14 - Tulus

7.9K 1K 54
                                    




Usai kelas media, gue dan Jeno bergegas menuju sekre begitu mendengar tuturan dari Haechan. Omongan Haechan ada benarnya. Mungkin dia merasa tersakiti karena gue habis hangout tanpa memberitahunya? Atau mungkin dia tersakiti karena gue punya barang couple sama Jeno?


Padahal baranh couple gue sama Jeno banyak. Jam tangan, pulpen, buku, kalau di beli pasti beli kembar. Terus kembarannya dikasih kan ke gue. Dan itu pun dia lakuin jauh-jauh sebelum gue tau Pak Doyoung dan terlebih lagi Mark naksir ke gue.

Jadi bisa gue simpulkan kalau pilihan kedua bukan alasan Mark berubah jadi power rangers?

Kebetulan pintu sekre kebuka, jadi gue sama Jeno bisa lihat Mark yang sedang berdiri seperti menyampaikan sesuatu.

Jangan-jangan mereka lagi rapat?

Tapi kok Jaemin sama Haechan nggak diajak?

"Mark kayanya lagi rapat tuh." Celetuk Jeno sembari kita jalan mendekat ke arah sekre.

"Nggak deh, No. Masa iya rapatnya nggak ngajak Jaemin, Haechan? Noh, si Haechan malah asik main game."

"Ya bisa aja kan kalo yang rapat cuma bidang yang dipegang Mark doang?"

"Oh ya juga ya. Eh tapi mana ada sih rapat kok pintunya nggak di tutup? Nggak ah, No. Masuk aja dulu. Siapa tau dia cuma lagi ngobrol sama anak yang lagi duduk di bawahㅡtuh tuh dia ngeliat ke kita No, ke kita!" Gue nepukin lengan Jeno pelan ketika Mark mengalihkan pandangannya ke kita yang udah di depan sekre.

"Jeno? Reya? Ngapain kalian disini?"

"Kita berdua mau ngomong sama lo, Mark." Jawab gue yang diangguki Jeno.

"Hhhhh.. Pasti Haechan. Udah, kalian nggak usah mikirin apa yang keluar dari mulut dia. Kaya nggak tau Haechan aja. Omongannya suka nggak akurat."

"Tapi lo beneran nggak lagi kesel sama kita berdua kan?"

"Enggak elah. Mending lo anterin pulang Reya deh, No. Daripada lo sama-sama khawatir karena gue kesel. Im seriously man! Gue nggak kesel sama siapapun. Gue tadi keluar kelas cepet karena ngejar rapat bidang. Nih, buktinya." Ujar Mark sembari memberi space pada pintu masuk agar gue sama Jeno bisa liet aktivitas di dalem.

Iya bener. Mereka emang lagi rapat bidang ternyata. Pantesan Jaemin sama Haechan asik banget masih di kelas.

"Tau gitu kenapa lo nggak pamit? Minimal 'hey guys. Gue cabut duluan ya, ada rabid' gitu kan bisa?"

"Ngejar waktu, Rey."

"Halah! Dusta kau. Lagian rapat mana ada pintunya dibuka?"

"Kipasnya rusak, nggak mau muter. Di dalem pada gerah. Yaudah, pintunya gue buka aja."

"Oh.. Tapi lo beneran nggak lagi marah sama gue kan?"

"Enggak, Rey enggak. Gue lagi mundur pelan-pelan aja kok. Udah No. Anterin pulang Reya gih. Keburu maghrib ntar."

"Abis lo ngedipin mata juga adzan, Mark."

"Pamit ye, Mark. Bae bae lu." Ujar Jeno sambil nepuk pundak Mark.




***

Sehabis dari sekre menemui Mark, gue sama Jeno langsung nuju parkiran. Jalurnya emang gitu. Parkiran letaknya di belakang sekre.

"Nggak niat kemana-kemana lagi kan?" Tanya Jeno ketika kita nyampe di motornya.

"Capek, No. Gue mau istirahat aja."

LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang