chapter 8

337 44 1
                                    

Hari ini jeongyeon memasak di pagi hari. Memasak dengan penuh rasa senang karena dia bisa kembali masak lagi setelah sekian lamanya.

Selesai ia memasak, segera jeongyeon memindahkan masakannya itu ke sebuah piring dan menyajikan nya di atas meja makan.

"Wah pasti enak" seru jeongyeon saat mencium makanannya sendiri sambil tersenyum.

"Ryujin bangun-"

"Wah sarapan hangat nih" potong ryujin saat melihat sarapan di meja makan. Terlebih makanan kesukaan ryujin di sana.

"Kau sudah bangun?" Bingung jeongyeon saat melihat adiknya yang sudah rapih memakai seragam sekolahnya.

"Tentu saja sudah, aku kan rajin"

Ryujin langsung duduk di tempatnya dan menyiapkan sarapannya sendiri. Jeongyeon sebenarnya juga sudah siap memakai pakaian biasa yang ia pakai ke kantornya.

"Eumm enak" dalam suapan pertama ryujin menghabiskannya dengan cepat.

"Pelan pelan aja kali makannya, jangan buru buru!" Perintah jeongyeon saat melihat ryujin benar benar memakannya dengan lahap.

"Ini enak banget, apa lagi ini makanan kesukaan aku eummm"

Ryujin menikmati makanannya tersebut dengan senang, sesekali ia tersenyum ke kakaknya karena memang masakannya itu benar benar enak.

"Ryujin mau cerita ke kakak gak?" Tanya jeongyeon pelan.

"Cerita apa?" Jawab ryujin dengan mulut penuhnya.

"Habiskan dulu yang ada di mulut mu, nanti kau keselek"

"Gak akan..." Jawab Ryujin masih dengan mulut penuhnya. Jeongyeon hanya menggelengkan kepalanya lalu dia terdiam memikirkan apa yang akan dia ucapkan.

"Cerita apa kak?" Tanya ryujin sekali lagi.

"Kamu gak mau ceritain ke kakak. Kenapa kamu bisa bohong di malam itu sama kakak, lalu ada luka dan memar di sana" jelas jeongyeon sambil menatap tangan kanan ryujin.

"Uhuk..." Seketika ryujin tersedak karena terkejut mendapat pertanyaan itu.

"Sudah ku bilang habiskan dulu yang ada di mulut mu..." Omel jeongyeon sambil menuangkan secangkir air putih lalu memberikannya.

Dengan cepat ryujin meminum air tersebut hingga makanan yang ada di mulutnya habis.

"Hhhhhhh..." Ryujin membuang nafasnya panjang lalu bersandar di kursi yang ia duduki itu.

Berfikir tentang pertanyaan yang baru saja jeongyeon berikan padanya, ryujin segera menyembunyikan tangan kanannya.

"Soal itu..." Ryujin berfikir.

"Aku di tarik paksa oleh seseorang sampai tangan ku memar, tapi aku gak apa apa"

"Jangan berbohong! Kakak bisa membedakan tarikan kasar dengan paksa dari pada hanya sekedar paksa. Jujur sama kakak, apa hyunjin yang ngelakuin ini juga?" Tanya jeongyeon serius namun ryujin tidak menjawab.

"Kakak udah marah ngedenger kalau hyunjin yang buat kamu nangis, terus pingsan di jalan. Kakak tau kalau kamu itu di khianati sama cowok brengsek kaya dia. Apa lagi pas tau ternyata dia kasar banget sama kamu!"

Jeongyeon hampir saja mulupakan masalah terbesar itu. Ryujin menangis karenanya, ryujin terjatuh juga karenanya, bahkan penyesalan pun tumbuh karenanya. Karena hyunjin, dan itu benar benar tidak bisa di kendalikan lagi emosi jeongyeon jika berhubungan dengan hyunjin. Setiap kali jeongyeon memperhatikan luka di telapak tangan ryujin dan memar dimana mana, jeongyeon ingin sekali menonjok hyunjin dan melaporkannya pada polisi atas kekerasan yang sudah membuat adiknya terluka.

SISTER - 𝐽𝑒𝑜𝑛𝑔𝑦𝑒𝑜𝑛&𝑅𝑦𝑢𝑗𝑖𝑛[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang