Break time !

1.3K 57 3
                                    

Feri berpegangan erat pada kursi ketika Handoko menarik pinggangnya dari belakang. Wajahnya pias seperti kapas.

"Feri.. ayo cepetan masuk! Jangan kayak anak kecil gini."

"Ga mau, Yah. Feri gak mau masuk! Feri mau ke kamar mandi." Feri berhasil melepaskan cengkraman Handoko dari pinggangnya dan mengambil ancang-ancang untuk kabur. Sayang, Handoko sudah mengetahui niat busuknya. Ia menarik kaos belakang Feri  erat, nyaris merobeknya.

"Nih anak cuman disuruh masuk susah amat. Padahal orangtuanya ngedampingin. Gimana kalau ga ada orangtua yang bantuin, bisa gak jelas pernikahan kalian itu."

Feri yang sedang baper saat ini adalah Feri yang lemah, tak ada lagi pria jago tawuran yang bikin lawannya lari ketakutan. Ia pria yang sedang nelangsa. Sehingga dengan mudah Handoko menyeretnya ke pintu.

"Yah, lepasin.. ih malu!" Bisik Feri saat posisi mereka seperti berpelukan dari belakang. Suster yang kebetulan lewat tercengang menyaksikan adegan luar biasa itu.

"Kalau gak mau ayah peluk, masuk sekarang!" Handoko melepaskan pelukannya buru-buru lalu memasang tampang angkuh dan cool di depan suster tadi.

Feri menghembuskan nafas lega akhirnya ayahnya melepaskannya. Namun bukannya maju, Feri justru bengong depan pintu membuat Handoko gemas lagi.

"Ayo, cepetan masuk!" Handoko mendorong punggung Feri saking geregetannya. Untung saja refleknya selalu bagus, jadi Feri tidak jatuh menungging di lantai.

Kedatangan Feri yang didorong ayahnya masuk, menyita perhatian Mia yang sedang memainkan ponselnya. Ia kecewa sekali. Ngapain sih dia ke sini? Semua sudah terlambat. Aku tetap ingin berpisah.

"Feri malu malu-malu ingin bertemu kamu. Hehe." Kata Widia sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan ketegangan suasana yang melingkupi mereka.

Mia tak menyahut, hanya menatap Feri tajam membuat Feri kikuk. Belum juga ngomong udah dipelototin. Bagaimana ini?

"Jadi, bagaimana Mia? Kamu nanti pulang bersama Feri ke rumah baru kalian. Rumahnya sudah siap, tinggal huni saja. Oh iya, banyak perabotan yang belum komplit, bisa kalian beli berdua. Waktu itu baru diisi setengahnya sama Mamah. Atau kalian mau second moon dulu ke Sumbawa? Bali? Raja ampat? Hawai? Atau ke mana?" Kata Handoko mewakili Feri yang tak jua mengeluarkan suaranya sedari tadi.

Mia menatap Feri datar membuat jantung Feri semakin memprihatinkan. Oh, dia sudah tahu pasti jawabannya. Poor me!

"Mia ingin bercerai, Yah!"

Kan!

"Mia!" Teriak semuanya berbarengan, tak percaya. Yang diteriaki oleh empat orang dewasa itu malah tampak tak peduli. Seakan kata tabu yang diucapkannya hanyalah kata-kata biasa yang tak berbahaya.

"Mia, pamali sayang. Jangan dikit-dikit bilang cerai. Cerai itu perbuatan yang paling dibenci oleh Tuhan," Kata Widia.

"Dulu kalian ngotot ingin menikah, dan sekarang setelah menikah malah ingin bercerai. Pernikahan itu bukan baju yang kalau sudah tak suka dibuang! Pernikahan itu sakral sayang, sudah berjanji atas nama Tuhan. Tidak boleh dianggap main-main." Susan mengingatkan mereka akan cinta mereka, siapa tahu mereka berubah pikiran.

"Ya, kalian tidak boleh bercerai."

Mia cemberut, lagi-lagi dilarang, lagi-lagi lagi diatur. Ini kan hidupnya, kenapa mereka yang ribut sih? Jangan-jangan mereka masih menganggapnya anak kecil yang tak bisa membuat keputusan sendiri?

Mia hampir kembali menangis tapi buru-buru ditahannya. Bisa ambyar semua rencananya kalau mereka masih menganggapnya belum bisa ambil keputusan sendiri karena sikapnya yang gampang menangis ini.

Jangan Kawin MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang