Sedari ayam jantan baru berkokok subuh dini hari tadi, Mia sudah terbangun. Ia sibuk membantu ibunya didapur. Hari ini Vina, kakaknya akan datang dari Riau karena suaminya Haris ada meeting di Jakarta selama beberapa hari. Sebagai seorang jendral, Haris memang senantiasa bepergian ke hampir setiap kota di seluruh Indonesia. Bahkan terkadang sampai ke luar negeri.
Selesai masak, Mia bergegas membersihkan dirinya di kamar mandi. Ia ingin jalan-jalan di sekitar perumahannya. Rumah dalam keadaan sepi saat ia keluar dari kamarnya.
Mia melangkahkan kakinya dengan riang meski tanpa mengenakan alas kaki, menuju lapangan basket di mana banyak sekali penjaja makanan menjual dagangannya. Ia setengah menyeret kakinya ke tempat pedagang sosis bakar di mana banyak anak kecil sudah mengantri untuk membeli.
"Bang, sosis bakar yang gede 4 dong, sama seafoodnya, basonya, semuanya deh."
Tetiba ada yang menarik bajunya dari bawah. Mia menengok ke bawahnya, bingung.
"Antri dong, Kak. Kita udah nungguin dari tadi." Kata seorang anak kecil berusia sekitar 6 tahunan.
Mia mencibir sinis," bentar doang, De. Tar dedenya ngeces nih."
Anak kecil itu menangis. Mia tak peduli, toh pesanannya sudah selesai. Ia pun berlalu pergi, tak peduli anak kecil itu masih menangis meski ibunya sudah menghiburnya.
Tak puas hanya dengan makan cemilan, Mia membeli hampir semua jajanan yang terdapat disitu dan memakan semua makanan itu dengan rakus nyaris ludes tak bersisa. Selesai makan bubur ayam, ia pindah lagi makan siomay lalu sempol ayam, lalu martabak mini dan lainnya.
Tak dipedulikannya pandangan heran orang orang disana yang melihatnya makan tak berhenti henti, bahkan memakan cemilan anak anak pula. Sing penting puas! Yang ia tahu, ia tuh kepengen banget makan semua makanan yang ada disini. Makanan yang selalu dibelinya sejak ia masih kecil itu.
****
Mia berlari kecil menyambut Vina yang baru saja turun dari mobil. Akhirnya Vina datang juga sore itu. Di belakangnya tampak Haris dan Farel yang sedang mengeluarkan koper mereka. Farel tampak mengeluarkan botol susu dari tas kecilnya. Untuk sesaat, Mia merasa iri melihat keharmonisan keluarga kakaknya.
Mia memeluk Vina erat. Seakan mereka sudah lama tidak bertemu. Terakhir kali mereka bertemu saat Mia menikah, artinya lebih dari setengah tahun yang lalu. Itu sudah lama sekali. Kangeeeen!
"Aku kangen banget sama kakak. Kapan ya kita bisa kayak dulu. Hang out bareng, rebutan baju diskon di mal, diem diem pake atm ayah buat shopping ah pokonya aku kangen masa masa itu. Rasanya pengen diulang lagi. Hiikss.."
Mia berusaha menahan air matanya yang nyaris membanjiri kelopak matanya. Tapi airmatanya tidak bisa diajak kerjasama, ujug-ujug jatuh aja semaunya. Apalagi saat Mia berkedip, airmatanya semakin banyak bercucuran.
Vina balik memeluk Mia, bahagia. Ia juga ikut meneteskan air mata haru.
"Ya ampun, ampe nangis gitu kangen kakak." Vina menghapus airmatanya. Sambungnya." Kakak juga kangen masa masa itu. Tapi mau gimana lagi. Namanya udah nikah ya udah beda dunia." Kedua alis Vina naik turun, menggoda." Gimana rasanya nikah? Enak ga?"
Mia mengerucutkan bibirnya sebal. Ia memilih menyalami kakak iparnya, Haris yang menghampirinya daripada menjawab pertanyaan kakaknya. Haris yang irit berbicara itu hanya tersenyum saat mereka bersalaman.
Seandainya pertanyaan itu diajukan saat ia baru baru menikah, ia pasti akan mengiyakan dengan penuh keyakinan. Tapi kalau sekarang, setelah sembilan bulan pernikahan mereka itu rasanya, iyuuh..
"Kok diem, De? Bahagia banget nih pastinya!"
"Enak ga enak lah. Tapi minus ga enaknya. Aku pengen bebas kayak dulu. Ga ada yang ngatur, ga ada yang larang, pokoknya bebas. Gak kayak sekarang. Main ke rumah aja dibatasin cuman 2 hari. Bete!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Kawin Muda
RomansaGara gara kepergok sedang berduaan dikamar, Feri(21thn) mesti menikahi kekasihnya Mia(18thn). Mereka setuju saja menikah karena mengira rumahtangga mereka akan baik baik saja karena mereka saling mencintai. Namun siapa kira cobaan hidup sebenarnya d...