Suara azan zuhur berkumandang dengan merdunya. Dan jujur saja, ini pertama kalinya Fatimah mendengar suara azan semerdu ini. Lagam azannya terasa lain daripada lagam yang biasa ia dengar di sekitar rumahnya. Suara azan itu membuatnya semakin nyaman dan gembira mendengarkan panggilan Allah.
Sembari mendengar azan, tak lupa Fatimah menjawabnya.
Rasa tenang di hatinya membuat ia juga penasaran pada si muazin yang telah mengusik batinnya. Siapakah pria yang telah menyuarakan kemerduan ini? Jika boleh, Fatimah ingin bersanding dengannya saja.
Eh, astagfirullah. Fatimah langsung menepis angan-angannya itu.
Usai mendengarkan azan, Fatimah dapat melihat siapa muazin yang telah mengumandangkan azan tadi. Pria itu keluar dari ruangan tempat microfon masjid yang mengarah ke pengeras suara berada. Fatimah mulai menginstenkan matanya melihat ke luar ruangan tersebut. Mata Fatimah seketika membulat dan mulutnya yang sedikit membuka lekas ditutupnya karena tak menyangka. Ternyata, muazin itu tidak lain dan tidak bukan adalah si moderator pertama, Ali Muhammad Ramdhan.
Mata Fatimah berbinar, rasa terharu hinggap di hatinya. Entah jodoh atau cuma kebetulan, tetapi yang jelas ada haluan muncul dalam dirinya. Ia menyangka kejadian ini seperti menunjukkan bahwa Ali dan Fatimah versi masa kini tengah menanti.
"Ajib ya Kak Ali," sanjung Aghniya yang duduk di samping Fatimah.
Fatimah sadar dari lamunannya. Setelah mendengar opini yang disampaikan Aghniya, ia spontan tersipu. "Iya masyaallah."
...
"Ustaz yang tadi teh cuma sebatas temen teteh kamu? Gak lebih gitu?" tanya Aghniya sembari memasukkan alat salatnya ke ransel.
"Nggak atuh. Jangan ngada-ngada, Ni. Dia kan umurnya beda delapan tahun sama aku."
"Jangan gitu atuh Fat. Jodoh teh teu mandang umur, lagian beda delapan tahun mah yaa ... wajar aja atuh. Nggak inget, Bunda Khadijah sama Rasulullah bedana sabaraha tahun?"
Fatimah mencerna kembali perkataan Aghniya, ada benarnya sih. Rasulullah dan Siti Khadijah saja umurnya terpaut jauh. Tidak hanya dengan Siti Khadijah, dengan Siti Aisyah pun begitu. Umur bukan masalah dalam merajut cinta, yang penting bisa sama-sama menjaga keutuhan rumah tangga, dan menjalankan kewajiban masing-masing.
Akan tetapi, tunggu!
Mengapa malah membicarakan perihal jodoh? Umur lima belas tahun kok jauh banget mikirnya?
"Aghni, kok malah bahas jodoh sih? Kita teh masih kelas sepuluh," sanggah Fatimah.
"Eh iya ya. Maaf," ucap Aghniya yang dibalasi anggukan. "Sekarang mah, kita ketemu temen aku, yuk?"
"Oh boleh."
Aghniya dan Fatimah pun menghampiri seorang gadis berbadan mungil yang sebaya dengan mereka. Kerudung panjang yang menjuntai sampai pusar membuat kesan lucu ketika melihat gadis mungil itu.
"Ieu Gisti," ucap Aghniya memperkenalkan sahabat karibnya.
"Fatimah." Fatimah bersalaman dengan gadis mungil itu.
"Gisti teh temen aku dari PAUD, jadi kita teh deket banget," tutur Aghniya sambil mendekatkan tubuhnya dengan Gisti.
Gisti memutar bola mata jengah. "Yang ada abi mah bosen tau."
Fatimah terkekeh melihat dua karib itu. Mereka begitu akrab dan hangat. Candaan-candaan seperti itu, membuatnya bernostalgia pada teman-temannya saat masa SMP dulu. Ah, ia jadi rindu pada mereka. Ingin rasanya Fatimah memeluk sahabatnya dan bersama-sama menimba ilmu di sini. Namun, sahabatnya memilih sekolah yang berbeda dengannya. Fatimah pun tidak bisa memaksa mereka untuk selalu bersama dengannya, karena sahabat juga punya hati dan memiliki keinginan tersendiri, tidak pantas bagi Fatimah untuk egois.
"Oh iya, Gis. Tetehnya si Fatimah temennya Ustaz Azfer," ucap Aghniya.
"Oh ya? Ustaz Azfer juga temennya teteh aku," balas Gisti.
"Siapa?" tanya Fatimah penasaran.
"Teteh Rindu."
"Oh ya? Aku juga kenal dia," tutur Fatimah yang masih mengingat nama teman-teman satu kelompok PKL kakaknya dulu.
"Asiiik, bagus dong."
...
Sajian makan siang yang terlihat begitu membosankan, menambah rasa kesal mereka di acara tersebut. Ingin rasanya mereka segera pulang dari sana. Makan satu piring sendiri, bukan satu nampan oleh tiga belas orang. Mereka juga ingin rebahan, bermain gawai, dan kegiatan indah lainnya di rumah.
Lebih mengesalkan lagi, waktu seakan lambat berjalan. Padahal, hari-hari sebelumnya mereka merasa waktu berjalan cepat. Akan tetapi, logikanya waktu itu selalu berputar sama, satu hari 24 jam, satu jam 60 menit, dan satu menit 60 detik. Namun, kembali kita ingat bagaimana perasaan para peserta dalam mengikuti acara tersebut. Terasa cepat atau lambat itu karena faktor keadaan yang mereka jalani. Seperti halnya keadaan mereka, waktu yang biasanya terasa cepat karena kebahagiaan yang sering meliputi hari mereka, kini berubah lambat karena keterpaksaan dan rasa bosan mengikuti acara itu. Terlebih, bagi pendatang baru di pesantren itu, kebosanan yang dirasa seakan-akan sudah memuncak. Ingin kabur rasanya. Namun, ditahan untuk tetap menjaga nama baiknya, keluarganya, dan keturunannya kelak.
"Silakan Neng-Neng, sekarang boleh makan, tapi pimpin doa dulu ya," titah seorang kakak kelas.
Setelah mendapat titahan itu, para santriwati peserta ta'aruf langsung membaca doa dan memakan makanan tersebut.
"Eh eh, tau gak Kak Ali makin keren aja," ujar seseorang yang berada tepat di belakang Fatimah.
Fatimah melirik sepintas, ternyata gadis itu mengenakkan seragam tsanawiyah pesantren ini. Hm, wajar sepertinya jika dia bilang 'Kak Ali makin ganteng aja', karena pastinya dia sering melihat Ali selama di tsanawiyahnya.
"Kalau aku sih tetep Ustaz Azfer," timpal temannya.
"Adeuuh ini bahas cowok-cowok."
Gelak tawa kelompok di belakang Fatimah langsung terdengar nyaring.
Fatimah hanya bisa mengembuskan napas berat, entah kenapa ia harus merasa cemburu sekarang? Padahal haluannya belum tentu jadi kenyataan.
Fatimah jangan terjebak dalam haluan, ingatnya pada diri sendiri.
"Fat, makan jangan bengong mulu," tegur Aghniya.
Fatimah menyunggingkan sengiran. "Eh iya iya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Degup ✔️
Spiritual[COMPLETED] Takdir mempertemukan seorang gadis bernama Fatimah Alya Az-Zahra dengan Ali Muhammad Ramdhan, ketika ia menginjakkan kakinya di sebuah Pesantren bernama Ar-Rahman. Pria tersebut begitu tampan, dan suara azannya begitu memikat kaum hawa...