Bab 3

3.1K 277 2
                                    


Dulu tepatnya beberapa tahun lalu Prilly tanpa sengaja menabrak seorang pria yang sialnya berasal dari negara yang sama dengannya.

Tidak terjadi apapun di antara mereka meskipun pria playboy itu begitu gencar mengejar Prilly. Tak salah karena pertemuan mereka di tempat yang bisa di bilang nakal hingga pria itu beranggapan Prilly merupakan wanita nakal juga.

Hanya saja Prilly tidak menyangka pertemuan itu kembali membawanya pada pria pembual yang ternyata masih mengingat dirinya.

"Apa kabar Nona? Lama tidak bertemu ternyata kamu masih secantik dulu."

Prilly nyaris muntah mendengar gombalan recehan pria yang ya bisa katakan tampan bahkan sangat tampan dengan pakaian kasual yang melekat pada tubuhnya. Jangan lupakan otot padat pada bagian lengan dan dada pria itu.

Jika Prilly termasuk golongan gadis nakal maka dia yakin saat ini dirinya akan menjerit-jerit kehebohan melihat betapa kekar postur tubuh pria di hadapannya ini tapi sayang Prilly bukan jenis perempuan seperti itu.

"Baiklah Pak. Tolong kerjakan mobil saya secepatnya. Permisi."

Prilly ingin beranjak namun lengannya terlebih dahulu di tahan oleh tangan kokoh pria playboy yang di ceritakan olehnya tadi.

Prilly menaikkan sebelah alisnya dengan gaya angkuh khas dirinya.

Bukannya tersinggung pria itu malah cengengesan tak jelas. "Boleh aku tahu siapa namamu Nona?"Tanyanya dengan senyuman yang mampu membuat lutut perempuan bergetar.

Tapi itu tidak berlaku untuk Prilly. "Tidak."jawabnya angkuh.

Prilly menghentakkan lengannya yang berada di genggaman pria itu. Kembali pria tampan itu memperlihatkan cengirannya.

"Tidak apa-apa. Aku akan mencari tahu sendiri siapa namamu Nona."Katanya sambil memperhatikan gerakan pinggul Prilly yang melangkah meninggalkan Bengkelnya.

Pria itu bersiul dengan tampang mesumnya.

"Benar-benar menggoyahkan iman goyangan pinggulmu Nona."bisiknya mesum.

"EH NONA PERKENALKAN NAMAKU WILLIAM. KAU BISA MEMANGGILKU WILL ATAU LIAM."

Prilly menggoyangkan tangannya keatas tanpa menoleh membiarkan teriakan membahana itu tersapu dibawa angin.

**

Prilly tiba di rumah sakit tanpa memperdulikan barisan panjang pria-pria tegap berbusana hitam yang berbaris rapi di sepanjang lorong menuju ruangan dimana Omanya di rawat.

Menginjakkan kaki di negara kelahirannya kembali bagai sebuah mimpi buruk untuk dirinya. Di negara ini dia kehilangan Ibunya dan juga sosok Ayah yang dulu sangat menyayanginya.

Dia kehilangan pria yang menjadi cinta pertama dalam hidupnya.

Prilly tersenyum miris, dia masih ingat bagaimana Ibunya yang selalu menyambut kedatangan sang Ayah setiap sore di depan pintu rumah mereka ah mungkin sekarang rumah itu sudah menjadi milik wanita jahat itu.

Prilly tidak perduli dengan harta miliknya yang di rampas tapi hati nya tidak bisa menerima ketika kasih sayang dari Ayahnya juga di rampas paksa dari dirinya.

Ayahnya berbalik membenci dirinya sejak Mitha hadir ditengah kebahagiaan mereka.

"Apa salahku Mas? Apa salahku hingga kamu sekejam ini padaku dan Prilly anak kita?"

Prilly menyenderkan tubuhnya yang tiba-tiba melemah ketika bayangan Ibunya menangis kembali menyeruak dalam ingatannya.

Ayahnya hanya bergeming kala itu sedangkan Mitha wanita simpanannya berdiri tegak dengan senyuman mengejek pada almarhumah Ibunya.

Wanita merasa bahagia merasa menang karena berhasil merebut hati suami wanita lain. Dan yang semakin membuat Prilly hancur adalah sosok bocah yang umurnya tidak berbeda jauh dengannya berdiri di sisi kanan Ayahnya.

"Ini Tama putra kami."

Dengan sombongnya Mitha memperkenalkan anak haram dari hubungan dengan sang Ayah.

Dunia Prilly hancur apa lagi setelahnya dia harus kembali menerima kenyataan pahit ketika sang Ibu memilih mengakhiri hidupnya. Memilih pergi meninggalkan kesakitan dan juga seorang putri cantik yang hanya bisa meraung kesakitan.

Tanpa disadari air mata sudah mengucur di wajah cantik itu. Hilang sudah keangkuhan dan kesombongan yang selama ini melekat pada sosok Prilly putri satu-satunya Haris Sandoko.

Prilly memejamkan matanya sejenak, dia bersyukur tidak ada orang yang melihat kesakitan dirinya. Prilly hanya ingin di lihat sebagai gadis tangguh bukan gadis cengeng yang hanya bisa menangisi nasib buruknya.

Menarik nafas panjang, Prilly berusaha menormalkan detak jantungnya. Dia tidak menyangka setelah 10 tahun berlalu ternyata rasa sakit itu masih sama. Prilly seperti trauma berada di negara kelahirannya.

Menyenderkan kepalanya sejenak setelah semuanya berangsur membaik Prilly kembali menegakkan kepalanya sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar dimana Omanya berada.

Suara ketukan sepatu menggema memenuhi lorong VVIP itu. Di lantai ini hanya ada satu kamar yang memang di khususkan untuk Nyonya Yana.

Rumah sakit ini salah satu rumah sakit terbesar yang dimiliki oleh keluarga Sandoko.

Setibanya di depan kamar dimana Omanya di rawat Prilly menghentikan langkahnya menatap pintu kamar itu sejenak sebelum membukanya dengan perlahan.

"Oma aku pulang."

**

"Ya ampun Li! Gimana ceritanya sih mobil Kakak bisa hancur begini hah?"

Ali bergeming membiarkan Kakak semata wayangnya mengomeli dirinya habis-habisan.

"Maaf Kak."

Kanaya mencibir melihat kekakuan Adiknya yang memang sudah mendarah daging sejak dilahirkan. Padahal Mami dan Papi mereka tidak sekaku itu tapi kenapa Adiknya bisa kaku layaknya robot itu.

"Nggak mau tahu pokoknya Kakak mau mobil baru! Nggak mau yang ini lagi udah lecet."Kanaya bersidekap menatap Adiknya dengan tatapan tajam.

Ali merogoh saku celananya. "Segera ke rumah dan bawakan beberapa mobil terbaru yang ada di sorum."

Klik!

"Puas sekarang?"

"Whoa! Ali memang Adik Kakak yang paling baik."Kanaya segera melemparkan diri ke dalam pelukan sang Adik.

Sementara Ali hanya tersenyum tipis sangat tipis sambil membalas dekapan erat Kakaknya.

Ali memang sengaja meminjam mobil Kakaknya untuk menjemput seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya namun sayang di tengah jalan seseorang yang ingin dijemput olehnya sudah kembali bersama yang lain.

Sangking kesalnya Ali menginjak rem tiba-tiba ketika seseorang itu dengan sengaja mengirimi poto dimana dia sedang memeluk erat seorang pria yang sangat di kenali oleh Ali.

Dan bum! Kecelakaan pun tidak terelakkan.

"Besok-besok kalau ada apa-apa pinjam mobil Kakak lagi ya."Tawar Kanaya dengan senyum menggemaskan ala princess keluarga Hermawan.

Ali kembali menerbitkan senyum tipisnya sambil mengacak-acak gemas rambut Kakaknya sebelum berbalik meninggalkan Kanaya yang melompat-lompat kegirangan.

Dia benar-benar tidak sabar menunggu karyawan Sorum Ali yang akan menghantarkan mobil mewah untuknya.

Dengan sedih dia menatap mobil kesayangan yang dia dapatkan bulan lalu dari Ali. "Maaf ya swety. Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan emas ini bukan? Aku yakin setelah ini kau akan mendapatkan majikan yang setia tidak seperti aku."katanya dengan wajah sedih.

Kanaya kembali berjingkrak-jingkrak saat melihat sebuah mobil besar yang membawa mobil-mobil keluaran terbaru berhenti di depan rumahnya.

"Whoaa! Asik kali ini gue harus milih yang di atas 5 Milyar."ujar Kanaya sebelum berlari menuju gerbang rumahnya.

*****

Pdf Warisan Cinta ready yaaa..

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang