"Gimana kemarin? Lancar?" Tanya Mark ketika melihat gue menduduki kursi kosong yang ada disampingnya.
Gue menggumam panjang sambil pura-pura mikir sesuatu, "Mmmmm... Lancar sih. Tapi.."
"Tapi?"
"Kepo? Kepo dulu.."
"Iya, aku kepo."
"Pak Doyoung nganterin aku balik tau nggak nyampe kosan.. Terus beliauㅡ"
"Wait wait wait.. Give me a few minutes to think.."
"Hmm.. Okidoki. Kalo udah selesai mikir kasih tau aku."
"Jadi Pak Doyoung nganterin kamu pulang?" Tanya Mark yang gue angguki berkali-kali.
"Gimana ceritanya? Aku kira kamu kesana mau dikasih tugas atau hukuman gitu. Tau-tau dianterin pulang?"
Gue mengibaskan tangan beberapa kali, "Nggak kok. Malahan bapaknya minta maaf. Lucu banget Mark, kaya kelinci. Tiba-tiba sifat garangnya ilang gitu aja." Ujar gue sambil tersenyum
"HAH?! Really?"
Gue ngangguk lagi sambil tersenyum lebar ke arahnya.
"Ngeri banget aku. Lihat ekspresimu saat ini, kayanya Pak Doyoung beneran seperti yang kamu bilang."
"Mark, salah nggak sih kalo naksir sama dosen sendiri? Apalagi naksirnya pada pandangan pertama?" Ucap gue sambil melongoskan muka ke samping menghindari tatapan Mark yang terasa mengintimidasi gue.
"Coba ulangi." Titah Mark penuh penekanan.
Gue mengarahkan pandangan ke dia dengan pelan-pelan sambil mainin jari, "Pak Doyoung kemarin tuh manis banget. Lucu juga. Perhatian juga. Bahkan..... Dia jujur banget sama gue Mark. Padahal gue nggak lagi nanya apa-apa sama dia. Terus kemarin, kaya adegan drama-drama korea gitu. Tangan dia nggak sengaja genggam tangan gue. Dan tau nggak? Gue deg-deg an parah." Gue menceritakan semua kejadian kemarin ke Mark sambil tersenyum nggak karuan karena gue nggak nyangka aja bisa naksir sama orang dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Gila banget. Apa jangan-jangan Pak Doyoung make pelet?
Atau Kak Jaehyun diam-diam ngasih bocoran ke dia tentang hal-hal apa aja yang bikin gue mudah ambyar?
Kayanya dua opsi tersebut mustahil terjadi..
"Mark? Hoy! Helowww.." Panggil gue ke Mark beberapa kali tapi dia masih nge-lag kayanya.
Gue ulang lagi manggil dia dengan jentikkan jari gue di depan wajah dia, dan barulah dia sadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa?"
"Ah, nggak apa-apa kok."
"Jujur. Kamu kenapa? Tumben ngelamun bahkan dipanggil sedeket ini nggak nyaut. Ayo jujur sama aku."
Mark ngehela napas pelan kemudian tersenyum tipis tanpa memandang gue, "Aku juga seneng kalo kamu bisa naksir orang. Kalo itu orang yang ngebuat kamu sebahagia itu, aku akan mundur pelan-pelan."
"Yeee.. Ngomong apa sih kamu. Emang aku dari dulu kelihatan nggak naksir orang emang?"
"Beda. Kamu waktu nyeritain tentang Pak Doyoung tentang kemarin, ekspresimu beda. Kamu kelihatan kaya orang jatuh cinta."
"Lah kan aku dah bilang kalo aku naksir Pak Doyoung, Mark Lee..." Ujar gue dengan sedikit nada merengek.
"Apa? Reya naksir Pak Doyoung?" Teriak Haechan yang baru datang lalu melewati kursi gue dan Mark
"Bruce Lee......." Tambah Jeno sambil tangannya asik berkutat dengan handphone miring.
"Apaan tuh Bruce Lee?" Tanya Renjun yang sedari tadi juga diam-diam nguping obrolan gue sama Mark.
"Umpat Ren. Buset gue slempengin jadi Bruce lee." Ujar Jeno sambil pandangannya terarah ke gue.
Bentar-bentar. Ini kenapa pada lihatin gue semua? Emang gue kenapa dan......ngapain?
"Lo...kok pada.... ngeliatin gue gitu sih....?" Tanya gue ke mereka-mereka yang lagi liatin gue.
"Lo naksir Pak Doyoung?" Tanya Jeno setelah beberapa detik dilanda keheningan.
Bersyukur di kelas belum banyak yang hadir, jadi nggak ada yang tau juga Jeno barusan ngomong apa.
Gue ngehela napas pelan sambil menatap temen gue satu-satu. Jeno, Jaemin, Haechan, Jisung, Renjun, Gea, Verga, sama Wina. Dan tak lupa juga gue melirik sekilas ke arah Mark yang pandangannya juga terarah ke gue.
"Iya, gue naksir Pak Doyoung. Sekedar naksir kagum doang. Mustahil juga kalo jadian. Tapi gue aminin sih kalo Pak Doyoung naksir gue balik." Ucap gue sambil tersenyum konyol.
"Yeee dasar. Bangun lo dari mimpi!" Timpal Haechan sambil ngelemparin bolpointnya ke arah gue.
Gue cuma cekikikan nggak jelas hingga pandangan gue dengan pandangan Renjun bertemu. Disitu gue mendadak diam seketika dan fokus ke kursi gue sendiri.
Horor banget ini kenapa temen-temen gue pada naksir juga sama gue?
Apa gue aja yang kepedean?
***
"Bapak tawanya lepas banget kek nggak ada beban. Tadi aja marahin saya, cuekin saya, jutekin saya. Bahkan kemarin marahnya nggak kira-kira. Yang kaya gitu apa nggak sebaiknya maafnya nggak aku terima?"
"Kalau sedang diluar kampus, panggil Kakak aja. Saya nggak jauh beda dari Jaehyun."
/pssst... Percakapan singkat mampir di warung legenda deket kosan Reya/
KAMU SEDANG MEMBACA
LECTURER AROUND ME
Fanfiction[ㅡSELESAI] "Nurut sama saya, Reya." "Bisa nggak sih itu kata ajaibnya diganti? Bosen aku denger kakak bilang itu mulu dari kemarin. Bahkan nih ya, sehari udah denger lima kali." "Tiga, Reya." "Iya maksudnya tiga." "Lima sama tiga jauh." "Deketin don...