Mia menggeliat terbangun karena merasa kehausan. Ia melirik jam dinding, waktu masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Biasanya kalau dirumahnya sendiri, Mia tidak pernah terbangun malam. Tapi semenjak pindah ke rumah orangtua Feri sejak dua minggu yang lalu, ia selalu terbangun setiap jam segini. Jangan tanya kenapa? Ngerti kan kalau udah menikah? Hatchii...
Gelasnya kosong, begitu juga teko air minumnya. Artinya ia mesti ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Segan sekali rasanya bergerak bangun dari tempat tidurnya yang nyaman ini. Angin berhembus sangat kencang menerbangkan gorden jendelanya melalui ventilasi udara yang kecil di dinding. Udara dingin dari luar jendela dan juga suhu pendingin ruangan membuat badannya auto merinding kedinginan.
Mia bermaksud memejamkan matanya kembali, namun retina matanya tak sengaja melirik Feri yang sedang tertidur nyenyak bertelanjang dada di atas kasur. Mendadak Mia tersipu sipu sendiri mengingat bagaimana semalam Feri begitu memujanya dan membuatnya terbang ke awang awang. Ah, tak menyesal menikah muda kalau rasanya seindah ini! Hihi....
Dielusnya pipi Feri yang berminyak itu perlahan. Pipi yang sering bergesekan dengan pipinya lalu bibirnya... lalu.. lalu... !! Mia merasa pipinya auto memanas. Ya ampun, cuman menyentuh bibirnya saja auto mengingat yang lainnya, membuat jantungnya berdesir seperti ini. Untung saja sudah halal. Jadi mereka bebas ngapain aja, tak perlu takut akan digerebek patroli polisi. Hihihi...
Mia jadi ingat pengalamannya dulu, saat mereka masih pacaran. Saat itu tengah malam, dan Feri berhasil mengajaknya menyelinap keluar rumahnya karena hendak mengajaknya track malam. Mereka pun mengebut dijalan raya, menikmati jalanan malam hari yang lengang. Sampai di suatu tempat yang mereka kira sepi, Feri menghentikan motornya hendak menciumnya. Namun belum juga mereka bersentuhan bibir, suara motor patroli polisi terdengar. Langsung saja Feri tancap gas dan kabur. Hahaha... Lucu sekali tingkah absurb mereka! Malu sih sebenarnya.
Mungkin memang sudah seharusnya mereka menikah saja daripada terjerumus dalam kubangan dosa.
Dulu, tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya akan berpacaran dengan Feri bahkan sampai menikah. Perbedaan sifat dan watak diantara mereka sangat menonjol. Namun itulah hidup, penuh misteri yang sulit diterapkan dengan logika.
Mia mendekatkan wajahnya ke wajah Feri, sementara tangannya merambat dengan nakalnya dibawah sana. Mengelus dadanya yang lebar, perutnya yang datar lalu ke bawahnya lalu ....
Preett.... preett... Prett..
Sontak Mia menjauhkan tubuhnya saat bau harum semerbak menusuk indra penciuman Mia. Seketika wajah merona bahagia Mia, berganti wajah memerah bak kepiting rebus, ia meradang marah. Sebelah tangannya menutup hidungnya, menahan muntah. Matanya memerah kesal.
Ah ya, Feri itu jorok, sangat jorok dan suka mengorok. Bahkan dari masih pacaran juga jorok. Kadang suka mengupil sembarangan. Udah gitu, kalau buang upilnya di depannya. Iyy...padahal Mia sangat menyukai kebersihan. Ia anti orang jorok. Sipat mereka sangat bertolak belakang, karena itulah awal awal kenal dulu mereka sering bertengkar karena ia membenci sifat Feri yang sangat jorok. Bagaimana ia tidak marah melihat Feri selalu meper sembarangan termasuk meper ke pakaiannya. Iyy...
Tapi anehnya, kok dia bisa jatuh cinta ya padahal sudah tau sifat joroknya? Cinta memang ajaib, mampu menyamarkan setiap kekurangan pasangan.
"Mas Feri...!" Teriak Mia kesal.
Namun Feri tak mendengarnya bahkan tak bergeming dari tidurnya, membuat kekesalan Mia semakin menjadi jadi.
Sebelah tangan Mia yang lain mengambil bantal disampingnya, melemparkannya ke wajah Feri yang sedang ngorok kenceng banget. Feri tampak gelagapan kaget. Ia melonjak bangun hendak marah, bahkan matanya melototinya bengis. Memang siapa yang tak marah sih, dipukul bantal tiba tiba pas lagi enak enaknya tidur. Mia juga pasti marah diperlakukan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi. Ia ingin melampiaskan kekesalannya pada si pelaku pembuang gas beracun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Kawin Muda
RomanceGara gara kepergok sedang berduaan dikamar, Feri(21thn) mesti menikahi kekasihnya Mia(18thn). Mereka setuju saja menikah karena mengira rumahtangga mereka akan baik baik saja karena mereka saling mencintai. Namun siapa kira cobaan hidup sebenarnya d...