Udara berembus pada tiap pori-pori kulit, membuat orang-orang yang berdiri di tengah lapang pada pagi-pagi buta seperti ini harus mengenakkan jaketnya, melindungi kulitnya dari terpaan angin yang berada di kala matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Tak jarang, ada juga orang yang menggosok-gosokkan tangannya supaya bisa menghangatkan tangannya yang dingin seperti es.
Setelah dikumpulkan di lapangan, mereka pun beralih ke aula tertutup yang tak jauh dari tempat lapang berada. Meski di tempat yang tertutup, udara dingin masih saja terasa oleh mereka. Selain itu, ada beberapa orang yang terlihat masih menguap dan bermata sayu di acara tersebut.
"Dingin ih Garut," celetuk seorang akhwat.
Fatimah yang mendengar itu hanya tersenyum tipis, daerah kelahirannya sudah biasa memiliki udara dingin seperti ini apabila memasuki waktu subuh di musim kemarau, jadi ia tidak terlalu memusingkan udara dingin yang menusuk kulit.
Pengarahan demi pengarahan disampaikan dari ustaz yang satu, ke yang lainnya. Selain hal itu, tak jarang senior-senior mereka juga mengisi waktu yang kosong dengan ice breaking dan juga yel-yel.
"Okay, adek-adek kalian tunggu sebentar di sini, truknya mau datang sebentar lagi. Harap sabar ... sabar," ucap seorang MC laki-laki yang berdiri di depan santri dan santriwati.
"Fat, udah bawa obat penambah darah, kan?" Seperti sebelumnya, Malika benar-benar khawatir pada kondisi Fatimah.
"Awas jangan sampe lupa," timpal Aghniya.
"Kalau gak kebawa, kita gak tanggung jawab," tambah Gisti.
Fatimah tersenyum lebar, setelah satu minggu berlalu dan dekat dengan mereka, perhatian hangat dari teman-teman barunya itu seperti orang yang sudah mengenalnya jauh sebelum hari ini. Fatimah merasa senang bisa berteman dengan mereka bertiga. "Biasa aja kali, aku bawa kok."
"Untuk seluruh santri, silakan menuju mobil truk terbuka," perintah Ustaz Wawan yang berdiri di ambang pintu aula.
Bagian akhwat langsung dikerahkan terlebih dahulu menuju truk terbuka. Sehingga, mereka pun berbondong-bondong menuju keluar aula untuk menaiki kendaraan tersebut. Sampai di depan kendaraan itu, satu per-satu santriwati pun menaikinya.
"Ini pengalaman pertama aku naik truk," ujar Fatimah dengan raut wajahnya yang berseri.
"Sebelumnya gak pernah?" tanya Malika.
Fatimah menggeleng dengan senyum khasnya.
"Oalah, have fun ya Fat," ucap Malika yang dibalasi anggukan oleh Fatimah.
...
Fatimah mengeluh kelelahan setelah menjalani hari yang penuh dengan kegiatan di acara kamping tersebut. Bahkan, sedari tadi ia kesulitan menemukan celah untuk bersantai.
Sejak mereka sampai di sana mereka langsung menyimpan tas di tenda masing-masing. Kemudian, mereka harus mendengarkan materi yang disampaikan oleh ustaz. Setelah itu, mereka latihan pasukan; PBBAB dan melakukan training layaknya TNI. Dilanjut dengan acara Ishoma—istirahat, salat, makan—lalu ada materi lagi, tafakur alam, salat asar, materi lagi, dan ah hal-hal melelahkan lainnya yang membuat Fatimah lelah sekujur tubuh.
Pikirannya sudah terkuras, begitupun tenaganya. Ia tidak tahu malam ini ia bisa tidur nyenyak seperti di rumah atau malah kesulitan tidur seperti saat masa ta'aruf? Jawabannya jelas, ia belum tahu. Karena kali ini—setelah salat isya—mereka di beri waktu untuk beristirahat selama 20 menit lamanya. Sehingga, yang dilakukan Fatimah saat ini adalah mengusap-ngusap kakinya yang terasa pegal-pegal.
Set
Refleks, Fatimah menyipitkan mata saat ada cahaya senter yang mengarah ke wajahnya. Kemudian, tangan kanannya membantunya untuk menghalangi kesilauan cahaya agar tidak masuk ke retinanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Degup ✔️
Spiritual[COMPLETED] Takdir mempertemukan seorang gadis bernama Fatimah Alya Az-Zahra dengan Ali Muhammad Ramdhan, ketika ia menginjakkan kakinya di sebuah Pesantren bernama Ar-Rahman. Pria tersebut begitu tampan, dan suara azannya begitu memikat kaum hawa...