Bab 32

3.2K 319 31
                                    


Dengan langkah angkuh Prilly memasuki gedung tinggi menjulang di mana Sandoko Group bernaung selama ini. Sandoko Group bukan perusahaan kecil hingga tidak heran gedung dengan fasilitas mewah ini cocok dijadikan tempat sebagai naungan Sandoko Group.

Prilly ditemani Varo serta pengacara Omanya melangkah beriringan menuju lift khusus untuk petinggi Sandoko. Prilly tersenyum kecut melihat lift yang biasanya dipakai oleh sang Ayah hari ini resmi menjadi miliknya.

Prilly benar-benar mengutuk kemewahan gedung ini. Bagaimana tidak rasanya terlalu berlebihan jika lift yang dia pakai ini terlihat begitu mewah dan elegan dengan lapisan emas yang terlihat begitu berkilau.

"Buang-buang duit."Dengusnya setelah memasuki lift.

"Gila! Gue baru tahu kalau lift disini dilapisi emas. Berapa duitnya ya."Varo ikut menyeletuk sambil menatap kagum dinding lift yang mereka masuki ini.

"Ini semua atas permintaan pribadi Tuan Haris Sandoko."Pengacara menjelaskan bahwa lift ini dibangun sesuai permintaan dan keinginan Haris Sandoko yang kala itu menjabat sebagai pimpinan.

Prilly menghembuskan nafasnya. Tidak heran melihat gaya glamor keluarganya mungkin saja nanti Ayahnya akan meminta kursi berlapis berlian.

"Dan mulai besok saya tidak ingin melihat lapisan emas ini lagi. Saya ingin lift ini sama dengan lift yang lain tidak ada perbedaan."Perintah Prilly tegas.

Varo memilih diam dia masih sibuk mengagumi kemewahan lift ini. Kalau dia keruk sedikit emas ini masih bisa dijual nggak ya? Kan lumayan duitnya tuh.

"Tapi No--"

Prilly menatap pengacara sekaligus orang kepercayaan Omanya dengan tatapan tegas. "Saya tidak ingin merasa di atas hanya karena jabatan saya. Saya tidak lupa kalau perusahaan ini maju juga karena giatnya pekerja disini. Jadi tolong jangan perlakukan saya secara berlebihan tapi urus lah karyawan yang sudah bekerja giat selama ini. Mereka memiliki andil besar dalam memajukan perusahaan ini."

Varo nyaris bertepuk tangan ketika melihat aura ketegasan dan juga sikap Wibawa sepupunya ini. Prilly memang cocok memimpin perusahaan ini.

Pengacara paruh baya itu terkesima namun tetap menganggukkan kepalanya. Tanpa Prilly sadari seulas senyuman terbit diwajahnya. Untuk kali ini dia yakin Sandoko Group sudah jatuh ditangan yang benar.

**

Ali masih terlihat sibuk dengan berkas-berkas miliknya sampai suara pembawa acara pada televisi yang sengaja dia nyalakan untuk menemani kesunyiannya terdengar memberitakan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Perusahaan raksasa Sandoko Group hari ini resmi mengalihkan kepemimpinannya sesuai dengan wasiat dari Yana Sandoko selaku istri dari pendiri Sandoko Group Hamid Sandoko dan beliau yang saat ini terbaring di rumah sakit mengalihkan kepemimpinan Sandoko Group kepada cucu perempuannya RATU APRILLYA SANDOKO.

Banyak terjadi pro dan kontra atas pengalihan ini tapi hari ini Nona Prilly selaku pimpinan baru Sandoko Group terlihat memasuki gedung perusahaan raksasa itu.

Ali tidak mendengar lagi rentetan kata dari pembawa acara yang terlihat begitu bersemangat karena fokus Ali sekarang hanya tertuju pada sosok mungil yang terlihat begitu cantik dengan stelan kerjanya terlihat begitu angkuh ketika melangkahkan kakinya memasuki gedung Sandoko Group.

Jadi Prilly menjabat sebagai pimpinan Sandoko Group? Tapi kenapa Prilly tidak pernah menceritakan apapun padanya?

Bahkan semalam mereka berciuman kedekatan begitu mereka bisa di katakan begitu intim tapi kenapa tak satu katapun yang Ali ingat keluar dari mulut Prilly yang menjelaskan tentang ini.

Tring!

My❤️:
Jangan berspekulasi sendiri Mas. Nanti akan aku jelaskan semuanya. Aku tunggu kamu di cafe Citra jam makan siang.

I love you Mas.

Ali tersenyum lebar tanpa sadar dia mengusap lembut layar ponselnya dimana pesan manis dari kekasihnya tertera di sana.

Prilly benar dia tidak boleh berspekulasi sendiri bisa saja alasan gadis itu menyembunyikan kabar ini karena mereka belum sempat membicarakan tentang ini bukan? Atau mungkin karena dipertemuan mereka semalam mereka terlalu sibuk bertukar liur hingga melupakan masalah ini.

Prilly tidak menyembunyikan hanya mungkin kesempatan mereka untuk berbicara belum ada.

Ali segera mengetikkan pesan balasan untuk gadis yang perlahan mulai menjadi prioritas utamanya.

Oke. I love you too.

Ketika tangan Ali ingin menekan tombol send tiba-tiba Ali merasakan jantungnya berdebar kencang saat kata 'I Love You' dia tuliskan sebagai balasan ungkapan Cinta Prilly.

Benarkah secepat ini?

Ali mengurungkan niatnya untuk mengirimi balasan itu untuk Prilly. Dia hanya membalas oke dan sampai bertemu di sana.

Ali meletakkan ponselnya lalu tanpa sadar tangannya terangkat untuk memegang dadanya. Gila! Dia merasakan detak jantungnya seperti ingin mendobrak rongga dadanya.

Bayangan manis Prilly seketika terputar di otaknya.

"Sepertinya aku sudah mulai masuk perangkap cinta itu."bisiknya pada diri sendiri.

Ali tidak menyesal hanya saja dia sedikit shock. Kenapa rasanya secepat ini? Bukankah perjuangan itu bisa sampai berbulan-bulan atau memasuki tahun tapi kenapa dirinya hanya dalam satu hari?

Ali mengusap wajahnya dengan kasar. Benar, dia tidak boleh gegabah dia harus benar-benar berhati-hati dalam meraba hatinya. Bukan apa-apa dia hanya tidak ingin Prilly terluka karena kebimbangan dirinya nanti.

Tapi satu hal yang dia sadari saat ini ternyata berjuang bersama gadis mungil itu tidak sesulit yang dia bayangkan.

Ah, dia jadi tidak sabar bertemu dengan gadis mungil itu.

Tiba-tiba saja dia seperti merasakan sesuatu yang katanya berat yaitu Rindu.

**

"Ahhh...pelan-pelan Robert."

Wanita itu terus mengerang di bawah tindihan seorang pria bertubuh tegap lengkap dengan tato yang memenuhi hampir seluruh tubuhnya.

"Kau..kau luar bisa sempit Mila ahh."

Mila semakin menikmati persetubuhan mereka tikaman Robert di bagian inti tubuhnya membuat dirinya seperti melayang dan rasanya sungguh luar biasa.

"Keluarkan di dalamku Sayang. Nghh.."Desah Mila sambil menjulurkan lidahnya menghisap telinga Robert membuat pria itu semakin blingsatan di atas tubuhnya.

Erangan disertai semburan hangat memenuhi bagian bawah tubuh Mila. Dia mengerang begitu menikmati aliran hangat yang disemburkan Robert di dalam tubuhnya.

Rahimnya terasa sangat dan begitu menyenangkan.

"Minggir!"

Robert yang masih menikmati sisa pelepasannya sontak terkejut ketika mendapati Mila berkata ketus padanya. "Apa maksudmu Jalang?"Egonya sebagai laki-laki di lecehkan dengan tatapan mengejek Mila padanya.

Mila mendorong tubuh telanjang Robert. "Kau tidak berguna! Benar-benar lelaki payah! Potong saja pusakamu yang tidak memuaskanku itu."

plak!!

Wajah Mila seketika terlempar ke samping. Senyuman seketika terbit di wajahnya. Inilah tujuannya berhubungan dengan pria temperamen seperti Robert.

"Pecundang!"Ucapnya lagi sambil menatap benda di selangkangan Robert dengan pandangan meremehkan.

Robert benar-benar dibuat murka oleh perempuan yang beberapa waktu lalu menjalin hubungan dengannya. Benar Mila sudah resmi menjadi kekasih Robert, pria berandalan yang begitu ringan tangan.

Mila tidak menjerit bahkan dia begitu menikmati setiap pukulan yang dia dapatkan dari Robert karena dengan pukulan ini dia yakin Ali akan kembali ke sisinya.

Ah benar-benar menyenangkan.

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang