Lepaskan dia!

1.2K 49 10
                                    

Wulan membasuh wajahnya dengan sabun pencuci muka. Di lapnya wajahnya dengan kasar. Ia mengangkat kepalanya dan memandang cermin di hadapannya yang menampilkan wajah seorang gadis cantik yang sudah matang, berhidung mancung, berpipi mulus dan berambut ikal panjang. Ia heran, bagaimana bisa seorang lelaki menolak pesona kecantikannya. Hampir semua lelaki yang melihatnya, mengatakan kalau ia sangat cantik, bahkan mereka silau akan pesonanya. Tapi kenapa Feri tak jua jatuh ke dalam pesona kecantikannya. Sebenarnya, di mana salahnya?

Ralat, sebenarnya Feri pun pernah terpesona olehnya hingga akhirnya mereka berpacaran. Tapi meski mereka pacaran dulu, tak pernah sekali pun Feri memperlakukannya dengan lembut seperti pacar pacarnya yang lain. Meski ia sudah berdandan cetar membahana, tapi dia tak pernah memujinya. Mengesalkan memang!

Seandainya saja dia bukan kriteria pria idamannya, sudah dari dulu Wulan meninggalkan Feri. Sayang, Feri terlalu manis, tampan, tinggi dan atletis dan sering membuatnya terpesona hanya dengan melihat fisiknya. Selain itu, Feri type badboy yang dia suka. Ia menguasai beladiri, tak pernah takut apapun dan selalu chuek dengan cewek-cewek di sekitarnya termasuk dia sendiri.

Pada akhirnya, Wulan tak tahan diabaikan seperti itu. Ia wanita yang ingin selalu dipuja dan dimanja. Yeah, akhirnya dia berselingkuh karena dia haus akan hal itu dan Feri tak mengetahui itu sampai sekarang. Lalu ia memutuskan Feri, dan Feri berpacaran dengan Mia, si bocah yang baru gede itu dan menikahinya.

Wulan menghembuskan nafas kesal.

Apa mungkin Feri menyukai wanita abg seperti Mia, daripada wanita matang seperti dirinya. Bagaimana bisa Feri memperlakukan Mia semanis itu, sedangkan dengannya dulu tidak. Fuck your taste...

Sudah menjelang pagi, ketika Wulan menguap. Ia tak kuasa menahan kantuk. Karena pesta barbeque itu selesai dini hari, ia dan teman-teman wanitanya memutuskan menginap saja di rumah Agil yang memang besar itu. Yang lainnya sudah masuk kamar dan tidur. Wulan yang terakhir memasuki kamar karena tadi ia ke kamar mandi dulu.

Ia baru saja hendak naik tangga menuju kamar ketika Deden menarik tangannya menjauh, setengah menyeretnya ke pekarangan yang sepi.

Wulan tentu saja marah dan memaki kelakuan Deden.

"Lo apa-apaan sih? Kalau mau ngobrol, besok aja. Gue ngantuk." Wulan hendak kembali masuk ke dalam rumah, ketika Deden meremas tangannya.

"Jangan harap lo bisa kembali ke dalam rumah sebelum kita bicara." Bola mata Deden yang menatapnya tajam, membuat Wulan mengurungkan niatnya untuk pergi. Entah mengapa, ditatap setajam ini oleh Deden, bukan membuatnya takut. Justru ia terpesona. Setiap hari ia melihat Deden yang selalu kalem, tetiba menunjukkan emosinya di hadapan Wulan, membuat Wulan merona. Oww.. gagah sekali saat dia menunjukkan sikap kelelakiannya. Just like a bad boy!!

Mendadak senyum Wulan menghilang saat kewarasannya kembali. Sadar Wulan, Deden itu teman dekat Feri. Ga mungkin jadiin dia gebetan. Apa kata dunia, gue pacaran dengan temannya mantan, seperti tidak ada pria lain saja? Iyuuhh...

"Ya udah, ada apaan ? Cepetan ngomong. Gue ngantuk mau tidur."

"Lepaskan dia, jangan mendekati Feri lagi. Dia itu sudah menikah, dan istrinya sedang hamil pula. Berhenti menghancurkan nama baik lo sendiri dengan bersikap murahan seperti itu."

Wajah Wulan memerah marah mendengar perkataan Deden namun juga terkesima. Benarkah Deden peduli padanya.

"Siapa yang deketin? Emang kelihatannya gue ngejer-ngejer dia? ngawur lo."

"Jagan sok polos depan gue. Gue lebih tahu siapa lo lebih dari siapa pun."

Wulan tertegun, Deden lebih tahu dia dari siapa pun.

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang