Cerita ini saya tulis berdasarkan kisah nyata teman saya yang menikah muda dan seluk beluk didalamnya. Walaupun sudah banyak didalamnya adegan yang didramatisir. Jadi, jangan pukul rata semua yang menikah muda seperti mereka ya readers😄
Karena jujur saya sebagai penulis pemula, berimajinasi itu rada rada susah ya. Karena itu cerita saya banyak yang diangkat dari cerita disekitar.
Semua tokoh di cerita ini mempunyai karakter masing masing yang tidak sama. Jadi kalau ada perbedaan sudut pandang tolong dihargai karena saya ingin mengangkat perasaan jujur mereka ke dunia oranye.
Selain itu, semua karakter pemain saya juga satu sama lain tidak bisa saling menebak isi hati atau isi pikiran, tak ada cenayang disini. Semua bermain dengan pemikiran dan asumsinya sendiri sendiri yang berujung salah faham.
Tapi semua akan terungkap pada waktunya.
Btweh, versi revisi kok jd serius gini ya. Perasaan versi draft byk humornya🤔
****
Beberapa jam yang lalu...
Mia menahan gelegak amarahnya saat mengingat kejadian di ballroom tadi. Momen yang harusnya menjadi momen mengharukan antara dia dan Feri, menjadi momen paling menyedihkan dalam hidupnya. Bagaimana bisa Feri lebih mementingkan perasaan teman- temannya daripada perasaannya? Apa aku tak berarti untukmu? Apakah kehadiran teman-temannya lebih penting daripada kehadirannya? Bahkan dia lebih memilih tertawa bersama Wulan daripada bersamanya. Gerrrr....
"Kita sudah pernah membahas tentang Wulan. Tapi kamu masih mencemburui aku sama Wulan padahal kamu sudah tahu kenyataannya." Seru Feri sambil beranjak bangun. Lanjutnya," Terserah kamu mau di sini atau mau kemana, aku gak peduli. Aku bosan mengulang kata-kata yang sama ke kamu. Lebih baik aku pergi sama teman temanku buat merayakan kelulusan daripada aku stress kalau dekat kamu... dan aku gak bakal pulang sebelum kamu berjanji akan berubah!" Desis Feri pelan di kuping Mia, namun efeknya membuat jantung Mia hampir melayang.
"Mba... Ma .."
Bukkk.. bukk
Dipukulnya kursi disampingnya sekuat tenaga.Wtf ! Mia mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Salahkah kalau gue cemburu dengan kedekatan lo sama Wulan atau teman teman lo yang lain atau mamah? Gue cuman ingin jadi prioritas dalam hidup lo. Tapi lo masih suka bersenang senang sendiri. Kenapa mas? Kenapa kita tidak pernah searah? Kenapa jalan yang kita tuju selalu berbeda? Kayaknya kita emang udah gak cocok menjadi suami istri. Kita sudah tidak satu pemikiran. Lebih baik kita bercerai saja. Percuma diteruskan, yang ada kita hanya akan saling menyakiti.
"Mbaa...!"
Duk..duk..duk..
"Arrgghh...!"
Mia tersentak, ia meringis ngilu. Perutnya yang membuncit seperti berkedut kedut. Mia meraba perutnya yang tertutup gaun ibu hamilnya. Tak lama dukk.. dukk .. duk
Babynya kembali menendangnya. Mia terperangah takjub. I have baby in my abdoment! Tuhan menitipkan ciptaanNya diperutku. Aarrghh.. i feel blesh.
Janin yang kelak akan tumbuh menjadi manusia sempurna yang cantik dan tampan seperti ayahnya yang brengsek dan ibunya yang manis ini. It,s amaging! Mia benar benar terpukau. Rasanya ia rela melakukan apapun demi bersama baby ini. Ia yakin bisa hidup berdua saja dengan anaknya. Biar saja baby ini tak mengenal ayahnya yang tidak bisa menghargai komitmen itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Kawin Muda
RomanceGara gara kepergok sedang berduaan dikamar, Feri(21thn) mesti menikahi kekasihnya Mia(18thn). Mereka setuju saja menikah karena mengira rumahtangga mereka akan baik baik saja karena mereka saling mencintai. Namun siapa kira cobaan hidup sebenarnya d...