11 - Diantar lagi

9.9K 1.2K 41
                                    


Sudah seminggu berlalu gue ngejalani aktivitas kuliah gue dengan berbagai cobaan. Mulai dari confessnya Mark kemarin malam minggu, kemudian Renjun dengan segala tingkah lakunya yang begitu perhatian ke gue tiba-tiba, Lalu Jeno yang mendadak keluar kelas sambil gebrak kursi ketika gue dengan gamblangnya bilang naksir Pak Doyoung. Hah... Semua kejadian itu gue lewati dengan sedikit perasaan sedikit pikiran.

Kadang gue merasa bersalah sama mereka. Bersalah aja, nggak banget-banget. Kadang juga merasa bahagia karena dapet banyak cinta.

Tapi hal yang seperti itu, gue rasa harus menyesal. Kenapa? Karena mereka pada cakep-cakep semua. Terus pinter juga. Jadinya gue rada nyesel ketika mereka naksir gue, tapi gue nggak bisa ngapa-ngapain selain ucapan maaf di dalam hati karena gue sekarang lagi naksir banget sama Pak Doyoung. Ditambah sikap dia hari ini. Di dalam mobilnya sekarang.

"Emang kita mau kemana sih kak? Tumben banget."

"Nurut aja."

"Nggak mau! Saya nggak bisa main nurut gitu aja sama orang yang nggak saya kenal."

"Saya kan dosen kamu."

"Justru itu. Sekarang bahkan di luar jam perkuliahan. Ngapain saya nurut sama Kakak? Emangnya saya kelihatan kaya orang yang gampang nurut gitu?"

Pak Doyoung tetap menfokuskan pandangannya ke depan. Namun sudut bibirnya tertarik ke atas sepersekian mili.

"Tuh tuh, ngapain juga senyum-senyum gitu. Hih, temen Kak Jaehyun satu ini bener-bener nggak waras. Hih." Ujar gue sambil bergidik kemudian nggak sengaja nyenggol gagang pintu mobilnya sehingga secara lepas pintu tersebut hampir aja ke buka. Beruntung Pak Doyoung dengan sigap menutup kembali dan mengunci secara otomatis dari kemudinya.

"Kena karma kan?"

"Tsk! Bapak sih yang salah. Saya kan nggak sengaja."

"Berani sama saya?"

"Berani lah. Emang bapak siapa pake saya takut segala ke bapak? Please... Kita mau kemana nih sebenernya??? Punten.. Daritadi nggak nyampe-nyampe! Sabar nih nunggu jawaban dari selesai praktikum tadi sampai sekarang. Hhhh.. Hasilnya nihil."

"Kamu...bilang apa tadi?"

"Hujat aja nggak apa-apa. Emang faktanya aku banyak omongnya."

"Kalo lagi berdua panggil Kakak saja. Saya kan sudah bilang." Pak Doyoung berdeham sebentar, "Kamu lapar nggak?"

"Iyalah, udah nggak makan siang gara-gara hampir telat praktikum, eh sekarang..." Gue menghentikan omongan gue ketika sadar kalo gue bener-bener bicara kaya gitu.

"Hng.. Enggak! Enggak.. Saya nggak lapar. Saya udah makan siang."

"Saya anggap iya." Begitu setelahnya, Pak Doyoung memarkirkan mobilnya di warung legenda kaya kemarin.

Wah, mentang-mentang kemarin udah kesini sama gue, sekarang berani banget ngajak gue kesini lagi.

Gue jadi menaruh rasa curiga ke kakak kandung gue sendiri deh.. Jangan-jangan Kak Jaehyun mak comblangnya?

***


Setelah makan, gue diantar Pak Doyoung ke kosan. Tapi cuma sampe depan gapura doang. Nggak jauh-jauh banget jarak kosan gue dari gapura sih sebenernya, cuma ya masalahnya mobil nggak bisa lewat. Soalnya jalannya sempit. Kendaraan yang bisa lewat cuma motor doang.

Baru juga gue pamitan sama Pak Doyoung, terus jalan juga baru dapet 5 langkah, handphone yang gue pegang geter-geter.

Org brisik is calling...

LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang