Positif

1.9K 58 1
                                    


Feri mengendarai kendaraan roda empatnya dengan hati risau. Ia bahkan tidak menyadari beberapa kendaraan menyalipnya karena ia memberikan jarak yang jauh antara kendaraannya dengan kendaraan didepannya. Matanya menatap nyalang ke depan. Tapi pikirannya mundur ke belakang. Ia tidak percaya Mia shopping baju sebanyak itu? Bahh.. dia yakin Alea sengaja merayu Mia untuk all out shopping. Mia itu anak manja yang lebih senang bermanja manja pada ayahnya daripada shopping dengan temannya. Balas dendam rupanya Alea, huh?

Ia tahu ia salah sudah memarahi Mia sekeras itu - yang bahkan ia yakin ayahnya pun tak pernah memarahinya seperti itu - sampai dia menangis. Apalagi Mia shopping menggunakan uang jajannya sendiri. Tapi dia mesti mengajari Mia mana yang mesti dilakukan dan mana yang tidak boleh meski itu bertentangan dengan keinginan Mia sendiri. Dia tidak salah kan? Sial, bagaimana bisa hatinya merasa bersalah seperti ini.

Kriing...kriing..

Feri mengangkat alisnya, Wulan menelponnya. Entah mengapa sejak Mia mulai mencemburui Wulan, dia agak segan berdekatan dengan Wulan lagi. Wulan, Feri mengulang nama itu dalam hatinya. Salah satu pacar pelariannya saat putus dari Mia. Wulan ini perempuan yang cantik dan disukai banyak teman temannya, termasuk Deden yang diam diam naksir pada Wulan sejak Wulan sering datang ke fakultas mereka. Tadinya ia enggan menerima cinta Wulan, yeah Wulan yang menembaknya. Tapi akhirnya ia terima juga karena kasihan. Wulan ini sangat penuntut. Menuntut semua perhatiannya dan waktunya. Karena pondasi cintanya memang tidak kokoh, ia sering mengabaikan Wulan membuat Wulan marah dan akhirnya memutuskannya. Sebenarnya ia tidak pernah ada rasa pada Wulan hingga saat ini, karena itu ia tak peduli Wulan gelayutan manja ataupun memeluknya. He feels nothing.

 Ponselnya masih terus berdering. Meski segan, Feri mengangkat juga telponnya.

Hallo... ada yang mau pesan? Contoh desgin baliho yang baru ada di laptop gue, lo buka aja. Paswordnya nama bini gue. Okey, tar gue ke ruko... cuman ada kita berdua yang stand bye? Emang Deden sama Jaka kemana? Urusan apa bocah sableng tuh? Ywdah, gue udah otw...

Feri menutup telponya dan melempar ponselnya ke dashboard. Ia kembali fokus menjalankan mobilnya dengan kecepatan lambat karena jalanan didepannya yang kini macet. Ia melirik kiri kanan jalan raya yang ramai oleh para pejalan kaki, siapa tahu hati risaunya terobati. Tiba tiba ia melihat pasangan muda yang sedang asyik bercengkrama sambil berpegangan tangan, yang mana istrinya sedang hamil. Mereka terlihat bahagia sekali, membuat Feri berdesir, ikut bahagia. Ia teringat Mia lagi, cintanya. Seandainya saja Mia segera hamil anaknya, pasti bahagia banget. Biar kalau berantem seperti ini, tak ada alasan Mia meninggalkannya? Hehehe...

Mia itu cinta pertamanya. Gadis imut dan cantik dengan tinggi badan 153 cm, jauh sekali dengan tinggi badannya yaitu 170cm. Tapi keimutan Mia dibalik bandananya selalu membuatnya terpesona. Senyumnya, tawanya yang renyah dan sikap genitnya. Ia yang selalu jaim didepan banyak orang, selalu ingin tertawa setiap Mia mengedipkan matanya manja atau merengek. Alhasil hanya didepan Mia saja ia bisa banyak bicara dan menjadi usil gak karu karuan.

Ah jadi pengen pulang lagi trus peluk dia? Tadi dia menangis, pasti sedih banget abis aku omelin. Maafin mas ya, de !! Mas janji akan meminta maaf sepulang kerja nanti. Eh tapi kalau aku minta maaf, dia pasti begitu lagi. Halah pusing!!! Padahal niat mas baik de, mas ingin kamu belajar mengatur keuanganmu, karena mas tak mau punya istri boros.

Gusar, Feri memilih menyalakan radio saja untuk mengalihkan pikirannya. Ia memutar radio itu mencari lagu penyemangat di sore hari yang macet itu. Tak lama ia mendengar lagu Happy Asmara, apa itu cinta.

Cinta apakah itu cinta, bertanya tanpa sengaja

Cinta berkorban jiwa, datangnya tanpa sengaja, yeee..haaa

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang