Aku membantingkan handphone-ku ke atas kasur.
Memang kamu yang sebenarnya itu seperti apa?! Silakan pergi ke Solo, silakan berbuat sesukamu, yang penting kamu bahagia setelahnya dan bisa fokus mengurusi pernikahan.
Kuhempaskan tubuhku ke atas kasur.
Pikiranku sangat mumet hanya karena memikirkan status terbarunya itu. Ditambah display picture-nya yang membuatku semakin kesal.
Namun aku harus meredakan emosi negatifku ini. Aku hanya butuh tidur sejenak. Mumpung akhir pekan.
***
Selama di Solo, Kak Bima sengaja cuti untuk menyambut dan melayani Dani yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri.
Dani sering berbagi kebahagiaan kepadaku saat bersama Kak Bima. Mulai dari berjalan-jalan di Pasar Klewer, menikmati wisata kuliner khas kota Solo, hingga wisata malam. Aku turut bahagia saat ia dengan cepatnya membalas segala pesanku. Namun ketika sudah tiba di tempat penginapan Kak Bima, Dani mulai slow respond karena jaringan di daerah tersebut belum 4G.
Papa mengabariku bahwa pekan depan akan ke Kuningan. Namun sebelumnya harus ke Pangandaran terlebih dahulu untuk menjenguk kakek.
Tiba-tiba aku memiliki ide cemerlang dan langsung kuutarakan kepada calon suamiku. Aku berniat mengajaknya ke Kuningan untuk dikenalkan kepada keluargaku, tapi ia harus menyusulku dulu ke Pangandaran.
Aku ragu ia berminat dengan ideku ini.
Tanpa kuduga, ia langsung menyetujuinya. Katanya, sambil jalan-jalan juga. Ia sangat membutuhkan refreshing. Aku senang menanggapinya.
Mungkin ada efeknya dia sekarang stay di Solo. Dia lebih terlihat bahagia dibanding hari-hari sebelumnya. Alhamdulillah.
Aku cek kembali display picture-nya. Kini sudah bukan gambar orang bunuh diri lagi. Terpampang fotonya sendiri sedang berdiri di Tugu Lilin Kota Solo. Sayangnya, ia mengenakan celana pendek berwarna putih di atas lutut. Rasanya aku ingin berkomentar menegurnya, tapi kuurungkan niatku itu.
Aku tidak mau merusak mood bahagianya.
***
Setelah sepekan tidak bertemu langsung dengan Dani, akhirnya hari ini aku sarapan bersama dengannya. Sambil menikmati udara pantai di pagi hari, aku memutuskan untuk mengajaknya sarapan di warung nasi yang sudah buka di sana.
Kulihat dengan seksama, Dani tampak lebih fresh dari sebelumnya. Ia benar-benar menjadi lebih ceria dan tidak ada rasa suntuk sama sekali di wajahnya.
Sambil menikmati nasi kuning, Dani banyak bercerita tentang kegiatannya di Solo. Apa yang pernah dikirimkannya kepadaku melalui chat ia ceritakan kembali. Termasuk ia menunjukkan track record lari pagi di sepekan terakhir dari jam tangan yang katanya hadiah dari Kang Sahid karena telah membantunya mengajar olimpiade.
Ia benar-benar kembali bersemangat.
Rencananya, siang ini kami akan meluncur ke Kuningan untuk mengikuti acara keluargaku di sana. Aku sangat tidak sabar menunggu acara itu karena ini saatnya aku mengenalkan Dani pada keluargaku.
Namun sepertinya Dani tidak akan ikut bersama aku dan papa ke Kuningan. Ia akan menyusul. Katanya, siang ini ia sudah memiliki janji dengan teman-temannya di Pangandaran untuk berkumpul demi menyelesaikan permasalahan yang harus diselesaikannya.
Awalnya aku cukup kecewa mendengarnya. Yang kuinginkan adalah kami bertiga datang tepat waktu ke acara nanti malam di Kuningan, tapi ternyata Dani memutuskan untuk menyusul dan berjanji akan datang tepat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Zafina - true story [PROSES DIBUKUKAN]
Romance"Menikah denganmu adalah hal terindah di dalam hidupku. Namun ternyata.. aku tidak mengenalmu," ucap Zafina. Istri Hamdani itu menutup laptopnya. Air matanya menetes. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia hanya ingin terbangun dari mimpi buruk ini, tapi sa...