Bab 9

2.9K 291 9
                                    


"Aahhhh.."

Suara desahan panjang menandakan kepuasan tak terkira terdengar memenuhi kamar itu.

Seorang wanita paruh baya masih terlihat cantik serta kulit mulusnya masih begitu kencang terlihat terengah-engah setelah mengalami pelepasan luar biasa nikmat beberapa saat lalu. 

"Kamu selalu luar biasa Sayang."bisik pria yang sama-sama terengah setelah melewati puncak kenikmatan bersama wanita yang berumur jauh lebih tua dari dirinya.

"Kamu juga Sayangku. Aku puas sangat puas ahh."Dengan nakal jari pria itu sengaja mencubit gemas puting kecil milik si wanita.

"Aku mencintaimu Sayang."Ucap pria begitu mesra.

"Aku juga Sayang."Balas wanita itu tanpa malu dia mulai menggesekkan dada telanjangnya pada dada tegap prianya.

Seketika mata pria itu kembali berkabut. "Kau nakal Sayang tapi aku suka."Pria itu kembali melahap puting mungil wanitanya hingga si wanita menjerit dan mendesah dengan suara sedikit lebay.

Drrtt...drttt..

Pergumulan panas itu seketika berhenti saat suara deringan ponsel terdengar mengganggu hingga aktivitas panas itu terpaksa harus terhenti.

"Siapa sih?!"Ketus Wanita itu sambil meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja kecil di samping ranjangnya.

"Itu ponsel aku Sayang. Ponsel kamu di atas itu."Pria itu menunjuk kearah sofa dimana tas milik si wanita tergeletak.

Wanita itu tersenyum malu. "Maaf Sayang."Ucapnya lalu beranjak dari ranjang tanpa memperdulikan ketelanjangannya.

Pria berondong itu bersiul cabul ketika melihat bokong padat si wanita yang bergerak ketika wanita itu berjalan bukannya malu wanita itu semakin meliuk-liukkan tubuhnya mempertontonkan kemolekan tubuhnya pada kekasih berondong kesayangannya.

"Kau benar-benar panas Sayang."Suara serak si pria menandakan kalau liukan tubuh si wanita berhasil meningkatkan libidonya.

"Sabar Sayangku."Kekeh wanita itu sambil meraih ponselnya yang kembali berdering untuk kedua kalinya.

Ketika mengambil tasnya dengan sengaja wanita itu kembali mempertontonkan bongkahan pantatnya pada si pria hingga kembali terdengar erangan si pria. Wanita itu tertawa puas melihat reaksi kekasihnya namun tawa itu seketika lenyap saat melihat nama penelpon yang terpampang di layar ponselnya.

"Ouh sialan!"Maki wanita itu sebelum berlari menuju ke kamar mandi sambil menempelkan ponselnya di telinga kanan.

"Halo Mas. Maaf aku sedang di acara amal jadi nanti saja aku telfon balik ya."Wanita itu segera memutuskan sambungan telfon lalu bergerak cepat menuju kamar mandi.

"Aku harus segera pergi. Suamiku sudah menunggu. Uangnya aku transfer saja ya."Wanita itu buru-buru memungut dan memakai pakaiannya yang berceceran di lantai sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu wanita itu kembali melompat ke ranjang dan kembali bergumul dengan pacarnya.

"Satu ronde lagi please Sayang."mohonnya layaknya seorang jalang.

**

Ali memejamkan matanya sebelum kembali membukanya menatap langsung si mungil yang begitu keras kepala melawan perintahnya.

"Kamu harus meminta maaf karena sudah melukai wajahku. Huwaaa.."

Tangisan lebay si Artis semakin menambah keruwetan kepala Ali.

"Cih! Najis! Nggak bakalan gue minta maaf sama lo! Kalau perlu gue tambah tato kuku gue di wajah busuk lo itu."Balasan si mungil sungguh membuat tangisan si Artis semakin kencang.

Ali baru akan membuka mulutnya saat tiba-tiba Prilly beranjak lalu berdiri di hadapan Salsa dengan wajah angkuhnya.

"Seharusnya lo minta maaf! Meskipun lo Artis tapi lo nggak berhak injak-injak harga diri orang lain. Sejujurnya gue kasihan sama lo! Lo bangga dengan pencapaian lo jadi artis papan atas tapi hasil menjual tubuh lo."

Salsa membulatkan matanya tak cuma Salsa tapi seluruh orang yang berada disana benar-benar di buat kaget. Prilly menyeringai, oh ayolah jangan ragukan kekuasaannya apalagi jika berhubungan dengan pria yang sangat di benci olehnya.

Prilly sedikit membungkukkan tubuhnya seketika itu pula Ali memalingkan wajahnya yang sejak tadi berfokus pada gadis mungil ini. Prilly tersenyum kecil melihat wajah Ali yang merah padam padahal payudaranya hanya terlihat bagian atas saja tapi pria itu sudah merona seperti ini. Ya ampun benar-benar menggemaskan sekali Tuan datar ini.

Prilly menghilangkan keterpesonaannya pada Ali lalu memfokuskan diri pada Salsa yang sudah memucat di hadapannya.

"Bagaimana rasanya menjadi simpanan Tuan---"

"Selamat siang Nona Prilly."

Prilly mendongakkan kepalanya menatap barisan pria berjas hitam yang sudah memenuhi ruangan itu. Kanaya seketika mengkerut lalu berpindah ke samping Ali. Melihat Kanaya yang takut Ali segera memeluk Kakaknya.

"Kenapa kalian disini?"Tanya Prilly dingin. Dia benar-benar tidak suka di buntuti seperti ini. Dia ingin bebas seperti biasanya.

"Maaf Nona tapi Tuan menyuruh kami memantau Nona."Salah seorang pria bertubuh tegap melangkah maju dan berhenti di hadapan Prilly.

Prilly berdecih, oh rupanya Ayahnya benar-benar ingin bermain dengan dirinya.

"Tolong yang tidak berkepentingan silahkan keluar dari sini!"

Beberapa orang karyawan Kanaya segera beranjak pergi kecuali Ali dan Kanaya yang masih berpelukan tepatnya Kanaya yang menyembunyikan wajahnya di dada Ali.

Prilly tidak perduli apakah aib keluarganya akan terbongkar di sini toh sejak awal dia memang tidak memiliki itu -keluarga- jadi untuk apa dia perduli.

"Dan apakah Tuan kalian tidak menyuruh kalian untuk memantau simpanannya?"sindir Prilly sambil menatap Salsa.

Salsa seketika berdiri tegak di hadapan Prilly, dia merasa orang-orang yang datang itu adalah orang-orang suruhan dari kekasihnya hingga dengan berani dia berdiri berbalik menantang Prilly.

"Tentu saja mereka datang untuk melindungiku. Kekasihku tidak akan mungkin membiarkan aku disakiti apa lagi oleh perempuan gila seperti kamu!"Salsa kembali berteriak.

"Dan Perempuan gila ini adalah anak dari Bos simpanan lo!"Kata Prilly membuat semuanya terhenyak.

Ali hanya menatap Prilly dengan wajah datarnya. Sedangkan Salsa jangan tanyakan lagi wajahnya seketika berubah bodoh.

"GUE RATU APRILLYANA SANDOKO PUTRI TUNGGAL HARIS SANDOKO PELIHARAAN LO!"teriak Prilly kembali mengejutkan mereka yang berada di sana.

Prilly menghembuskan nafasnya capek juga berbicara sambil berteriak seperti ini tapi kenapa Salsa hobi sekali berteriak ketika berbicara.

"Aa..pa? Nggak mungkin Om Haris bokap lo."Salsa berusaha menolak kenyataan yang baru saja terpampang di hadapannya.

Prilly melirik Ali sekilas ternyata Ali juga tengah memperhatikan dirinya hingga mata mereka bertemu sebelum Prilly terlebih dahulu memutuskan tatapan itu.

"Iya gue juga heran Papa gue melihara cewek angkuh padahal otak cuma setengah sendok kayak lo."Ujar Prilly sebelum bersiap untuk pergi dari sana.

Prilly menatap Ali sekilas sebelum benar-benar melangkahkan kakinya meninggalkan Butik Kanaya.

"Lo tanya sama Kakak lo siapa biang masalah di sini. Kalau memang gue seperti tuduhan lo gue tunggu surat dari pengadilan. Ini kartu nama gue lo bisa hubungin gue dan kita akan bertemu di pengadilan."Prilly melemparkan kartu namanya tepat ke atas meja di hadapan Ali sebelum berbalik dengan memasang kacamata Prilly meninggalkan butik Kanaya di iringi tangisan dan juga teriakan Salsa yang kembali menggila.

*****

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang