Setelah mendengar cerita V, Maya mengalami mimpi buruk.
Dia melihat Saeyoung bertelut di tanah, menangis dan meratap. Kacamata tanduknya tergeletak, wajahnya dibenamkan ke telapak tangan. Bahunya bergetar hebat. Baru Maya mengulurkan tangan hendak menyentuh pemuda itu, menghiburnya, rambut merah Saeyoung memudar. Seolah luntur, warna rambut pemuda itu menjadi putih seluruhnya, hanya menyisakan sedikit merah di ujung-ujungnya. Tubuhnya menyusut, tulang-tulangnya kini bertonjolan. Kulitnya memucat. Sedu-sedan pemuda itu pun secara bertahap berubah menjadi rintihan, lalu erang kesakitan. Ketika akhirnya dia mendongak, Maya berjengit mundur.
Wajah pemuda itu tirus, matanya berbayang gelap. Mustahil mengetahui warna iris matanya karena sklera—bagian putih bola mata—pemuda itu kini semerah darah, hingga wajar rasanya darah mengalir dari sana. Dan memang itu yang terjadi. Tangisannya mengeluarkan darah. Alisnya bertaut, bibirnya mengerut, seolah kesakitan. Kemudian taringnya memanjang. Prosesnya pun nampak menyakitkan, karena pemuda itu kembali merintih.
"A-aku tidak meminta ini," isaknya. "Aku tidak mau...kehidupan terkutuk...ini."
Sosok tersebut mengulurkan tangannya pada Maya, seolah meminta pertolongan, tetapi Maya cepat-cepat melangkah mundur. Tumitnya terantuk sesuatu, hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk. Sebuah gundukan tanah. Dengan ngeri, Maya menyadari ada satu lagi gundukan tanah di sisi kanannya sehingga kini dia duduk di antara dua gundukan tanah tersebut. Gelegar petir membahana, kilatnya membutakan. Bertepatan dengan itu, sebuah tangan putih menembus gundukan tanah di sisi kirinya. Telapaknya membentuk cakar. Sela-sela kukunya dipenuhi tanah. Pembuluh darah kebiruan menonjol, tampak begitu kontras dengan kulit pucatnya.
Gelegar petir kedua, sebuah tangan lain melesat keluar dari gundukan di sisi kanannya. Tangan ini tampak lebih mungil dan lentik daripada yang satunya. Tangan-tangan ini menggapai, meraih, dan mencakar, hingga tumpukan tanah yang menguburnya perlahan luruh dan bagian tubuh lainnya mulai tampak. Maya beringsut mundur secepat yang dia bisa, tidak ingin melihat—ataupun terlihat—oleh dua sosok yang baru bangkit dari kubur itu. Namun, punggungnya menabrak sesuatu. Sebelum sempat menebak benda apa yang ditabraknya, Maya merasakan tubuhnya direnggut hingga berdiri.
Dia berhadap-hadapan dengan V.
Bukan sosok V yang lembut dan mempesona seperti biasa, melainkan sosok vampir yang gila karena haus darah. Sklera matanya merah, tatapannya nanar. Taringnya telah memanjang, air liurnya menetes-netes bak hewan buas, pembuluh darah di pelipis dan lehernya bertonjolan.
"Maya?" Anehnya, suaranya masih selembut biasa. Suara V yang Maya kenal betul. Hanya saja kini suara itu dibumbui sarkasme yang tak pernah Maya dengar sebelumnya. "Mengapa kau ketakutan begitu?"
Maya membuka dan menutup mulutnya, tetapi tidak ada suara yang keluar. Tenggorokannya kering kerontang. Napasnya tersengal-sengal begitu hebat hingga terdengar seperti isakan.
V menyunggingkan senyum yang membuat Maya merasa tulang-tulangnya membeku.
"Jangan takut," bujuknya. Wajahnya mendekat kepada Maya, berbisik di telinganya, menggoda. "Bukankah kau yang menawarkan darahmu untukku?"
***
Maya tersentak bangun.
Napasnya tersengal, keringat dingin membanjir hingga gaun tidurnya menempel di punggung. Dia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam beberapa kali, lalu mengusap wajahnya dengan tangan gemetar.
Gila, gila, gila!
Seharusnya dia mendengarkan Jaehee. Seharusnya dia tidak memaksa V bercerita. Astaga. Rupanya dia lebih terguncang daripada yang dia kira. Secercah perasaan bersalah menyelinap ke dalam hatinya. Mereka adalah teman-temannya! Zen yang tampan namun sedikit kikuk, Jaehee yang cerdas dan dapat diandalkan, Saeyoung yang jenius serta jenaka, lalu V yang lembut dan baik hati. Bagaimana bisa di dalam mimpinya mereka semua menjadi monster? Bukan hanya itu, Maya masih ingat akan rasa takutnya. Maya ketakutan setengah mati terhadap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki yang Merindukan Matahari
FanfictionIni adalah kisah tentang seorang gadis yang terbuang, terkucilkan, tersisih, dan tersingkirkan seumur hidupnya, bahkan setelah itu pun mereka masih meminta kepadanya, satu-satunya yang dimilikinya, nyawanya. Kisah tentang seorang pemuda, yang telah...