Salah Lagi..!

1.4K 49 6
                                    

Sehat terus yang lagi baca dalam hati.

Waktu menunjukan pukul 9 pagi saat Widia menghampiri ruang tamu dimana suaminya berada. Sedangkan Handoko asyik dengan ponselnya sembari makan pisang coklat, favoritnya.

"Pah, makannya inget inget yang lain. Kali aja Mia suka! Inget pah, di rumah ini kita gak berdua aja."

Handoko mengambil kembali piscok yang baru dan mengunyahnya dengan lahap. Tinggal 1 lagi yang tersisa di piring.

"Iya. Tuh papah sisain..! Papah juga inget lah punya mantu..." Handoko menjawab sambil mengunyah piscoknya.

Widia menengok piring cemilan di atas meja, ia geleng geleng kepalanya, heran. "Nyisain kok 1 sih, Pah! Feri gak dibagi?"

"Mia itu dari dulu ga suka rasa lain selain strawbery, jadi dia gak bakalan doyan. Jadi itu buat Feri lah..! Papah laper,mah." 

"Ngabisin 9 piscok kok masih bilang lapar? Itu gentong perutnya abis sarapan masih belum kenyang?" Ledek Widia. Helanya," perkara suka ga suka ya itu urusan dia. Yang penting kan udah nawarin. Udah tahu orang hamil itu sensitif."

Handoko berdehem," gak usah ribet deh. Gak bakal kenapa napa kok, dia kan sukanya strawberry bukan coklat."

Handoko meminum kopinya. Widia menggedikkan bahunya, tak mau ambil pusing. Tak lama, Feri dan Mia turun dari tangga beriringan. Seperti biasa Mia dengan bandano pinknya dan gaun bermotif bunga yang berwarna pink pula, sangat cerah saat dipadukan dengan rambut pirangnya. Penampilan itu semakin mempertegas sosok Mia yang masih muda dan segar. Sedangkan Feri dengan setelan kemeja abu dan celana hitamnya yang semakin menonjolkan kematangannya sebagai pria dewasa.

Feri seperti anak itik yang mengikuti induknya kemana pun induknya pergi. Ia selalu berjalan tak jauh dari belakang Mia, sampe Mia ribet sendiri jalannya. Mia berhenti berjalan saat sudah berada didepan Handoko, Feri ikut berhenti mendadak dan nyaris menabraknya membuat Mia geram.

"Mas, jalan di depan aja, Mia ribet nih!" Mia bersungut sungut kesal, Feri malah senyam senyum terus.

"Mas kan cuman pengen jagain kamu, takut kamu jatuh lagi jadi bisa langsung nangkep. Mas suami sigep loh, sayang!"

Mia memberengut, ujarnya pelan." Itu sih bukannya siaga. Ga ada kerjaan, ngeribetin orang jalan," Mia bete sekali dengan kelakuan Feri yang menurutnya absurb itu.

Feri nyengir kuda. Mia sudah setengah membungkukkan pantatnya saat Feri menerobos sofa tempat ia hendak duduk. Sontak saja Mia berdiri lagi, ia mendengkus sebal. Feri hanya cengengesan lalu menarik Mia duduk disampingnya. Widia geleng geleng kepala, buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Iseng banget !!

"Pah, pisang coklat yang tadi aku beli mana? Kok tinggal 1?" Tanya Feri heran. Ia hendak mencomot piscok itu tapi keduluan Mia. Feri melotot, Mia mencibir. Satu sama, wleee...

"Kan isinya 10. Mana lagi?" Tanya Feri heran.

Handoko tampak gelisah, Widia mesem mesem, sedangkan Mia menjerit histeris.

"Mana lagi piscoknya? Mau lagi..." seperti anak kecil, Mia bertepuk tangan senang mendengar piscoknya masih ada banyak.

"Bukannya kamu ga suka coklat?" Kata Handoko, tegang. Feri juga ikut menatap Mia, heran.

"Ga tahu, mendadak ngiler lihat coklat. Mia mau, Pah..! Mana lagi coklatnya?" Tanya Mia antusias. Saking senangnya, ia sampai lupa kalau tadi kesal dengan Feri. Moodnya berubah mendengar kata coklat. Ia menatap Handoko memelas seperti anak kucing memelototi majikannya minta makan.

"Kirain papah kamu ga suka, makanya papah habisin." Handoko berkata chuek alias berusaha berkata sechuex mungkin biar gak kelihatan tegangnya.

Mia kecewa, Feri jadi kesal." 9 biji dimakan papah semua? Ckckck... tahu gitu tadi Feri bagi naronya, biar gak diabisin papah semua."

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang