Salah faham

8.1K 188 49
                                    


Dedaunan dari pohon mangga yang besar itu melambai tertiup angin sore yang sejuk. Hembusan anginnya menembus ruang tamu, dimana seorang pemuda tampan yang mengenakan kemeja hitam dan jeans sedang duduk seorang diri. Paras wajahnya yang mempesona tak berhenti tersenyum menatap ke lantai atas dimana sang pujaan hati berada.

Sesekali ia meghembuskan uap dari mulutnya ke tangannya, untuk memastikan mulutnya masih wangi dan segar. Lain saat ia merapikan baju kemejanya yang sebenarnya sudah rapi itu. Sedang ia sibuk merapikan diri tiba tiba...

"Ssstt... Sstt.. mas Feri ! Sini deh ke kamar Mia, bentar!"

Feri auto menatap ke lantai atas dimana pujaan hatinya berada. Terlihat Mia melambaikan tangannya, dengan senyum malu malunya.

Feri menggigit bibirnya gemas dengan ucapan sang kekasih yang dirasanya menggodanya.

"Mau ngapain? Di rumah gak ada orang. Jangan macem macem deh." 

Beda mulutnya yang berpura pura segan, sorot matanya tak berkedip menatap Mia yang cantik bak barbie itu. Rasanya seperti ada angin berhembus kencang yang meniup dadanya sampai rasanya sesak. She is so damn beautiful!

Mia tertawa, seraya balas menggigit bibirnya," cepetan ih sini. Mia gak tahan lagi!"

Gila, ucapan Mia semakin membuat tubuh Feri panas dingin." Kamu aja yang kesini. Gak enak kalau nanti kedua orangtuamu pulang!"

Mia menopang telinganya dengan tangannya manja." Bener nih gak mau. Ywdah deh...!"

Belum tuntas kalimatnya, Feri sudah berlari menaiki tangga menujunya. Mia tertawa kecil, ia sudah menduganya. Setibanya Feri dihadapannya, ia menarik Feri ke kamarnya yang bernuansa pink putih itu.

Setelah sampai di dalam kamar, Mia menutup pintu kamarnya membuat Feri merasa seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi.

"De, kamu ngapain bawa mas masuk kamar? Mana ditutup lagi. Tar kalau mas khilaf gimana?" Feri menggigit bibirnya lagi.

Mia tertawa kecil, ia mengedipkan sebelah matanya genit." Biasanya juga sering khilafnya. Udah ah, bantuin Mia dulu bentar. Anting Mia nyangkut nih di gaun."

Feri mesem mesem, berusaha menahan debaran jantungnya yang memburu. Kepalanya menunduk, mengamati anting Mia yang tersangkut di bordiran leher baju Mia. Benar juga, anting berumbai dan panjang ini nyangkut di kerah renda gaun yang Mia pakai. Sialnya, ini kesalahan yang fatal. Karena semakin tangannya bersentuhan dengan leher Mia yang halus, nafasnya semakin memburu.

"Makanya pake anting jangan panjang panjang. Nyangkut kan di rendanya!" Kata Feri sambil membasahi bibirnya, sementara tangannya perlahan melepaskan kaitan anting tersebut.

"Pelan pelan mas, sakit nih!""

"Ini udah pelan, sayang. Gak mungkin mas nyakitin kamu."

"Aww .. jangan kenceng kenceng. Pelan aja bisa kan?"

Feri berhasil melepaskan kaitan anting itu. Mia menghela nafas lega. Ia membalikkan badannya menghadap cermin dengan chuek dan mengelus telinganya yang sedikit ngilu itu. Feri menatap Mia lekat lekat dengan nafas memburu.

"Udah selesai, hush sono pergi! Grogi aku kalau dandan dilihatin kamu." Kata Mia sambil tertawa.

"Buang aja de, kalau udah bosen mah." Feri sarkas membuat Mia tertawa.

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang