Ali menegakkan tubuhnya menatap Prilly tak percaya sorot matanya kembali tajam bahkan wajahnya berubah datar kembali. "Kenapa? Bukankah kamu bilang kamu ingin berjuang untuk mendapatkan hatiku? Lalu sekarang kenapa kamu bertingkah seperti ini?"

"Ditolak setelah berjuang itu lebih baik dari pada diterima hanya karena belas kasihan."

"Aku ingin mencoba bersama kamu bukan karena kasihan Prilly."

"Dan aku tidak ingin menjadi bahan percobaan mu Mas!"Serang Prilly lagi.

"Ya Tuhan!"Ali mengusap wajah pucat nya.

Bukan reaksi seperti ini yang Ali inginkan. Dia pikir Prilly akan dengan senang hati menerima usulannya kali ini.

Prilly beranjak dari duduknya menatap Ali dengan pandangan tak terbaca. Ali tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari Prilly meskipun kepalanya semakin berdenyut sakit.

"Aku yang akan berjuang untuk kamu Mas. Kamu cukup diam dan lihat perjuanganku. Diizinkan berjuang saja itu sudah lebih dari cukup untukku."Ali benar-benar tidak tahan dengan kesenduan di mata bening yang entah sejak kapan disukai olehnya.

"Prilly apa yang sebenarnya menganggu kamu heum? Aku menawarkan diri untuk berjuang bersama-sama. Kita akan membangun hubungan kita dengan saling berjuang yang akan berakhir dengan cinta mendalam. Lalu apa yang salah sampai kamu menolak seperti ini?"Kepala Ali semakin sakit bahkan nyaris pecah terlebih melihat sikap Prilly yang benar-benar berubah seperti ini.

"Aku hanya ingin berjuang."

"Tapi kenapa ha--"

"KARENA KALI INI AKU INGIN TERLIHAT MAS! AKU INGIN DITERIMA! AKU INGIN KEBERADAANKU DIPERHITUNGKAN! AKU TIDAK MAU DITOLAK LAGI! AKU TIDAK MAU!"

Jantung Ali nyaris merosot ke perut saat tiba-tiba Prilly berteriak selantang itu di hadapannya. Prilly terkejut wajahnya benar-benar shock sepertinya gadis itu tidak menyangka akan kehilangan kontrol atas dirinya seperti ini.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada gadis ini?

"Ya Tuhan. Maafkan aku Mas."Prilly benar-benar merasa tidak enak. Apa-apaan dirinya berteriak sekeras itu di rumah orang lain. Dan di hadapan Ali pria yang sedang ia perjuangkan.

Kacau! Hidupnya benar-benar kacau sekarang.

"Mas aku pulang dulu! Nanti aku akan kembali lagi."

Prilly buru-buru berbalik dan ingin meraih pintu kamar Ali namun suara Ali benar-benar mampu menghentikan langkahnya.

"Jika kamu melangkahkan kakimu meninggalkan kamar ini jangan salahkan aku kalau ini terakhir kali kita bertatap muka."

Ya Tuhan ancaman macam apa itu!

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang