Gedung perbelanjaan mewah yang terletak di pusat kota itu tampak ramai. Hilir mudik pengunjung memadati mal di sore hari yang sejuk ini.
Di salah satu resto jepang You Eat you buy, Feri, Jaka dan Deden baru saja selesai bertemu klien baru. Mereka berniat pulang saat Feri tiba-tiba saja berhenti di depan resto burger ternama.
"Gue pengen makan burger. Ayok!" Feri nyaris memasuki resto itu tapi suara Jaka menghentikan langkahnya.
"Gue lagi bokek, Fer! Pengeluaran bulan ini lagi penuh." Jaka beralasan. Padahal mana pernah ia kurang uang, dia pinter nyimpen duit.
Memang sih dari mereka bertiga, hanya Feri yang paling perhitungan. Ia seringnya minta ditraktir daripada mentraktir padahal ia tidak kekurangan uang juga. Karena itu mereka sering modus ga punya uang, biar ditraktir si boz. Hehe..sekali kali atuh, boz!
Sementara Deden diam saja tak pernah menimpali setiap Feri bicara, begitu pun sebaliknya. Lebih tepatnya Feri dan Deden saling mendiamkan sejak insiden Deden kepergok berduaan dengan Mia.
"Gue traktir. Ayo cepetan, gue laper !"
"Asyiik.. si bos traktir." Jaka berseru girang. Ia sengaja bersikap paling ceria diantara kedua sohibnya untuk mencairkan suasana. Ia tidak ingin kesalahfahaman ini merusak persahabatan mereka. Tapi nihil, sikap Feri dan Deden malah semakin parah saja. Saling membuang muka setiap tak sengaja bertatapan. Untung saja saat bertemu klien tadi mereka interaktif, tidak terlihat bermusuhan seperti ini.
Mereka memasuki resto burger favorit mereka sejak awal kuliah dulu dan duduk berhadapan. Feri dan Deden duduk berhadapan, sementara Jaka duduk di samping Deden. Seorang pramuniaga datang dan mencatat pesanan mereka. Setelah pramuniaga itu pergi, keheningan pun kembali menghiasi mereka.
Feri membuka ponselnya begitu juga Deden dan Jaka. Feri senyum senyum geli sendiri saat mengecek ponselnya dan tiba-tiba ia tertawa terbahak bahak membuat Jaka menatapnya heran, sementara Deden hanya mencibir.
"Ngetawain apa sih lu? Ampe ngakak gitu?" Tanya Jaka penasaran. Ia bahkan mencondongkan tubuhnya ke arah Feri.
Feri tersenyum simpul. Ia menjauhkan ponselnya dari pandangan mata Jaka." Kepo ae lu.."
"Ckckck... ! Asal jangan selingkuhin bini lu aja." kata Jaka sembari menarik tubuhnya dan bersender ke kursinya.
"Kagak-lah. Gak mungkin gue khianatin bini gue."
Deden berdecih membuat Feri mendelik. Feri menatap netra hitam jelaga milik Deden dengan netra coklatnya, tajam.
"Apa maksud lo berdecih kayak tadi?"
"Yakin setia?" Deden mencibir sinis." Bukannya lo jadian ama Wulan?"
Feri terkejut tapi ia berhasil menutupi keterkejutannya dengan bersikap ketus.
"Jangan nething gitu. Gue sama Wulan cuman temen." Feri berdehem kecil.
"Gak usah munafik, gue tahu lo berdua ada affair di belakang Mia." Kata Deden lagi. Ia balik menantang tatapan Feri, membuat ketenangan di netra Feri perlahan memudar. Sedikit demi sedikit percikan api mulai terlihat di sana.
"Hah seriusan, Fer? Kok lo tega ama bini lo? Bini lo kan lagi bunting. Ckckc.." Jaka ikut berdecak gemas.
"Jangan nuduh kalau gak ada bukti. No pict hoax." Feri menyeringai puas. Ia terlihat tenang dan santai.
"Iya bener. Kan mereka emang udah lama berakhir, Den. Kok lo bisa ngomong gitu? Kalau itu cuman pemikiran lo mending kita udahin pembicaraan yang ini, kita." Perkataan Jaka terputus karena Deden menyelanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Kawin Muda
RomanceGara gara kepergok sedang berduaan dikamar, Feri(21thn) mesti menikahi kekasihnya Mia(18thn). Mereka setuju saja menikah karena mengira rumahtangga mereka akan baik baik saja karena mereka saling mencintai. Namun siapa kira cobaan hidup sebenarnya d...