Bab 18

2.8K 311 25
                                    


Mila tak sedikitpun melepaskan rangkumannya pada lengan Ali. Dia sengaja datang ke rumah Ali untuk menemui pria yang akhir-akhir ini seperti menghindari dirinya.

Dia benar-benar tidak mau Ali-nya terpengaruh dengan Kanaya dan juga gadis bernama Prilly. Sialan! Dia tidak akan membiarkan Ali-nya berpaling.

Tadi saat tiba di rumah Ali, kepala pelayan disana mengatakan kalau Kanaya dan Ali sudah pergi karena ada janji dengan teman mereka. Dan Mila bisa menebak siapa teman yang dimaksud pelayan itu.

Mila begitu geram ketika mengetahui Kanaya berniat menjodohkan Ali dan gadis bernama Prilly itu. Tidak akan dia biarkan! Ali miliknya sampai kapanpun Ali hanya boleh bersama dirinya.

Mila tersenyum puas ketika Ali lebih memilih menjemput dirinya di rumah pria itu lalu dengan berbagai alasan dan bujuk rayunya dia berhasil mengajak Ali bersamanya dan melupakan janjinya pada Kanaya.

"Ini mau beli apa lagi?"

Mila sudah memborong hampir seluruh isi butik berisi barang-barang branded terutama tas-tas yang harganya hampir menyamai satu unit mobil. Mila sedang gencar-gencarnya berburu tas-tas mahal sekarang ini dan Ali pria baik hati yang selalu memenuhi keinginan dirinya.

Ah betapa beruntungnya dia.

"Mau gaun itu dong."Mila merengek manja pada Ali sambil menunjuk sebuah gaun cantik yang berada di dalam sebuah butik.

Ali menganggukkan kepalanya. Dia tidak bersuara namun kakinya terus membuntuti Mila. Kedua tangannya sudah penuh dengan belanjaan Mila.

Ali mendudukkan dirinya di atas sofa didalam butik sambil menunggu Mila mencari gaun pilihannya. Ali memperhatikan setiap gerak-gerik Mila yang tersenyum lebar ketika mencoba gaun-gaun yang di sodorkan padanya.

Senyum gadis itu yang selalu bisa membuat jantung Ali berdebar. Sejak dulu Mila segalanya dia tidak pernah bisa menolak apapun permintaan Mila.

Ali tahu Mila memanfaatkan dirinya tapi sekali lagi Ali rela melakukan apapun demi melihat senyuman di wajah wanita yang sangat dicintai olehnya itu.

Ali merogoh saku celananya dia sedikit merasa bersalah pada Kanaya. Dia sudah berjanji menemani Kakaknya tapi karena telfon dari Mila dia terpaksa membatalkan janji itu dan meninggalkan Kanaya di cafe seorang diri.

Ah tidak seorang diri mungkin ada Prilly di sana.

Mengingat gadis itu entah kenapa tiba-tiba perasaan Ali tidak nyaman. Tidak dia sama sekali tidak membenci Prilly hanya saja terkadang dia merasa terganggu dengan perubahan sikapnya sendiri jika berhubungan dengan gadis itu.

Ali benar-benar seperti bukan dirinya ketika berhubungan dengan Prilly. Dan sialannya akhir-akhir ini gadis itu begitu gencar mendekati dirinya.

"Dek kamu kapan sih lupain Mila terus coba berhubungan dengan Prilly."Ali tak memperdulikan ocehan Kakaknya.

Kanaya merengut dia benar-benar kesal ketika Ali mengabaikan dirinya dan memilih sibuk dengan ponselnya. "Kak aku tinggal ya. Mila mau dijemput."

Kanaya membulatkan matanya. "Jangan ngaco Dek! Kakak udah janji sama Prilly."Ali menghela nafasnya. "Ya udah Kakak di sini saja tunggu Prilly nanti Ali jemput. Oke."

Dan Ali tahu kali ini dia sudah mengingkari janjinya dengan Kanaya karena sampai malam menjelang Mila benar-benar tidak melepaskan dirinya.

**

"Bagus ya kamu jam segini baru pulang."

Ali menghentikan langkahnya saat akan menaiki tangga. Suara dingin Maminya benar-benar menganggu telinga Ali. 'Kamu' Maminya sangat jarang memanggil dirinya seperti itu dan jika sudah memakai kata itu maka Ali tahu Ibunya sedang marah besar.

"Maaf Mi."

Ria beranjak dari sofa yang dia duduki menatap tajam putranya yang terlihat awut-awutan dengan aroma tak sedap yang menguar dari tubuhnya.

