6. Katamu

2K 48 9
                                    

Berkali-kali aku scrolling di tab menu Status WhatsApp, tapi tidak kutemukan status Dani perihal bunuh diri di sana. Kucoba bertanya kepada Saras untuk mengecek status WhatsApp-nya, tapi tidak terlihat juga.

Dani menyembunyikannya dariku, juga dari teman-temannya. Ada apa dengannya?

Kayaknya dia hide dari teman-temannya yang di Bandung deh. Soalnya teman-teman di Medan bisa melihat statusnya.

Chat Opik membuatku agak sedikit tenang.

Jujur aku khawatir. Pik, kamu samperin aja ke rumahnya deh, gimana? Tau rumahnya, nggak?

Beberapa menit kemudian, muncul balasan Opik di grup WhatsApp kami.

Udah aku tanya, katanya dia mau sendiri dulu. Nggak mau diganggu. Gimana dong, Zaf?

Otakku terus berpikir, tak terasa aku menghentakkan kaki berkali-kali, juga kugigit ujung jempol kiriku. Aku panik. Aku stuck. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Aku masih segan menghubungi Dani terlebih dahulu. Jika aku bertanya kepadanya perihal statusnya itu, mungkin akan menjadi boomerang bagiku dan Dani pasti akan heran aku tahu darimana. Aku harus mencari jalan keluarnya walaupun aku tidak turun langsung menghampirinya.

Dani udah bales nih! Dikasih lokasi rumahnya dimana. Tapi aku nggak mungkin ke sana sendirian, jauh juga.

Ajak Firman deh! Siapa tahu kalo berdua dia semakin terhibur.

Oke. Aku udah ajak Firman. Dia mau nemenin. Semoga Dani nggak kenapa-napa.

Aamiin. Nanti berkabar ya gimana kondisinya. Jangan bilang ke dia kalo aku yang ngidein kalian ke rumahnya. Aku takut dia marah.

Harusnya dia tahu, Zaf, kamu yang ngidein ini. Tujuan kamu kan baik, biar dia nggak kesepian dan melakukan hal-hal yang nggak-nggak.

Nggak usah, nggak apa-apa. Biarin aja, mending dia nggak tahu aku di belakang dia selalu dukung dan bantuin dia. Yang terpenting sekarang dia nggak sendirian. Ngeri aku dia kenapa-napa.

Oke deh. Terserah kamu aja baiknya gimana. Yang pasti kita dukung. Aku cus dulu ya, Zaf.

Sip. Hati-hati di jalan. Malem soalnya.. Btw Fajar mana Fajar?

Aku memandang jam dinding di kamarku yang telah menunjukkan pukul delapan malam. Dipikir-pikir, apakah ideku ini akan membuat Dani 'agak baikan' atau kebalikannya? Dani benar-benar membuatku panik setengah mati. Rasanya aku ingin bercerita ke Endless, tapi kutahan keinginanku itu. Tak akan ada jalan keluar juga jika aku bercerita kepada mereka.

Sekarang yang terpenting Opik dan Firman sedang menuju rumah Dani yang aku pun belum tahu rumahnya dimana dan ada siapa saja di sana.

Seandainya aku mengenal keluarganya, mungkin aku tak akan meminta Opik dan Firman ke sana.

Aku geleng-geleng kepala membuyarkan lamunanku.

Ah berandai-andai lagi! Tidak mungkin! Huft! Dani kenapa, sih? Kalo mau bunuh diri, nggak usah update di status! Bikin orang panik aja.. Apa akunya aja yang lebay?

***

Sorry, guys, aku baru muncul. Tadi habis video call-an sama Dani.

Spontan kuurungkan niatku untuk tidur saat melihat ada chat Fajar masuk satu jam kemudian.

Mata Dani sembab banget. Dia habis nangis sama aku. Katanya dia melakukan kesalahan. Mungkin nanti dia bakal cerita lebih detil ke Opik sama Firman kalo udah nyampe rumahnya.

Rahasia Zafina - true story [PROSES DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang