Hari ini, Dani memutuskan untuk meninggalkan rumahnya.
Sekali lagi, aku dikirimkan foto barang-barang yang akan dibawanya. Padahal hanya sebulan, tapi bawaannya terlihat sangat banyak. Tahap per tahap ia akan membawa barang-barangnya ke kosan, dibantu oleh Arlan -teman mainnya sekaligus tetangga rumahnya.
Aku menawarkan diri untuk membantunya, sekalian ingin tahu dimana lokasi kosannya. Namun ia memintaku untuk fokus bekerja di kantor saja. Katanya, aku tidak mau ia repotkan. Nanti ia akan mengirimkan foto terbaru jika ia sudah di kosan.
Aku menurutinya, dan kembali fokus pada pekerjaanku.
Kukira mood Dani sudah membaik, tapi sore ini aku melihat ia mengunggah status di WhatsApp.
Ada apa lagi dengannya? Bertengkar dengan ayahnya lagi?
Jauh di lubuk hatiku, aku selalu bertanya-tanya.
Mengapa ia tidak pernah berusaha untuk mengalah dengan ayahnya? Lalu, mengapa ia mengunggah status seperti ini di media sosial? Apa gunanya? Mencari perhatianku? Jika memang seperti itu, kenapa tidak langsung berkeluh kesah padaku? Mencari perhatian orang lain? Tapi siapa?
Aku stress dibuatnya, tapi kuabaikan statusnya itu karena kuanggap emosinya masih belum stabil.
Seperti cewek saja dikit-dikit update status curcol begini, dumelku selintas.
***
Sesuai dengan janjinya, Dani mengirimkanku foto ia berdua dengan Arlan di kamar kosannya. Seketika kekesalanku menghilang ketika melihat wajahnya tampak senang. Aku meminta kepadanya untuk menyampaikan terima kasih kepada Arlan karena sudah membantu Dani.
Aku mengenal Arlan, karena pria berusia dua tahun di bawahku itu pernah Dani kenalkan padaku. Berbeda dengan Kang Sahid. Aku tidak pernah dikenalkan oleh pria yang merekomendasikan Dani untuk mengajar olimpiade itu.
***
Kukira setelah Dani menetap di kosan, ia akan kembali fokus menemaniku mempersiapkan segala kekurangan dari acara pernikahan. Namun itu tidak berpengaruh.
Mood-nya memang sudah membaik, tapi ia masih menyerahkan segala hal mengenai pernikahan kepadaku. Sejujurnya itu membuatku tidak ribet, tapi aku tidak ingin riweuh sendiri. Aku ingin Dani merasakan sensasinya juga dalam mempersiapkan perintilan pernikahan. Setidaknya setelah kami menikah, akan ada cerita yang seru ketika pillow talk.
Namun aku tidak ingin kembali memaksanya, bahkan aku tidak berani menanyakan perihal pernikahan. Ia hanya bertanya perihal tersebut ketika ibunya menanyakan perkembangan perihal persiapan kepadanya.
Aku heran dan mulai kesal. Dia mau menikah denganku tidak, sih?
Alasannya tidak ada motor, SIM C-nya tidak aktif, ia sibuk bekerja untuk mencari uang adalah hal yang perlu aku maklumi mengapa ia akhirnya menyerahkan segalanya kepadaku. Yang terpenting saat ini adalah menjaga mood-nya selalu baik terhadapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Zafina - true story [PROSES DIBUKUKAN]
Romance"Menikah denganmu adalah hal terindah di dalam hidupku. Namun ternyata.. aku tidak mengenalmu," ucap Zafina. Istri Hamdani itu menutup laptopnya. Air matanya menetes. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia hanya ingin terbangun dari mimpi buruk ini, tapi sa...