Bab 43

3K 368 15
                                    


Prilly baru akan mengayunkan cambukan di tangannya untuk ketiga kalinya saat tiba-tiba anak buah Mitha datang dan memegang tubuhnya.

"Jangan sentuh aku bajingan!"Prilly meronta-ronta karena lengannya di pegang kuat oleh anak buah Mitha.

Sialan!

Kali ini Prilly benar-benar menyesali keputusannya waktu itu ketika dia menolak niat baik Varo yang ingin menempatkan beberapa anak buah ahli bela diri kepercayaan pria itu di rumah ini untuk menjaga dirinya.

Dan tolong ingatkan dia besok untuk menghubungi Varo dan menyetujui usulan pria itu. Sepertinya dia benar-benar harus memiliki penjaga ketat di rumah ini.

"Aarrgghh!! ANAK SIALAN! AARRGGHH!!"

Ini yang paling Prilly benci dari wanita ini selain kejahatannya. Mitha ini sangat suka berteriak.

Bahkan di saat kesakitan seperti itu wanita tua itu masih sanggup membuka suaranya. Benar-benar membuat pusing!

"Ada apa ini?"Suara bariton milik Haris Sandoko terdengar di ikuti dengan langkah kakinya memasuki ruangan ini. Dimana istri tercintanya sedang menangis meraung menahan kesakitan di punggungnya.

"ANAK SIALANMU SUDAH MENCAMBUKKU! AARRGHHH!!"Mitha kembali berteriak kencang lalu menangis histeris.

Haris menatap Mitha dan Prilly yang sedang di pegang oleh anak buahnya secara bergantian. Rahang Haris sontak mengeras saat melihat satu buah cambuk yang berada didalam genggaman Prilly.

"Bawa dia ke ruanganku!"Titahnya sebelum berbalik dan meninggalkan kekacauan yang terjadi.

Mitha terus menjerit dan menangis dengan dibantu oleh beberapa orang anak buahnya dia berusaha bangkit dengan menahan perih di punggungnya. Di harus melihat Prilly di maki oleh suaminya.

Prilly pasrah ketika dirinya di seret menuju ruangan sang Ayah. Dia benar-benar lelah hingga sesampainya di sana tanpa disuruh dia langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

Pintu kembali terbuka dan Prilly melirik sekilas saat Nyonya rumah datang dengan tertatih-tatih.

"USIR DIA DARI RUMAH INI MAS!"Mitha langsung berteriak saat dirinya sudah berhasil menduduki sofa di depan Prilly.

Prilly membuang muka dia tidak ingin tersulut emosi dan berakhir dengan melemparkan vas bunga di atas meja di depannya dan mengenai wajah hasil oplas milik Ibu tirinya.

Haris duduk tenang di ujung sofa menatap putrinya dengan tatapan sulit di artikan. "Sebenarnya apa yang kau inginkan anak kurang ajar?"

Prilly tersenyum masam 'kurang ajar' ya memang dirinya kurang ajar karena pada dasarnya tidak ada yang mengajari dirinya.

"Kau benar-benar bukan putriku!"

Deg!

Jantung Prilly nyaris berhenti berdetak dengan tatapan tajam dia menoleh menatap Ayahnya. "Memang karena sejak 10 tahun yang lalu aku tidak lagi merasa memiliki seorang Ayah."jawabnya tenang. Sangat tenang namun siapa tahu jantungnya sedang bergemuruh saat ini.

"Aku yatim piatu. Hidup sendirian tanpa orang tua jelas saja dewasanya menjadi anak kurang ajar sepertiku."sambung Prilly lagi dengan senyuman kecil namun tiba-tiba tatapannya berubah tajam tidak ada luka menganga di mata bening itu.

Dengan gigi terkatup rapat Prilly mendesis. "Cukup apa yang sudah kau lakukan di masa lalu jangan membuatku semakin membencimu Ayah!"

Haris terkejut begitu pula dengan Mitha. Namun wanita itu buru-buru mengembalikan situasi dia tidak ingin suaminya terpengaruh. "Aarrghh!! Usir gadis ini dari rumah kita Sayang!"

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang