Balas Dendam ah...!

1K 46 4
                                    

Suara deru kendaraan roda empat yang memasuki garasi memecah keheningan di rumah mewah berlantai dua itu. Seorang pria tampan dengan tubuh tinggi atletis keluar dari dalam mobil tersebut. Sembari berjalan memasuki rumah, ia mengelap noda saos di bajunya dengan tisu basah.

"Loh Fer, kok sendirian? Gak pulang bareng Mia?" Sekonyong-konyong Widia keluar rumah sambil membawa tas jinjingnya. Sepertinya ia hendak pergi.

Feri mengangkat kepalanya. Ujarnya," Mia masih pengen di sana. Ya udah gpp."

Widia geram," Trus kenapa gak kamu temenin? Di mana-mana itu suami selalu temenin istri walaupun itu di rumah orangtuanya sendiri. Udah sana, susul istrimu."

Feri mendengus malas."Iya, Feri susul abis mandi."

Widia berpamitan pergi arisan. Rumahnya kembali sepi karena papahnya pun sedang meeting di kampusnya. Nasib jadi anak tunggal. Tapi Feri berjanji akan mempunyai anak yang banyak dengan Mia supaya rumahnya tidak sesepi ini. 

"Ah, jadi kangen kamu, De! Tunggu mas datang ya, Mas mau mandi dulu."

*****

Ruang tamu itu serasa sepi karena penghuninya hanya Mia seorang. Ia memakan ayam betutu panggang yang dipesannya online itu dengan pikiran semerawut seperti benang kusut. Biasanya selalu ada Farel yang membuat darah tingginya kumat karena sering mengganggunya. Tapi sekarang semua orang sedang pergi.

Ayah ibunya pergi ke hajatan pernikahan teman mereka di luar kota, sedangkan Vina dan Haris mengajak Farel menaiki wahana kereta gantung dalam mal. Tak ada seorang pun yang mengajaknya pergi. Mereka beralasan, ia sedang hamil takut kecapean. Yang bener aja, dia hamil baru 6 bulan, dia merasa sehat sehat saja melakukan aktivitas ini itu. Mereka sengaja melakukan itu supaya Mia bosan sendirian di rumah trus memutuskan pulang ke rumah Feri. Modusnya bisa aja, tapi Mia gak bakal goyah. Ia gak bakal pulang ke rumah mertuanya lagi. Huh..

Dicoleknya sambal matah itu dengan kesal. Kesal ditinggal di rumah sendirian, kesal Feri berfoto dengan Wulan, kesal Feri tak juga menjemputnya padahal ini sudah 2 hari, kesal tak ada yang mempedulikannya. Hiikksss.. air matanya menetes jatuh.

Yah, Mia segalau itu. Benci tapi rindu.

Mia tersedu-sedu."Jadi ini mau kamu, mas? Berpisah sama aku? Kamu lebih memilih perempuan itu daripada aku yang hamil anakmu? Hiikkss.. kamu tega! Padahal dulu kamu janji setia sama aku."

Mia menyusut air matanya dengan ujung baju, sedih sekali. Ia bahkan sampai berhenti mengunyah makanan saking sedihnya. Namun tak sampai semenit kemudian, emosinya kembali berubah.

"Ok.. kalau itu mau kamu, aku ikutin. Kita cerai! Kamu pikir aku gak bisa hidup tanpa kamu? Aku bakal tunjukin kalau aku bisa hidup tanpa kamu." Retinanya berkilat-kilat menunjukkan kebesaran tekadnya. Ia kembali mencoel sambal matah super pedas itu dengan ayam panggangnya. Hu hah... pedassnyaaa..

"Permisi, Mia hellowwww ..."

Tetiba terdengar suara jeritan nyaring dari depan rumah, memanggil namanya. Siapa itu yang teriak-teriak di luar seperti tarzan di hutan. Bergegas Mia mencuci tangan, lalu berjalan ke ruang tamu untuk membuka pintu.

"Supriseee....!" Teriak Mira saat pintu terbuka. Wajahnya nyengir seakan ia sudah memberi hadiah besar.

"Mira!" Mia menjerit histeris. Tak percaya setelah sekian bulan akhirnya mereka bisa bertemu kembali.

"Aarrgh.. kangen!" Seru Mira tak kalah histeris. Ia memeluk Mia erat saking senangnya bertemu bahkan perutnya ikut sedikit tertekan, namun untungnya tidak apa-apa.

"Ih gue juga kangen banget.." Mia balas memeluk erat sohibnya di bangku sekolah menengah atas ini. Ya ampun dia seneng banget. Akhirnya ada juga sesuatu yang bisa memperbaiki moodnya.

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang