45 - A Little Journey?

3K 482 136
                                    

GILA LAMA KALI GUE NGGAK UPDATE YAMPUN MERASA BERDOSA😭

.
.
.

Yok, tim udah bubu atau kebangun atau emg belum bubu?

.
.
.

𓃹 Lecturer Around Me 𓃹



Setelah saling pandang beberapa sekon dan saling meredakan amarah. Nggak. Cuma gue doang yang lagi ngeredam emosi, soalnya Jeno malah tersenyum tapi masam. Kayak, senyumnya terkesan ngecewain sesuatu.

Satu kali tarikan dan hembusan napas, gue bersedekap dada, "Ada urusan apa lo?"

"Gue nggak lo suruh duduk dulu nih?" Ujar Jeno pelan sembari tangannya menggaruk tengkuknya yang gue yakin nggak gatal. Halah, giliran sekarang canggung. Barusan tadi yang habis ngecewain gue siapa ya?

"Nggak perlu." Ucapan tegas sedikit cuek dari gue sukses membuat Jeno menatap kosong ke arah gue.

"Rey..."

"Nggak usah basa-basi. To the point aja." Ujar gue dengan nada angkuh sok-sok ilfeel sama dia.

"Jung Reya..."

"Lo nggak diizinin manggil gue pakai nama lengkap!"

"Gue minta maaf. Maaf banget..."

Sudah gue duga. Emang dikira dengan maaf bisa buat gue kembali menjadi baik-baik aja? Yeee, dikira maaf bikin kenyang? Sorry, Jeno. Menurut gue, lo harus dikasih pelajaran biar kapok.

"Adㅡ "

"Gue, mau putus sama cewek gue. Kalau nggak dapet izin dari lo, gue nggak bakal pacaran. Gue mau sama lo aja. Emm, maksud gue, gue nggak mau pacaran sekarang, Reya." Tutur Jeno lembut sembari mendekat ke arah gue.

Gue melotot dengan melayangkan satu pukulan keras di dadanya, "Otak lo kepake kan? Nggak cuma dibuat pajangan doang? Sinting lo!"

Gue meninggalkan Jeno gitu aja, tapi gerakan gue kalah cepat darinya. Hingga Jeno berhasil nahan lengan gue dan menarik badan gue yang sukses menubruk dadanya kencang, "Reya... Gue mohon... Maafin gue. Maaaaaf banget, gue bener-bener nggak tau lagi harus ngapain biar lo maafin gue, Rey... Lo...kan tau, gue sayaaaang banget sama lo, Rey. Gue, bener-bener nggak bisa diginiin sama lo. Gue tersiksa..." Satu detik terlewati, Jeno terisak pelan di bahu gue.

"Sama, Jeno... Rasanya sakit..." Gue ikut menangis di dada Jeno sembari mengeratkan pelukan gue di pinggangnya. "Lo nggak boleh nyakitin gue kaya gini lagi, Jeno..." Tangisan gue semakin deras. Jeno pun sama.

"Gue minta maaf..."

"Gue nggak akan lagi giniin lo, Rey... Jadi, maafin gue ya?" Jeno menarik diri dan pandangannya mencari-cari mata gue. Detik berikutnya, tangan gue terulur menghapus air mata Jeno, dan Jeno pun ngelakuin hal yang sama dengan pandangannya yang tertuju pada bibir gue.

"Rey, gue ada satu permintaan buat lo. Tapi kayanya gue lancang banget minta sama lo yang bukan pacar gue." Ujar Jeno lembut sembari menggengam tangan kanan gue.

Gue mengerutkan kening bingung tapi penasaran, "Permintaan? Apa?"

"I...want to kiss you, ReyㅡGue tau gue gila, lancang, lo calon bini orang tapi gue berani-beraninya ask to kiss you. Gue nggak akan pernah bisa sama lo, jadi... Gue akan ngeikhlasin lo sama Pak Doyoung." Ucap Jeno berat dan terdengar frustasi. Namun hal yang gue lakuin saat ini adalah melepas genggaman Jeno dan melarikan ke arah wajahnya.

LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang