6 - Meet Him

11K 1.4K 138
                                    



Waktu masuk kelas praktikum awalnya gue biasa-biasa aja. Nggak deg-deg an atau semacamnya. Karena emang gue udah kenal banget lah sama Pak Pramono. Gimana enggak? Beliau dosen PA gue anjir. Nggak mungkin gue nggak kenal. Makanya gue santuy kek no life banget ketika nggak bawa jas lab.

Tapi semua kesantuyan hilang seketika begitu masuk kelas, aura-aura mencekam. Dan gue melihat di depan bangku sana bukan Pak Pramono. Melainkan Pak Doyoung.

 Melainkan Pak Doyoung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anjir mampus. Gue nggak bawa jas lab!

Karena gue barusan dikasih tau sama Renjun dan kawan-kawan kalau dosen praktikum fisika modern ini tim. Jadi ada dua dosen yang akan membina praktikum ini.

Dan kabarnya dia galak banget. Nggak tau yang dimaksud galak itu muka apa emang dianya galak-karena sekarang gue liet wajahnya dari kejauhan aja galak banget kaya belum makan siang.

Ayo jujur aja, emang gue kerap kali ketemu sama Pak Doyoung. Tapi nggak sering-sering banget. Hanya beberapa kali. Dan itupun nggak epic banget anjir pas ketemunya, terus mana tau kalo itu Pak Doyoung etaa.

Kaya ada aja gitu hal yang bikin malu ketika pas-pasan sama Pak Doyoung. Pertemuan pertama karena dia pas lagi bawa kopi, gue hampir aja nabrak dia karena gue waktu itu bercanda sama temen-temen di ruang lab elektronika sambil nungguin giliran gitu. Eh tau-taunya Pak Doyoung lewat bawa kopi panas, dan gue hampir aja nabrak. Untung doi nggak ketumpahan.

Apa yang telah dideskripsiin sama Kak Jaehyun emang bener. Kirain dia salah orang gitu. Ya abisnya yang disebutin Kak Jaehyun tuh halu banget ya gusti. Putih, kinclong, mulus, pinter, tinggi, S3, kaya ini tuh nggak mungkin ada. Paling kalo S3 ya nggak semulus atau sekinclong amat ala yang dikata Kak Jaehyun. Tapi pas gue lihat apa yang ada dihadapan gue ini, yang sedang ngebimbing praktikum gue kali ini, dialah Pak Doyoung.

"Itu yang didekat pintu kenapa tidak duduk?" Ucap Pak Doyoung ketika fokusnya mandang ke gue.

"Itu yang didekat pintu kenapa tidak duduk?" Ucap Pak Doyoung ketika fokusnya mandang ke gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aduh, kenapa nggak Pak Pramono aja sih. Pak Pramono kemana sih ah. Yang teori aja diajar Pak Pramono duluan, ini kenapa yang praktikum malah Pak Doyoung duluan yang ngebimbing?

"Ah iya pak." Jawab gue sambil tersenyum dan ngegeret kursi yang ada di bangku belakang.

"Dimana jas kamu?"

"Ahm, ketinggalan pak. Lupa tidak saya bawa." Ujar gue dengan keadaan jantung senormal mungkin. Tapi sayangnya, jantung gue berdetak lebih cepat dan telapak tangan gue tiba-tiba menjadi dingin.




"Kenapa tidak kepala kamu saja yang ketinggalan? Keluar."



HAH? SERIUS NIH? GUE DIKELUARIN DI PERTEMUAN PERTAMA? WAH DOSEN SATU INI BELAGU BANGET ANJIR! KEK KAMPUS INI MILIK NENEK MOYANG DIA APA?!!!

LULUSAN SINI JUGA BUKAN!


Mata gue tiba-tiba memanas dan gue nggak suka akan hal ini. Gue nggak suka sama diri gue yang tiba-tiba menjadi mellow kaya gini. Gue benci! Gue benci ketika orang lain ngelihat air mata gue.

Dengan gerakan pasti, gue bangkit dari kursi dan pamit untuk keluar dengan senang hati.

Oke Pak Doyoung. Mentang-mentang anda dosen muda, punya kemampuan di atas rata-rata, namun ingatlah, masih ada Tuhan di atas segalanya.

"Baik pak, permisi." Ujar gue sambil bungkukin badan dan ngambil tas yang gue letakin di rak tas tadi.

Gue melangkah meninggalkan kelas praktikum dan jalan menuju kantin. Gue singgah buat beli es krim dulu habis itu baru pulang.

Biarin! Gue udah terlalu kesel sama Pak Doyoung. Kalau udah dikeluarin gini, emang pantas gue ngemis buat kembali lagi? Woy gue nggak sesinting itu ketika perjuangan gue nggak dihargai. Udah untung gue mau masuk kelas dia.

Sebenernya gue nggak masalah dikatain apa nggak sekalian kepala gue ketinggalan. Karena menurut gue itu kata-kata yang lumrah banget buat gue. Malah kesannya basi banget coy. Tapi gue marah banget ketika kata-kata itu dilontarkan dengan nada yang amat menekan dan menusuk. Bahkan ditambahi dengan kata 'keluar'.

Itu yang bikin gue makin nyesek. Ketika lo mau mangap ngasih penjelasan, tapi dosen tiba-tiba bilang "keluar", i mean secara nggak langsung lo nggak boleh bicara tentang yang sebenarnya terjadi.

Alah basi banget bor kalo ada dosen yang bilang, "Saya sudah hafal dengan alasan kalian. Saya juga pernah menjadi kalian. Yang menjadikan alasan ini itu agar tidak terkena hukuman."

Dasar bapak-bapak! Apa lo nggak pernah mikir sekaliiiii aja ya, seandainya ada mahasiswa yang beneran habis jatuh atau emang sakit perut nyampe rasanya bangun aja nggak bisa dan lo bilang cuma alasan aja?

WHAT DEFAK???

Lo nggak bisa nilai seenaknya alasan orang berdasarkan pengalaman lo. Karena mereka ya mereka, lo ya lo. Emang harus turun temurun gitu ya bandingin mahasiswa jaman dulu dan jaman sekarang?


Hellaw.... Sekarang udah jaman globalisasi ya pak, udah bukan jaman purba.

Akhirnya gue melahap suapan terakhir es krim gue. Dan jalan meninggalkan kampus.

Bodo amat, gue udah cape banget ngeliet dosen modelan kaya Pak Doyoung.



Ekspektasi gue emang jauh banget sih, jadi pas tau realita kaya gini. Sakit banget cuy...






💄💄💄

Bapak dosen

"Dimana jas kamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dimana jas kamu?"

Euyyy ngeri banget euyyyy

LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang