Ini adalah kisah tentang seorang gadis yang terbuang,
terkucilkan, tersisih, dan tersingkirkan seumur hidupnya,
bahkan setelah itu pun mereka masih meminta kepadanya,
satu-satunya yang dimilikinya,
nyawanya.
Kisah tentang seorang pemuda,
yang telah...
Di bab ini, mulai muncul beberapa karakter sampingan selain Maya, V, dan Rika. Bagi yang sudah pernah main atau familiar dengan game Mystic Messenger pasti dapat membayangkan penampilan mereka dengan mudah, tapi bagi kalian yang belum mengenal game tersebut, saya lampirkan gambar berikut untuk mempermudah kalian membayangkan karakter-karakter yang akan muncul nanti, hanya saja, silakan gunakan imajinasi kalian untuk membayangkan mereka dalam outfit yang sesuai dengan setting kisah ini ya X'D
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari kiri ke kanan: Yoosung - Zen - Saeyoung (707) - Jumin - Jaehee
Selamat membaca!
"Kau pasti Maya!"
Maya membeku. V memang mengatakan dia akan meminta salah seorang kenalannya menjemput dan menemani Maya di desa utara. Hanya saja, Maya tidak menyangka akan mendapati orang itu menyambutnya tepat di depan pintu mansion. Samar-samar dia mendengar suara tawa V bergema di dalam mansion.
Maya mengamati orang itu—bukan, anak itu. Dia masih remaja, mungkin beberapa tahun lebih muda dari Maya. Rambutnya sewarna kayu. Bola mata keunguannya berbinar-binar menatap Maya.
"Ya," jawab Maya. "Dan kau adalah...?"
"Panggil saja aku Yoosung!" katanya riang.
"Yoosung," ulang Maya.
Senyum lebar merekah di wajah Yoosung. "Benar sekali!"
Mungkin karena masih muda, Yoosung kelihatan sangat bersemangat. Saking bersemangatnya, dia seolah kesulitan menahan diri agar tidak melompat-lompat. Maya menahan senyum. Dia dapat membayangkan ekor imajiner mengibas-ngibas girang di belakang tubuh pemuda itu.
"Kemarin V menemuiku dan berkata bahwa kau ingin mengunjungi desa utara. Kebetulan aku tinggal di sana. Aku mengenal nyaris semua orang di sana dan tahu seluk-beluk desa tersebut dengan sangat baik! Nah, mana yang ingin kau kunjungi? Kalau kau ingin membeli perabotan dan peralatan rumah tangga, aku tahu toko mana yang menjual dengan harga paling murah. Jika kau ingin membeli baju, aku akan mengantarmu ke Nyonya Madeleine. Dia adalah perancang busana terhebat di desa kami! Seperti apapun bentuk tubuhmu, apabila mengenakan pakaian buatannya, pasti terlihat pantas! Oh, tapi kurasa kau akan pantas mengenakan pakaian apa saja, Maya. Kau cantik sekali. Kami juga memiliki kedai yang menyajikan sup jagung terlezat sedunia! Nanti saat kau sudah lelah berjalan—"
"Yoosung, sebentar," potong Maya seraya tertawa kecil. "Aku tidak dapat mengingat semua itu sekaligus."
"Oh, maaf," kata Yoosung. Wajahnya merona, lucu sekali. "Aku terlalu bersemangat, ya? Maafkan aku, kau pasti merasa tidak nyaman, bukan?"
Anehnya tidak. Rasa gugup Maya yang bercokol di dasar perutnya sejak kemarin malam hilang entah ke mana saat bertemu Yoosung.
"Tidak masalah," kata Maya, tulus. Dia tersenyum. "Baiklah, Tuan Pemandu. Ke mana sebaiknya kita pergi sekarang?"