41 - Bipolar or Original?!

3.5K 530 341
                                    

Hai.. Kangen nggak?

.
.
.

Tim baca jam berapa nih?

.
.

Janji habis baca ini terus tidur ya.. Biar nggak kemaleman..

.
.
.



𓃹 Lecturer Around Me 𓃹



Bersamaan gue mendekat ke arah Jeno dan juga Renjun, Jeno masih menatap gue dengan buas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bersamaan gue mendekat ke arah Jeno dan juga Renjun, Jeno masih menatap gue dengan buas. Layaknya nggak dikasih makan daging segar di tiap harinya.

Begitu gue udah di depannya sembari membalas tatapan buas itu, gue berlalu sembari mengibaskan rambut gue ke arahnya, "Denger ya! Lo, gue, end."

Sekon berikutnya gue bahkan bisa menduga kalau Jeno bakal menyesal atas tindakannya sendiri. Terbukti saat gue udah melipir pergi, ia segera sadarkan diri dan berakhir meneriaki gue yang telah pergi.

Rasain! emang enak.

Gue nggak sepenuhnya masuk ke dalam kamar. Gue masih stay dibalik pintu pemisah ruang tamu dengan kamar kosan lainnya. Sehingga dari sini, setidaknya gue bisa denger percakapan mereka.

"Gue tunggu dia aja. Hati-hati lo. Dan makasih." Ujar Jeno ke Renjun yang sedang menyalakan motornya. Kemudian setelah Renjun pergi, Jeno mendaratkan tubuhnya ke sofa ruang tamu kosan gue.

Gue bahkan bisa dengan jelas helaan napas Jeno yang kasar. Kayanya tuh anak banyak masalah banget.

Eh tapi salah sendiri nggak mau berbagi sama gue. Gue aja dengan senang hati cerita sama dia. Bahkan gue nggak segan buat nelpon dia waktu gue mergoki Pak Doyoung sama cewek.

Dengan perasaan nggak enak juga, gue akhirnya mengalah dan membuka pintu tengan kosan gue. Setelah gue berdiri tepat di belakang Jeno, yang artinya Jeno sedang memunggui gue sembari menangkupkan tangannya untuk menutupi seluruh mukanya.

Gue masih memperhatikan gerak-geriknya dari belakang, bahkan dia belum sadar atas kehadiran gue di belakangnya. Hingga dia mengusap kasar wajahnya, di situlah gue mendekat tanpa aba-aba dan menggeplak kepalanya dengan keras.

Sontak Jeno menoleh ke belakang dan begitu melihat seseorang yang menggeplak kepalanya, ia langsung berdiri dan memusatkan seluruh atensinya ke arah gue. Beberapa sekon berikutnya, ia mendekat dan mendekap gue erat lagaknya nggak bakalan ketemu esok hari lagi.


"Maaf..maafin gue, Reya.. Gue kan udah minta maaf sama lo. Masa lo masih marah sama gue sampai lo harus kabur sama Renjun? Bahkan ngehindar dari gue? Bahkan lo ngucapin lo gue end Maksudnya apa? Lo nggak lagi kenapa-napa kan? Lo bikin gue khawatir tau nggak? Belum lagi lo ada konflik sama Pak Doyoung, sampai-sampai jawaban lo disobek di depan peserta ujian, tapi lo... Malah gitu ke gue.. Nggak usah bercanda, Reya... Gue nggak suka."

LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang