27 - Berprasangka

4.7K 635 108
                                    





𓃹Lecturer Around Me𓃹



Dengan air muka yang sedang marah, bukan gue kalau takut dengannya. Pasalnya yang diangkat ke udara bukanlah sesuatu yang asing buat gue. Demi Tuhan, itu hp gue! Hp gue di Pak Doyoung astaga.



Dengan sigap gue berlari menuju ke arahnya dan menubruk badannya sangat kencang. Detik selanjutnya, Pak Doyoung menghindar bahkan menepis badan gue dengan kasar.


Gue mengerutkan kening bingung hingga beberapa sekon setelah gue diam dan beliau diam. Disitu gue kembali memandang sebuah chatroom disana.


Melebih kekalutan hp gue yang tak kunjung ketemu, kondisi saat inilah yang membuat gue sontak melebarkan mata maksimal.



Chatan gue dengan Bu Taeyeon.



Berhubung gue belum diceritain sama Pak Doyoung tentang Bu Taeyeon, sedikit tersenyum mengejek yang gue yakin Pak Doyoung bisa lihat, gue mendekat ke arahnya dengan mantap tanpa takut didorong kasar lagi.



Gue menemukan alasan yang sangat pas. So, apa yang gue takutkan sekarang?


"Jelasin apa, Kak?" Jawab gue dengan pura-pura polos yang membuat amarah Pak Doyoung sedikit mereda.


Sedikit berdeham pelan, Pak Doyoung menurunkan tangannya dan merelakan hp yang ia pegang jatuh ke pemilik aslinya.



Dengan cepat gue segera mengantongi hp gue ke dalam celana pendek yang gue pakai.


"Kamu kenal dia?"

"Kenal kok. Dia kan dosen teman aku, Chenle. Emang kakak kenal?"


"Nggak usah pura-pura begitu. Saya sudah baca dari awal sampai akhir." Ujarnya yang membuat gue mencelos seketika.


Kalau kaya gini, gue yakin. Gue kalah. Dia udah baca sampai khatam. Alamat gue dibantai.



Menghembuskan napas berat, Pak Doyoung melanjutkan, "Jelasin ke saya, Reya."


"Apanya yang perlu dijelasin, Kak? Bukannya kakak udah baca dari awal? Dengan begitu, Aku pikir kakak udah ngerti." Jawab gue sambil mempersilahkan Pak Doyoung masuk ke dalam kosan gue yang sayangnya ditolak mentah-mentah oleh beliau.


"Bagaimana kamu bisa kenal? Saya yakin, dia duluan yang menghubungi kamu."


"Ceritanya panjang. Kakak bisa tanya sama Chenle. Aku males kalo bahas mantan kakak."



Menyentakkan kepala kasar, Pak Doyoung menarik gue mendekat sembari sebelah alisnya terangkat satu.


"Apa kamu bilang?"

"Mantan. Bener kan?"

"Tau darimana?"

"Chenle kak. Chenle.. Adik kakak."

"Saya nggak punya adik."

"Adik jauh." Ucap gue memelan yang mendapat dengusan keras dari Pak Doyoung. Detik setelahnya ia melembut.


Iya guys, Pak Doyoung nggak bisa marah-marah sama gue. Bisa sih, tapi cuma bertahan semenit doang.



"Reya, dengar." Ucapnya lagi yang nadanya teramat serius dengan kedua tangannya yang nangkring di bahu gue.



LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang