42. Another of You

2.8K 57 30
                                    

Yang, aku mau minta ijin. Malam ini aku bakal menginap di rumah ya. Besok subuh nggak ada yang mengantar papa dan Silvana ke Jakarta soalnya. Boleh? Ayang nyampe jam berapa?

Setelah aku meminta ijin kepada suamiku, tak lama kemudian chat-ku dibalas olehnya.

Tumben, pikirku.

Dani mengijinkanku. Ia juga menjawab akan tiba di Bandung sekitar tengah malam karena tempat duduk kereta yang masih kosong hanya ada di jam terakhir keberangkatan dari Gambir. Ia juga akan mengusahakan menjemputku esok sore setelah aku pulang dari kantor.

Tumben, pikirku lagi-lagi begitu.

Sejak ia ke Jakarta, hubungan kami semakin membaik. Di satu sisi, aku merasa Dani sedang bahagia sehingga mood-nya menular kepadaku. Di sisi lain, aku tidak suka suamiku ini terus berbohong. Rasanya aku ingin sekali menangkap basah suamiku melalui Whited. Namun ini baru permulaan. Aku tidak boleh main hakim sendiri jika belum tahu apa tujuan utama dia berada di aplikasi menjijikan itu.

Jika memang dia sudah bertaubat dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia homoseksual, lalu kenapa dia terjun ke aplikasi itu? Jika memang dia ingin berubah, lalu kenapa diam-diam menggunakan aplikasi itu? Bahkan hingga berbohong kepadaku.

Pertanyaan itu terus menggentayangi pikiranku.

Aku hanya takut Allah marah kepadaku karena membiarkan suami sendiri terjun di dunia maksiat seperti itu... lagi.

***

Sambil beristirahat setelah beberapa menit baru tiba di rumah, aku iseng membuka aplikasi Whited untuk mempelajari ada apa saja di dalam sana.

Saat aku scrolling di menu Live dengan kolom local, aku mendapatkan akun xavier_FLS sedang melakukan siaran langsung.

Spontan hatiku bergemuruh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Spontan hatiku bergemuruh. Jantungku berdegup sangat kencang. Muncul rasa takut, sedih, marah, tapi penasaran. Semua perasaan itu bercampur aduk dalam satu waktu.

Aku tak bergeming, tapi aku juga tidak mau melewatkan momen ini. Alhasil aku klik avatar foto suamiku, lalu kusimak apa yang sedang dilakukannya.

Ia sedang live di Stasiun Gambir.

"Astaghfirullah..." ceplosku.

Hanya itu yang bisa kuucapkan saat kali pertama melihat wajah suamiku sedang live di aplikasi itu.

Dani melakukan siaran ulang di sana sambil berjalan dengan menggunakan earphone. Wajahnya terpampang jelas di layar dari arah low angle. Sambil menyambut 'selamat datang' dan basa-basi kepada penonton yang masuk ke live-nya, fokusnya juga terpecah pada pencarian tempat duduk yang kosong di ruang tunggu stasiun.

Aku? Tetap tak bergeming sambil melihat raut wajah suamiku yang sangat pandai berbohong.

Suara bising dari microphone stasiun yang bergema tidak membuatnya menyerah begitu saja untuk tetap live di aplikasi tersebut. Pertanyaanku, kenapa ia begitu memaksakan diri?

Rahasia Zafina - true story [PROSES DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang