Bab 14

3.1K 323 11
                                    


Bugh!

Bugh!

"Aw! Sakit Mami."

Prilly terkesima melihat Ali yang mengaduh tapi ekspresi wajahnya masih lempeng.

Luar biasa sekali.

Ria dan Biyan segera masuk ke dalam kamar dimana Prilly di rawat setidaknya kamar inilah yang diberi tahukan oleh Kanaya saat menelfon mereka tadi.

Tapi betapa terkejutnya mereka saat melihat putra lempeng mereka sedang melakukan tindakan pelecehan pada seorang gadis cantik yang mereka yakini bernama Prilly pahlawan bagi Kanaya.

"Mami nggak pernah ajarin kamu jadi pria cabul begitu ya Dek!"Ria terus mengomel sambil memukuli putranya dengan tas mahal miliknya tapi sepertinya wanita itu belum sadar akan hal itu.

Prilly berdiri mematung dia nyaris tertawa jika tidak memikirkan keberadaan Biyan yang begitu intens menatap dirinya. Karena merasa harus memiliki sopan santun di hadapan keluarga Ali mati-matian Prilly memperlihatkan wajah prihatin atas apa yang menimpa Ali. Padahal di dalam hati mati-matian dia berusaha menahan tawa.

"Sudah Tante. Maaf, ini nggak seperti yang Tante lihat. Mas Ali nggak salah Tante."Prilly tiba-tiba berdiri di hadapan Ali bermaksud melindungi Ali dari amukan Ibunya.

"Nggak apa-apa Cantik. Kamu nggak perlu membela pria cabul ini. Mami akan memberinya pelajaran tambahan agar ke depannya bisa menjaga tangan. Itu tangan apa cicak sih bawaannya nemplok mulu."

Ria akan kembali memukuli putranya namun Prilly segera pasang badan. Sepertinya ini kesempatan dirinya untuk mencari muka di hadapan keluarga Ali.

Tiba-tiba Prilly memiliki ide untuk ikut bergabung dalam lingkaran cinta segitiga yang melibatkan Ali kan seru tuh? Ya nggak?

Maka jalan untuk masuk ke sana adalah dengan mencari perhatian keluarga Ali dulu. Bagus Prilly.

"Tante jangan kasihan Mas Al Tante."Prilly berusaha terlihat begitu menyayangi Ali padahal di dalam hati rencana-rencana untuk bermain bersama Ali sudah mulai ia susun.

Ali sedikit terperangah melihat perubahan sikap Prilly yang tiba-tiba terkesan begitu perhatian padanya.

"Ya ampun Cantik. Kamu baik sekali Nak."Ria melupakan kemarahannya beralih mengusap lembut pipi Prilly.

Prilly tersenyum manis bak gadis lugu yang tidak tahu apa-apa. "Terima kasih Tante."balasnya kalem.

"Papi maunya ini jadi mantu Mami gimana dong?"

**

Ali masih terdiam tanpa mengomentari apa-apa padahal jelas-jelas Mami dan Kakaknya sedang gencar-gencarnya memperjuangkan Prilly supaya gadis itu bersedia menjadi menantu keluarga Hermawan.

"Sabar Dek. Mungkin Prilly memang udah jodoh kamu."Biyan berkata dengan santai tanpa memperdulikan wajah suntuk putranya.

"Ali nggak suka tindakan Mami kali ini."Jawab Ali datar.

Biyan tahu putranya sudah melabuhkan hatinya pada sosok wanita lain hanya saja sayangnya sosok wanita itu tak kunjung membalas cinta putranya.

"Dek mau sampai kapan kamu bertahan sama Mila?"

Ali menoleh menatap Ayahnya dengan tatapan datar. "Sampai hati Ali benar-benar nyerah pada Mila."jawabnya datar.

"Papi tahu mencintai Mila itu hak kamu tapi apa kamu tidak merasa bosan selalu dijadikan pelampiasan ketika Mila tidak menerima balasan dari William."

Sejujurnya Ali tidak tahu kalau Ayahnya bisa mengetahui sebanyak ini perihal masalah hatinya. "Papi tidak memaksa toh Papi yakin kamu sudah bisa mengambil keputusan untuk hidup kamu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu Dek tidak ada orang tua di dunia ini mau melihat anaknya menderita semua orang tua egois karena mementingkan kebahagiaan anak-anaknya termasuk perihal cinta. Papi mau kamu mencintai seseorang yang juga mencintai kamu Nak. Terlalu miris jika kamu bertahan padahal jelas-jelas kamu sudah ditolak."Papar Biyan panjang lebar.

Sebenarnya baik Biyan maupun Ria bahkan Kanaya mereka sama-sama tidak setuju Ali bersama dengan Mila. Bukan bukan masalah harta atau tahta hanya saja mereka bisa melihat kalau Mila terlalu asyik mempermainkan kesabaran Ali hingga gadis itu lupa kalau meskipun tidak pernah protes tapi Ali memiliki hati biarpun berwajah datar minim ekspresi tapi Ali punya hati dan Mila tidak pernah mempertimbangkan hati Ali.

Semua dianggap mudah oleh gadis itu hingga kelakuan buruk itu mencuat ke permukaan hanya saja Ali masih menutup mata, pria itu masih terlalu lemah hingga terlalu mengagungkan cintanya padahal jelas-jelas cinta Ali bertepuk sebelah tangan.

Maka dari itu Biyan tidak menentang jika Ria memunculkan ide gila dengan menjodohkan Ali dan Prilly seperti saat ini.

"Dek mobilnya Prilly yang tabrakan sama kamu ternyata dibenerinnya di bengkel Will coba deh kamu liat-liat kesana biar cepat selesai. Kasihan Prilly mobilnya lama disana."

"Iya Mi."jawab Ali patuh.

"Tuhkan kalau sama Ali gampang urusannya lagian juga mobil itu hancur karena kelalaian Ali juga kan."Prilly tersenyum sambil menganggukkan kepalanya ketika ditanya oleh Ria.

"Eh Dek sekalian ongkosnya kamu tanya sama si Will. Bilang jangan mahal-mahal kan kamu yang bayar kasihan tabungan kamu Mami liat bergoyang terus bulan ini belum lagi mobil baru untuk Kanaya."Ria bercerita tanpa menarik nafas persis seperti Kanaya yang ternyata masih betah bergelung di balik selimut Prilly.

Prilly dan Ria memang duduk dekat jendela berjarak tak jauh dengan Ali dan Papinya.

Ali menghela nafas namun kepalanya tetap mengangguk setuju. "Kalau si Will nolak ancam aja gini. Jangan macam-macam lo Will ya nggak gue restuin ntar pas lo lamar Kanaya. Gitu aja bilangnya Dek Mami yakin si Will nggak akan berkotek lagi."Ria masih mengajarkan putranya dengan cara jeleneh khas dirinya.

Prilly nyaris terbahak melihat wajah lempeng Ali yang terlihat sedikit kecut karena tidak bisa menolak permintaan Maminya.

"Eh ini keluarga Prilly kapan datangnya kita pulang yok takutnya malah ganggu mereka lagi."Ria berkata tanpa bermaksud menyinggung Prilly.

Wajah Prilly sedikit berubah sendu dan mata Ali jelas melihat itu sebelum gadis itu kembali menormalkan ekspresi wajahnya seperti semula. "Papa sibuk Tante."Jawab Prilly kalem meskipun kesenduan di matanya terlihat jelas setidaknya di mata Ali.

Ali masih ingat pertengkaran Prilly dan Salsa tempo hari di Butik Kanaya. Salsa adalah selingkuhan Haris Sandoko dan Prilly mengetahuinya tapi sikap gadis itu tidak menunjukkan kekecewaan yang berlebih bahkan cenderung biasa saja. Sejak itu Ali yakin hubungan Prilly dengan Ayahnya atau mungkin keluarganya tidak baik-baik saja.

Ah kenapa dia sibuk memikirkan hubungan keluarga gadis itu. Dasar.

"Oh nggak apa-apa biar Kanaya sama Ali aja yang temenin Prilly soalnya Mami Papi ada jamuan makan malam sama kawan bisnisnya Papi."

Prilly tersenyum tidak enak apalagi ketika menatap Kanaya yang masih tertidur. "Nggak apa-apa Tante nanti ada Mas Varo."

Siapa Mas Varo? Ali segera mendongak menatap Prilly yang kembali larut dalam obrolan bersama Maminya.

Ini cewek mungil kenapa bisa sedekat itu sih sama Maminya?

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang