Setelah Mila turun dari mobilnya Kanaya segera melompat ke kursi depan dan segera melemparkan tubuhnya ke dalam pelukan Ali."Kakak nggak bego!"Kanaya terus terisak-isak di dalam pelukan Ali.
Ali memejamkan matanya sebelum mengeratkan pelukannya pada Kanaya. Setelah matanya terbuka dia bisa melihat punggung kecil Mila yang menjauh dengan sebuah payung kecil yang melindungi gadis itu dari tetesan air hujan.
Ali sakit hati. Sangat.
Kadang dia merasa lelah jika Mila datang selalu dalam keadaan genting. Ali layaknya tong sampah bagi Mila, segala unek-unek wanita itu karena penolakan William selalu ditumpahkan padanya tanpa peduli bagaimana perasaannya ketika mendengar bagaimana gadis yang sangat dicintainya ternyata begitu memuja pria lain.
"Jangan mau lagi jadi Babunya Mila. Adek Ali harus berani lawan Mila. Mila jelek mukanya tua."
Ali tersenyum kecil sangat kecil bahkan terkadang orang-orang disekitarnya tidak begitu sadar kalau dia baru saja tersenyum.
Senyuman Ali sangat mahal makanya jarang terlihat.
Ali mengusap lembut punggung Kanaya. "Jangan nangis lagi. Nanti jelek kayak Mila mau?"
Kontan Kanaya melepaskan pelukannya lalu menggelengkan kepalanya dengan wajah imutnya. "Nggak mau tua kayak Mila maunya cantik kayak Prilly. Seksi gitu ya kan Dek? Kakak mau ah baju kayak Prilly pakai kemarin itu."Kanaya mulai berceloteh tanpa memperdulikan di mana mereka berada.
Sedangkan Ali terdiam mengingat baju Prilly tentu saja otaknya kembali memutar belahan indah yang membuatnya menelan ludah. Bulat,putih dan pasti sangat mulus.
Ali menelan ludah! Sialan di area pemakaman begini dia malah berfikir mesum!
"Kita balik ya. Jangan nangis lagi."Ali mengusap wajah Kanaya membersihkan wajah Kakaknya dari lelehan air mata.
"Ini mau kemana?"tanya Kanaya saat melihat mobil Ali melaju ke jalan lain.
"Putar arah dulu kita."Jika ingin mendengar Ali berbicara lembut maka hanya Kanaya-lah yang menjadi wanita paling beruntung selain dengan Ibunya hanya Kanaya yang selalu menerima perlakuan manis Ali termasuk tutur sapanya meskipun wajahnya tetap datar namun suaranya jauh lebih lembut ketika berbicara dengan Kanaya.
"Eh Dek liat itu!"Kanaya memukul-mukul lengan Ali yang memegang setir sambil menunjuk ke arah deretan makam yang berada disebelah kanan Ali.
"Kenapa?"Tanya Ali namun tetap mengikuti ke arah Kanaya tunjuk barusan.
"Ada orang mati itu liat!"Kanaya mulai heboh sendirian.
Ali menyipitkan matanya entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdegup tidak enak. Dia seperti mengenali sosok yang terbaring di atas sebuah makam di tengah hujan lebat seperti ini.
Ali segera menghentikan mobilnya dia harus menolong siapapun yang tergeletak di sana.
"Ayo kita tolong! Semoga saja bukan kuntilanak."Kanaya berdoa sendirian sebelum menoleh untuk menatap Ali. "Eh adek Alinya kemana?"
Kanaya tidak sadar ketika Ali turun dan nekad menerobos hujan ketika jantungnya benar-benar berdegup kencang. Semoga saja bukan gadis mungil itu.
**
Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali suara ringisannya menyadarkan Kanaya yang sedang menggambar di atas sofa.
"Eh Prilly udah bangun?"Kanaya mencampakkan kertas-kertasnya begitu saja lalu melesat mendekati ranjang Prilly.
"Kamu haus?"Tanyanya perhatian.
Prilly masih belum mampu membaca situasi disekitarnya dia seperti orang linglung saat ini. Terakhir dia ingat dia mengalami sesak hebat di makam Ibunya lalu sekarang kenapa dia berbaring di ranjang?
"Prilly."
Prilly tersentak kaget saat merasakan usapan lembut dari tangan Kanaya di kepalanya. "Ini Kakak Naya."Ucapnya dengan begitu polos.
Prilly menampilkan senyuman gelinya. Mungkin Kanaya fikir dia lupa ingatan atau apa.
"Iya Kay."jawab Prilly pelan. Kanaya langsung bersorak ceria seperti biasa dan di pertemuan kedua mereka Prilly yakin tidak susah untuk dirinya dekat dengan Kanaya.
Kanaya baik, polos dan ceria begitu mudah untuk dicintai.
"Eh tadi Adek Ali loh yang gendong kamu kesini. Eh tapi nggak kesini juga pertama gendongnya dari makam hujan-hujanan gitu terus kamu dimasukin ke mobil terus mobilnya melaju kenceng banget sama Adek Alinya. Terus terus sampai di rumah sakit kamu di gendong lagi sama Adek Ali. Biasanya aku paling males liat Adek Ali gendong-gendong cewek apalagi si Mila muka tua itu aku nggak kasih karena gendongan Adek Ali cuma milik aku tapi kamu aku bolehin kok tenang aja."Cerocos Kanaya dalam satu tarikan nafas.
Prilly menarik nafas Kanaya yang berbicara dia yang sesak. Kanaya memang unik.
"Terus Ali di mana sekarang?"Prilly bertanya karena tidak melihat pria tampan itu disini.
Kanaya langsung merengut, "Tadi si Mila jelek telfon katanya dia di gangguin orang terus Adek pergi deh. Heran dia yang digangguin orang kenapa dia balik gangguin Adek Ali. Kesel."Kanaya mengatakannya dengan suara imut serta bibir manyun.
Prilly tertawa kecil Kanaya ini benar-benar menggemaskan tapi tunggu dulu siapa Mila? Jika di dengan dari cerita Kanaya sosok Mila ini sepertinya sangat dekat dengan Ali.
Eh tapi kenapa dia merasa tidak terima begini ya? Memangnya Ali siapa? Mereka bukan apa-apa jadi terserah Ali mau dekat sama siapa.
"Tapi Mila itu jahat."
Kembali pembahasan Mila dibahas oleh Kanaya. "Dia itu suka jalan sama Will nyuekin adek Ali terus kalau si Will-nya pergi dia balik ke Adek Ali. Aku kesel karena si Mila terus-terusan manfaatin Adek Ali-nya aku."Prilly menaikkan alisnya jadi semacam cinta segitiga begitu cerita Ali, Mila dan si Will eh tunggu kenapa perasaan dia tidak enak ketika Kanaya menceritakan tentang Will apakah Will yang dimaksud Kanaya adalah William cabul itu?
Ck! Jangan tanyakan bagaimana dia tahu sosok William ini adalah pria cabul.
"Will yang kamu maksud William yang punya bengkel itu bukan sih Kay?"
Kanaya mengangguk dengan gaya lucunya. "Eueum. Kok Prilly tahu Will punya bengkel?"
Prilly menghela nafasnya ternyata benar dugaannya. "Enggak cuma kebetulan mobil aku kemarin ada di bengkel dia."Jawab Prilly setelahnya.
Kanaya menganggukkan kepalanya. "Aku belum dapat mobil baru dari Adek Ali."
Selanjutnya Prilly terdiam menatap wajah Kanaya yang terus bercerita sesekali Prilly ikut menanggapinya keduanya terlihat begitu kompak layaknya Kakak dan Adik.
Prilly juga sangat sabar menghadapi sikap Kanaya yang kadang berubah kekanakan. Prilly tidak membentak jika Kanaya mulai berubah menjadi anak-anak padahal Prilly adalah orang baru.
Prilly terlihat antusias mendengarkan cerita Kanaya tanpa mereka sadari sepasang mata terus menatap interaksi kedua gadis cantik itu.
"Terus-terus udah jatuh Alinya gimana?"
Kanaya kembali menceritakan tentang masa lalu di mana Ali pernah jatuh ke lumpur karena berniat menolong dirinya tapi naas Ali malah kesandung batu dan ikut terjun ke dalam lumpur dengan posisi kepala terbenam di lumpur sedangkan kakinya bergerak-gerak di udara.
Prilly tidak dapat menahan tawanya dia bisa membayangkan bagaimana lucunya posisi Ali kala itu. Dan tawa Prilly tanpa sadar menular pada sosok yang sedang mengintip dari balik pintu.
"Menikmati pemandangan di dalam Tuan?"Sosok lain datang mengagetkan si pengintip.
"Ouch sialan! Kenapa kau mengagetkanku bajingan?!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomanceTidak ada yang bisa merasakan bagaimana sakitnya seorang gadis kecil yang melihat kematian Ibunya setelah sang Ayah membawa selingkuhannya kerumah lalu setelah semua kesakitan yang dia rasakan sang Ayah tega membuang anaknya bertahun-tahun hanya kar...