"Berkali-kali Mami bilang jangan terjerumus ke dalam pergaulan tidak sehat Ali! Jauhi Mila! Pergaulan gadis itu sekarang benar-benar membuat Mami muak!"Ria berkata tegas tak terbantahkan.

Ali memejamkan matanya. Dia tahu sejak beranjak dewasa sikap Mila berubah drastis gadis itu berubah sedikit liar pergaulannya pun berubah. Gadis itu sangat suka menghabiskan waktunya di club-club malam dan malam ini Mila berhasil menyeret Ali ke tempat terkutuk itu.

"Mami tidak melarang kamu berteman dengan siapapun tapi Mami tidak mengizinkan kamu memiliki teman yang berpotensi menjerumuskan kamu ke lobang hitam Ali!"Ali memejamkan matanya, dia sudah lelah seharian ini menemani Mila berbelanja lalu Mila juga menyeretnya ke club dan sekarang dia jam 2 pagi Maminya kembali menyemburkan amarah padanya.

Rasanya tubuh Ali mau tumbang saja.

Ria menatap dalam putranya, dia tidak menyangka Mila bisa membawa pengaruh buruk pada Ali. Dulu yang dia tahu Mila adalah gadis baik-baik tapi beberapa tahun terakhir gadis itu berubah banyak hidupnya bebas dan sedikit liar. Sebagai seorang Ibu Ria benar-benar melarang keras Ali berteman dengan gadis itu tapi disisi lain dia juga menyayangi Mila hanya saja perubahan Mila benar-benar tidak disukai olehnya.

Menghela nafas Ria memijit pelipisnya pelan. Dia harus mengambil tindakan jika dibiarkan tidak menutup kemungkinan putranya suatu saat putranya akan terperosok ke dalam lubang hitam.

Tidak. Sampai matipun Ria tidak rela Ali-nya yang manis hidup dalam kubangan dosa.

"Mami sudah ambil keputusan. Mulai sekarang jauhi Mila!"

Ali mendongak menatap Ibunya tak percaya. Apa-apaan ini! Mila baru sekali mengajaknya ke Club tapi kenapa reaksi Ibunya sudah berlebihan begini.

Braak!!

Ali membulatkan matanya ketika Ria melemparkan beberapa kertas yang sangat dikenali olehnya keatas meja. "Mami."

"Mami memang memantau hubungan kamu dan Mila sejak lama."Kini Ali sudah tahu jawabannya. "Dan itu hanya beberapa salinan kartu kredit kamu yang uangnya kamu hambur-hamburkan untuk membeli kebutuhan jiwa kaya Mila."Sindir Ria tak peduli.

"Ali hanya membahagiakan Mila Mi."Kilah Ali wajahnya datar-datar saja.

Ria semakin muak melihat Ali begitu membela Mila dan nilai Mila semakin buruk di matanya.

"Ah benar tidak salahnya kamu menyumbang untuk anak yatim piatu seperti Mila."Sindir Ria kejam. Ali menatap Ibunya tak suka tapi dia tidak berani melawan Ibunya.

"Sadar Ali! Sadar! Konteks membahagiakan dalam otak kamu itu salah! Membahagiakan Mila bukan berarti kamu menuruti kemauan gilanya dia. Lihat untuk satu tas saja kamu rela mengeluarkan uang hampir 1Milyar Ali! 1 Milyar."Jika tidak memikirkan suami dan putrinya sedang terlelap mungkin Ria akan menaikkan suaranya beberapa oktaf lagi.

Dia benar-benar kesal pada putranya. 1milyar itu duit semua bukan daun bawang. Gila aja beli tas seharga segitu dia saja istri Biyan Hermawan pengusaha kaya raya tapi tidak pernah membeli tas dengan harga sefantastis itu.

Ali terdiam.

Ria mengusap wajahnya dengan kasar. "Mulai besok Mami nggak mau dengar lagi kamu belanjain Mila sampai begini. Ngerti kamu?"

Ali menganggukkan kepalanya.

"Kamu memang pintar cari uang tapi masalah hati kamu nol besar Dek. Udah jelas-jelas dimanfaatin eh masih juga di ladenin. Keledai saja nggak mau jatuh di lubang sama."Cerca Ria tak nyambung biar saja dia sedang marah saat ini.

Ria menatap putranya yang terlihat lelah. "Sudah kamu ke kamar sana! Besok ada hal penting yang akan Mami bicarakan!"

"Iya Mi."

"Sampai di kamar tidur! Jangan dengerin dongeng si Mila lagi! Suka benar tuh cewek ngedongeng emang ini dunia hayalan apa."

Ali menaiki tangga dengan langkah lesu dia membiarkan Maminya menggerutu sepuasnya. Toh malam ini dia sadar sudah melakukan kesalahan besar.

"Maafin Ali Mi."

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang