Mertua vs Menantu

1.1K 49 36
                                    

Sorenya, Mia dan Feri pamit untuk pulang ke rumah Feri yang disambut bahagia kedua orangtua Mia. Tentu saja mereka bahagia, karena mengira anak dan menantu mereka akur kembali.

Sepanjang perjalanan pulang, Feri tampak fokus menyetir, sedangkan Mia memilih melihat pemandangan luar jendela yang macet oleh kendaraan. Di mana semua mobil merayap pelan pelan sementara lampu jalanan mulai berkerlap kerlip menerangi setiap sudut tempat.

Situasi dalam kendaraan roda empat dimana hanya terdapat dua penghuni didalamnya tampak senyap seakan mobil itu tak berpenghuni. Meski lisan sudah saling memaafkan, tapi pikiran mereka selalu saja mengajak reka ulang kejadian yang sudah sudah. Membuat mood mereka anjlok saja. Mendadak Mia mengingat panggilan mertuanya kemarin yang tak sempat diangkatnya. Ia auto tegang maksimal.

"Masss...." Panggil Mia pelan tanpa mengalihkan tatapannya dari luar. Ia menghembuskan nafasnya lamat lamat lewat lubang hidungnya. Memikirkan respon mamah mertuanya membuat dadanya sesak kembali.

"Hemm..." Feri berdehem.

"Maass..." Panggil Mia lagi, kali ini ia menoleh memandang Feri.

"Apa, de?" Jawab Feri tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya. Kedua bola matanya melirik kaca spion luar, tak lama ia membelokkan mobilnya di tikungan.

"Waktu kemarin kamu nyari aku di mal, mamahmu ada miss call juga. Memangnya mamah tahu kamu nyari aku di mal?"

"Tahu, mamah yang nyuruh aku jemput kamu padahal aku baru pulang kerja." Feri mengusap wajahnya kasar, sambungnya," tahu gak, padahal aku lembur semalaman, badan pada sakit tapi aku tetap nyariin kamu, mau ngajak kamu pulang. Sakit pun aku tetap menjemput kamu meskipun yang dijemput malah berbuat seenaknya." Sindir Feri dingin.

Wajah Mia memerah mendengar sindiran Feri. Bulu kuduknya meremang.Kenapa sih mas Feri ngingetin itu terus. Toh, bukan salahnya sepenuhnya, kan?

"Mana aku tahu kamu lagi mau jemput aku. Di mal waktu itu bilangnya abis meeting ama klien. Udah gitu, kamu ninggalin aku." Mia balik meradang kesal.

Feri berdecak sebal," terus aja cari pembelaan. Kamu emang gak pernah peka. Selalu semaunya sendiri."

"Kayak kamu peka aja ama aku." Balas Mia tak kalah sewot.

Feri membisu. Ia menyadari kalau sudah saling menyalahkan begini  takkan selesai. Lebih baik Feri mengalah.

Feri kembali fokus menyetir dan Mia yang terlihat gelisah duduknya. Sebentar duduk tenang, sebentar menegakkan tubuhnya, sebentar meluruhkan pundaknya.

Feri mengernyitkan keningnya bingung melihat sikap Mia. Tapi ia memilih diam, enggan bersikap peduli. Batinnya masih kesal dengan kelakuan istri kecilnya itu.

"Mamah tahu kamu gak pulang bareng aku di mall waktu itu?" Lirih Mia cemas.

Entah mengapa perasaanya tidak enak. Seakan ada hal buruk yang menantinya.

Feri mendesah, "saat mereka tahu aku gak nemuin kamu di rumah, ya mereka telpon setiap setengah jam sekali, jadi ya mereka tahu, bahkan aku sampe sakit muntah muntah karena kelelahan pun mereka tahu."

Mia tercekat. Ia meringis dalam hati. Mas Feri ngungkit terus ih, sebel. Aduh gimana ini? Badannya jadi auto merinding disko begini ya. Jangan-jangan mertuanya marah padanya karena sudah membuat anaknya sakit seperti itu.

"Jangan ajak mas ngobrol ya... Mas lagi fokus nyetir!" Kata Feri lirih.

Ucapan Feri membuat Mia ikut terdiam kaku. Keadaan dalam mobil kembali hening. Mia gatal ingin bicara lagi tapi melihat Feri yang selalu menghindari bertatapan dengannya membuatnya sadar kalau Feri sedang marah padanya.

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang